Loading...
Logo TinLit
Read Story - Astronaut
MENU
About Us  

 Sejak pertama mengenal Vino, Zen tak bisa mengikuti pola pikirnya. Ketika mereka masuk taman kanak-kanak yang sama, Vino lebih senang bermain di luar kelas, sedangkan Zen dengan senang hati membaca setiap buku dari gurunya. Setiap Zen membaca buku, Vino selalu memintanya bersuara keras karena saat itu Vino belum bisa membaca. Zen ingat, Vino hanya mendengarnya lima menit sebelum akhirnya berlari keluar, menatap langit yang menyakitkan mata.

Zen tidak ingat kapan pertama kali Vino suka melihat pesawat terbang. Mungkin saat umurnya tiga atau empat tahun. Mereka sudah mengenal sejak belum bisa bicara, jadi hal seperti itu sudah lenyap dari memorinya. Zen hanya mengingat alasan pertama Vino menyukai benda terbang itu.

“Dia bebas, Zen,” Vino mengatakannya saat mereka sudah agak besar. Sekitar kelas empat sekolah dasar.

“Maksudnya bebas?” Zen tak mengerti kalimat Vino. Bebas. Pesawat terbang.

Vino menunjuk langit, “Pesawat itu disana, gravitasi aja nggak bisa ngatur pesawat supaya tetap dibawah.”

Mata Zen melebar, tahu apa temannya tentang gravitasi?

“Keren…” entah apa yang dipuji Vino, ia tiba-tiba bergumam.

“Kalau emang pesawat itu bebas, kenapa kamu mau jadi astronot? Harusnya pilot, dong!” kepala Zen ikut mengadah, melihat langit yang menyilaukan mata.

“Astronot itu lebih bebas! Keluar bumi… bayangin, Zen. Jauh… Jauh… lebih jauh dari langit itu!” Vino melompat, tangannya terangkat tinggi seakan ingin menyentuh langit.

Zen berdecak, temannya sudah sedikit gila.

Kegilaan itu terjadi sampai tahun-tahun berikutnya. Sampai beberapa menit lalu Vino tiba-tiba berada di hadapannya. Sampai sekarang ia berada di depannya, berjalan lebar-lebar entah kemana.

“Vin, mau kemana?” Zen daritadi diam, tapi Vino telah membawanya ke tempat terpencil. Banyak lumut serta ilalang dibiarkan meninggi. Zen tak bisa tak bertanya saat sadar mereka di lorong diantara gedung asrama dan tembok pembatas dengan jalan raya.

“Butuh tempat aman, Zen,” Vino masih menjawab dengan bisikan padahal jika ia berteriak, Zen yakin tak akan ada yang mendengarnya.

“Maksudnya?”

Vino bukan menjawab malah menempelkan telunjuk ke bibir. Ia tersenyum tipis lalu berjalan lebih jauh lagi.

Sebenarnya apa yang dihindari oleh Vino? Zen tak punya sedikitpun petunjuk. Apa Zen sedang masuk ke permainan Vino? Bukankah Vino punya imajinasi yang tinggi? Ah, sial, Zen pernah mengalami hal serupa sebelumnya.

Zen lagi-lagi tak terlalu mengingatnya, yang jelas ia sudah cukup umur untuk tahu hal benar dan hal bohong. Saat itu, Vino mengajaknya berlari di tengah hujan, ia bilang ada pembunuh mengincarnya. Zen tak percaya hanya diam melihat temannya panik tanpa sebab.

Tapi tiba-tiba raut wajah Vino berubah, tatapan matanya tajam, ia juga melirik ke belakang beberapa kali, “Aku serius, Zen,”

Sedetik setelahnya mereka berdua berlari secepat kilat, mengetuk rumah Haya sambil berteriak.

Haya keluar dengan boneka di tangannya, “Zen, kamu bodoh banget mau dibohongin Vino.”

Hari ini sepertinya Vino melakukan hal yang sama dengan waktu itu. Membohonginya. Sekarang aku nggak… “Haya?”

