Read More >>"> Astronaut (Batas ke 7) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Astronaut
MENU
About Us  

Vino pikir tak ada yang lebih buruk daripada tewasnya para petugas keamanan dan hilangnya guru. Ternyata, hal buruk yang sebenarnya belum ia saksikan. Vino terjatuh-jatuh saat memasuki lorong kamar siswa kelas dua belas. Ada gas yang terus keluar dari pendingin udara. Baunya busuk, membuat kepalanya pening.

Sial, kamar Zen ada di ujung lorong dan ia harus terus berjalan. Berlari kalau bisa, tapi sayangnya kepalanya terlalu sakit dan kakinya melemas.

Vino memukul-mukul kepalanya, menitahkan otaknya untuk tetap sadar. Pandangannya sudah tertutup kabut putih dan ia jatuh untuk kesekian kalinya. Masa bodoh, Vino sebenarnya sadar gas yang masuk ke dalam paru-parunya beracun. Tapi, seperti yang diteriakan hatinya, masa bodoh. Ia ingin tahu keadaan Zen dan gas itu tentu tak bisa menghalanginya.

Kamar Zen terbuka lebar.

Vino sempat bersyukur karena ia tak perlu mendobraknya. Terakhir, untuk masuk ke sana ia membutuhkan bantuan Aldi untuk meminjamkan kartu kamarnya.

“Ze—” Vino memegang leher, ia tak bisa bicara. Kering sekaligus pahit terasa bercampur di tenggorokan dan lidahnya.

Tangan Vino meraba-raba tembok, mencari saklar lampu. Pandangannya buram, keadaan kamar yang remang membuat semuanya tambah buruk. Saat lampu menyala, Vino tak melihat kebeadaan Zen. Hanya Aldi yang meringkuk di bawah tempat tidur. Diam tak bergerak.

Vino hampir yakin semua penghuni asrama tak sadarkan diri karena gas beracun yang juga ia hirup. Tangannya bergetar, ia sudah kehabisan tenaga, ia juga sudah tak bisa berpikir jernih.

Di tengah keputusasaan itu, ia menyeret Aldi ke luar gedung, membuat tubuh teman seangkatannya itu membiru di beberapa bagian. Terutama paha dan betis karena beberapa kali menubruk barang. Vino akan meminta maaf nanti, sekarang yang terpenting adalah ia dan Aldi menjauh dari gas beracun itu.

“Nocil!” Vino jelas tahu satu-satunya orang yang memanggilnya Nocil, walaupun pandangan Vino sudah sepenuhnya berubah jadi asap-asap putih.

Haya meraih tangannya, sedangkan Sena menggotong Aldi keluar gedung.

Haya bicara sesuatu yang tak bisa Vino dengar. Sena juga menimpalinya. Masa bodoh dengan semua itu. Hanya satu hal yang penting bagi Vino. Zen tidak ada di kamarnya.

-

Vino terbatuk lalu mengumpat. Semua kata kotor telah keluar dari mulutnya. Vino juga menonjok pohon berulang kali.

“Sudahlah, Cil, mau gimana lagi?” Haya berbisik, ia takut para penjahat mendengarnya.

Dada Vino naik turun, “Aku sudah tahu, Hay, dan aku nggak bisa melakukan apapun!”

“Cil, jangan keras-keras, orang-orang jahat itu masih disini!” Haya sibuk melirik ke segala arah, memastikan bahwa yang berada di taman belakang hanya mereka berempat. Bersembunyi dibalik ilalang yang sudah meninggi.

“Iya, Vin, ssst!” Aldi ikut memperingatkan Vino. Setelah sadar dan sempat linglung, Aldi akhirnya bersuara.

Tiga orang lainnya langsung memberi tatapan berarti pada Aldi. Tatapan tolong-beritahu-apa-yang-terjadi.

“Ya… Ya aku jelasin. Sabar,” Aldi bersandar pada tembok berlumut. Ia berdeham lalu menarik nafas panjang, “Aku nggak tahu apa-apa, aku cuma dengar orang masuk ke kamarku. Sepertinya orang itu punya kartu, jadi kupikir dia guru. Aku sempat ngintip, orang itu menempelkan sesuatu ke leher Zen. Lalu dia pergi,”

“Terus?” Vino langsung menyela saat Aldi menarik nafas.

“Terus, selang beberapa menit, ada orang lain yang coba masuk. Aku tahu soalnya aku nggak tidur lagi dan aku dengar ada suara sepatu. Aku panik, jadi aku langsung sembunyi di bawah ranjang. Aku nggak lihat apa-apa dan nggak tahu apa-apa. Tiba-tiba aku bangun disini.”

Itu nggak membantu sama sekali, Haya menahan diri untuk tidak mengucapkan kalimat itu. Intinya adalah Zen dibawa pergi oleh seseorang dan Aldi melewatkan kejadian penting itu. Satu hal yang cukup pasti adalah penculik Zen sama dengan penyebar gas beracun.

Matahari mulai tinggi, mereka tak bisa terus bersembunyi diantara ilalang. Mereka saling diam, memikirkan jalan keluar.

“Kayaknya, kita harus periksa lagi asrama,” Sena bicara pelan, segan pada tiga seniornya itu.

“Nggak. Kita nggak akan kesana kecuali kita tahu disana aman,” Vino menolak mentah-mentah.