Haya berdiri di ujung gang sempit lembab itu. Ia mengenakan baju tidur berbalut cardigan tipis. Haya mengetukkan kakinya ke tanah, “Lama banget kalian!”

“Tadi Zen susah dibangunin,” Vino menoleh pada Zen lalu lanjut berjalan hingga mendekati Haya.

“Ada apa ini?” Zen lalu menggertakkan gigi, seperti seseorang yang tidak tertarik bercampur dengan kesal karena waktu istirahatnya terpotong.

“Tanya lah Nocil, aku nggak tau apa-apa,” Haya mengangkat kedua tangannya.

Zen langsung melirik Vino, “Vin?”

“Tenang saudara-saudara, mari kita duduk dulu,” tanpa pikir panjang Vino duduk di salah satu bongkahan batu.

“Aku nggak mau duduk, kotor,” Haya bersandar pada tembok.

Zen tidak bergerak sedikit pun, ia menatap Vino dan Haya bergantian. Meminta jawaban atau penjelasan atau apa saja yang masuk akal. Kenapa ia harus masuk ke gang sempit hanya untuk mengobrol.

Vino berdeham, “Kita dalam bahaya! Zen kamu adalah yang paling terancam!”

Ah, itu memang, Vino-banget. Menyampaikan sesuatu dengan gaya sok benarnya. Zen menarik nafas, membiarkan berbagai bebauan masuk dan dicerna otaknya.

Bola mata Haya berputar, “Cil, jangan bercanda! Langsung ke intinya karena aku belum ngerjain tugas!”

“Pemburuan siswa terpintar itu beneran, Hay, Zen. Tadi aku sempat periksa kamar Zen, ada 3 cctv disana. Sistem sensornya berbeda dengan sistem sensor guru, bunyinya, pola terbukanya pintu, kartunya. Lagipula yang dipindahkan bukan cuma kamu, Zen, beberapa anak peringkat atas juga dipindah karena kamarnya rusak. Kalian tau Feris kan? Anak kelas sebelas yang paling pintar? Kamar mandinya tiba-tiba terus mengeluarkan air, lalu dia dipindah ke kamar dekat Zen. Sistem kamarnya beda dengan kamar kita—”

“Itu kan kamar baru, Vin, nggak usah bikin kesimpulan nggak masuk akal!” sahut Zen memotong kalimat panjang Vino.

“Ngapain di kamar itu ada cctv? Buat ngawasin kalian, orang-orang pintar!” Vino menunjuk Zen.

“Hay?”

Zen jelas meminta Haya untuk membelanya, karena memang itu yang biasanya terjadi. Kali ini Haya diam, ia menunggu kalimat lanjutan Vino.

“Zen, percaya sama—”

“Lalu, kita harus apa? Aku harus apa? Kalian tau sendiri kita nggak bisa keluar masuk dengan bebas kan?” lagi, Zen tak sabar menunggu Vino menuntaskan kalimatnya.

Vino menepuk batu yang ia duduki, “Makanya, kita disini untuk mikirin itu bareng-bareng,”

Zen terkekeh sambil menggelengkan kepala, “Aku nggak ada waktu untuk ini,” Zen mengibaskan tangan sambil berbalik. Berjalan menjauh meninggalkan Haya dan Vino.

Ia mendengar Vino memanggil namanya beberapa kali, disusul dengan Haya melakukan hal yang sama. Dari jauh, Zen mendengar Haya bicara pada Vino.

“Cil, nggak usah gila, mana mungkin Zen percaya!”

Haya bener, mana mungkin aku percaya. Zen terus berjalan, keluar dari gang sempit itu, masuk ke dalam area asrama, menyusuri setiap lorong, dan berakhir dengan lompatan ke atas ranjangnya. Zen hanya beberapa detik merebahkan tubuh, pikirannya berubah tak tenang. Zen mengambil kartunya, mendekatkannya pada sensor agar pintu terbuka.

Sensor itu berkedip tiga kali, tanpa suara.

Ini cuma sistem sensor baru, kan? Zen meyakinkan dirinya sendiri.