“Terus, sekarang kita harus bagaimana?” Haya yang sudah habis akal sebenarnya setuju dengan usul Sena. Memeriksa asrama, membawa siapapun yang masih sadar, menjelaskan kejadian, lalu bersama-sama mencari jalan keluar.

“Kalian berdua,” Vino menunjuk Sena dan Haya, “Tunggu disini. Aku sama Aldi bakal keliling sedikit,”

“Apa?” Aldi membelalak, ia hampir bangkit dari duduknya.

“Sena cukup baik untuk ngelindungin Haya, aku dan kamu bisa periksa keadaan.”

“Aku nggak mau! Itu bahaya—”

“Cil itu bahaya, sumpah!” Haya langsung menyambar. Bahu Vino diremas kemudian diputar, memaksanya untuk menoleh pada Haya.

“Atau kita bisa ketahuan disini, kemudian digiring ke suatu tempat?” Vino serius. Lebih serius dari siapapun yang ada disini.

Haya tak menyangka ia akan mengangguk dengan cepat. Menuruti semua perkataan Vino. Haya menunduk dan memeluk kedua kakinya. Vino dan Aldi berdiri, lalu pergi.

-

Zen terbangun di sebuah ruangan luas bersama tujuh orang lainnya. Dari semuanya, ia hanya mengenal Jev dan Wanda, dua teman sekelasnya. Sisanya adalah adik kelas yang tak ia tahu namanya.

“Jev?”

“Ya?”

“Sedang apa kita disini?” telunjuk Zen terarah ke lantai.

“Ibu Sofia ngasih tau ada bahaya di asrama, makanya beberapa siswa dibawa kesini dan sisanya ke ruangan lain.”

“Dibopong?”

“Aku sih dibangunin, kata mereka kamu sulit untuk dibangunin,”

Mulut Zen membentuk huruf o. Padahal biasanya ia akan terbangun dengan cepat, bahkan suara langkah kaki yang mendekat ke kamarnya bisa mmebuatnya terbangun. Mungkin kerena beberapa hari ini Zen kurang tidur.

Gara-gara Vino nyebar gosip gila itu, Zen berjanji dalam hati akan menyembur Vino jika mereka bertemu.

“Jev? Kamu kenal mereka?” Zen mengarahkan pandangan pada adik-adik kelasnya.

Jev menjawab dengan gelengan.

-

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
My Sunset
6395      1353     3     
Romance
You are my sunset.
V'Stars'
1283      575     2     
Inspirational
Sahabat adalah orang yang berdiri di samping kita. Orang yang akan selalu ada ketika dunia membenci kita. Yang menjadi tempat sandaran kita ketika kita susah. Yang rela mempertaruhkan cintanya demi kita. Dan kita akan selalu bersama sampai akhir hayat. Meraih kesuksesan bersama. Dan, bersama-sama meraih surga yang kita rindukan. Ini kisah tentang kami berlima, Tentang aku dan para sahabatku. ...
High School Second Story
3608      1086     5     
Romance
Pekrjaan konyol yang membuat gadis berparas cantik ini kembali mengingat masa lalunya yang kelam. Apakah dia mampu menyelesaikan tugasnya? Dan memperbaiki masa lalunya? *bayangkan gadis itu adalah dirimu
When Heartbreak
2121      795     0     
Romance
Sebuah rasa dariku. Yang tak pernah hilang untukmu. Menyatu dengan jiwa dan imajinasiku. Ah, imajinasi. Aku menyukainya. Karenanya aku akan selalu bisa bersamamu kapanpun aku mau. Teruntukmu sahabat kecilku. Yang aku harap menjadi sahabat hidupku.
Alice : The Circle Blood
2397      807     3     
Fantasy
Penelitian baru dan kejam membuat murid di Munnart University dipenuhi dengan ketakutan. Pihak Kerajaan Mtyh telah mengubah segala sistem kerajaan dengan sekejap mata, membuat makhluk-makhluk di luar teritori Negeri Alfambell bertanya-tanya akan sikap Sang Ratu. Alice adalah makhluk setengah penyihir. Perempuan itu salah satu yang berbeda di Munnart, hingga membuat dirinya menjadi sorotan murid-...
complicated revenge
18710      2860     1     
Fan Fiction
"jangan percayai siapapun! kebencianku tumbuh karena rasa kepercayaanku sendiri.."
Last Game (Permainan Terakhir)
441      296     2     
Fan Fiction
Last Game (Permainan Terakhir)
Sekilas Masa Untuk Rasa
3438      1100     5     
Romance
Mysha mengawali masa SMAnya dengan memutuskan untuk berteman dengan Damar, senior kelas dua, dan menghabiskan sepanjang hari di tribun sekolah sambil bersenda gurau dengan siapapun yang sedang menongkrong di sekolah. Meskipun begitu, Ia dan Damar menjadi berguna bagi OSIS karena beberapa kali melaporkan kegiatan sekolah yang menyimpang dan membantu kegiatan teknis OSIS. Setelah Damar lulus, My...
Story Of Chayra
8935      2629     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...
SOSOK
91      81     1     
Horror
Dunia ini memang luas begitu pula seisinya. Kita hidup saat sendiri namun bersama sosok lain yang tak terlihat. SOSOK adalah sebuah cerita yang akan menunjukkan sisi lain dunia ini. Sebuah sisi yang tak terduga dan tak pernah dipikirkan oleh orang-orang