Ia mencobanya lagi, membuka pintu sambil memperhatikan sensornya bekerja. Saat ia akan menutup kembali pintu, Zen melihat petugas yang wajahnya asing sedang menatapnya lurus-lurus. Petugas itu mengenakan seragam seperti yang lain, tapi ia jelas terlihat berbeda. Badannya lebih tegap, tangannya lebih kekar.

Zen menelan ludah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
280      229     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...
Dark Fantasia
5236      1553     2     
Fantasy
Suatu hari Robert, seorang pria paruh baya yang berprofesi sebagai pengusaha besar di bidang jasa dan dagang tiba-tiba jatuh sakit, dan dalam waktu yang singkat segala apa yang telah ia kumpulkan lenyap seketika untuk biaya pengobatannya. Robert yang jatuh miskin ditinggalkan istrinya, anaknya, kolega, dan semua orang terdekatnya karena dianggap sudah tidak berguna lagi. Harta dan koneksi yang...
I Always Be Your Side Forever
6628      1765     3     
Romance
Lulu Yulia adalah seorang artis yang sedang naik daun,tanpa sengaja bertemu dengan seorang cowok keturunan Korea-Indonesia bernama Park Woojin yang bekerja di kafe,mereka saling jatuh cinta,tanpa memperdulikan status dan pekerjaan yang berbeda,sampai suatu hari Park Woojin mengalami kecelakaan dan koma. Bagaimana kisah cinta mereka berdua selanjutnya.
Akhir SMA ( Cerita, Cinta, Cita-Cita )
1920      983     1     
Romance
Akhir SMA yang tidak pernah terbayangkan dalam pikiran seorang cewek bernama Shevia Andriana. Di saat masa-masa terakhirnya, dia baru mendapatkan peristiwa yang dapat mengubah hidupnya. Ada banyak cerita terukir indah di ingatan. Ada satu cinta yang memenuhi hatinya. Dan tidak luput jika, cita-cita yang selama ini menjadi tujuannya..
Antara Jarak Dan Waktu
15175      2514     3     
Romance
Meski antara jarak dan waktu yang telah memisahkan kita namun hati ini selalu menyatu.Kekuatan cinta mampu mengalahkan segalanya.Miyomi bersyukur selamat dari maut atas pembunuhan sang mantan yang gila.Meskipun Zea dan Miyomi 8 tahun menghilang terpisah namun kekuatan cinta sejati yang akan mempertemukan dan mempersatukan mereka kembali.Antara Jarak Dan Waktu biarkan bicara dalam bisu.
Popo Radio
11253      2192     20     
Romance
POPO RADIO jadi salah satu program siaran BHINEKA FM yang wajib didengar. Setidaknya oleh warga SMA Bhineka yang berbeda-beda tetap satu jua. Penyiarnya Poni. Bukan kuda poni atau poni kuda, tapi Poni siswi SMA Bhineka yang pertama kali ngusulin ide eskul siaran radio di sekolahnya.
Secret Garden
328      275     0     
Romance
Bagi Rani, Bima yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Bima, Rani yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar jiwa?
DEVANO
726      446     1     
Romance
Deva tidak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Mega bisa begitu berpengaruh untuk hidupnya. Dan untuk pertama kalinya setelah hari itu, Dio-mantan sahabatnya, ikut campur dalam urusannya. Padahal, biasanya cowok itu akan bersikap masa bodo. Tidak peduli pada semua yang Deva lakukan. Ternyata, pertemuan itu bukan hanya milik Deva. Tapi juga Dio di hari yang sama. Bedanya Deva lebih berun...
Run Away
8130      1825     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Awesome Me
3395      1205     3     
Romance
Lit Academy berisi kumpulan orang-orang mengagumkan, sebuah wadah untuk menampung mereka yang dianggap memiliki potensi untuk memimpin atau memegang jabatan penting di masa depan. Mereka menjadi bukti bahwasanya mengagumkan bukan berarti mereka tanpa luka, bukti bahwa terluka bukan berarti kau harus berhenti bersinar, mereka adalah bukti bahwa luka bisa sangat mempesona. Semakin mengagumkan seseo...