Pagi ini aku terbangun dengan suasana hati yang buruk, entah mengapa semalam aku kembali memimpikan kejadian kecelakaan yang pernah menimpaku dan keluargaku dahulu. Aku memang tak pernah berusaha melupakan hal itu tetapi sudah lama semenjak aku terapi aku tak pernah memimpikan hal itu lagi.
Mimpi ini entah mengapa membuatku kembali merindukan sosok kakakku yang menghilang sejak kejadian tersebut, hari demi hari selalu ku lewati dengan harapan dapat mendengar kabar jika kakakku ditemukan dan dapat kembali berada di sampingku.
Aku menghalau segala perasaan tak enak yang aku rasakan dan berjalan ke kamar mandi untuk berendam di dalam bath tub.
Selesai mandi dan mengenakan pakaikan aku mendengar suara panggilan masuk dan itu dari Reyn. Akupun langsung mengangkat panggilan tersebut.
“Hei!”
“Ya”
“Mama masak makanan kesukaan kamu nih, main ya kesini” ucap Reyn
“Boleh, tunggu ya aku ijin dulu sama bibi”
“oke, aku tunggu”. Panggilan pun aku putus dan aku bergegas mencari bi Inah.
Bi Inah ini udah aku anggap seperti mama ke tiga ku setelah mama kandungku dan mama Reyn.
Jangan bertannya mengapa aku justru ijin kepada bi inah, karena aku akan langsung memberi jawaban tanpa perlu ditannya.
Mamaku lebih tepatnya mama kandungku adalah seorang wanita karir yang selalu sibuk karena selain menangani perusahaan yang mama kelolola, mamapun harus selalu menemani papa dalam pekerjaannya dan biasanya papa akan bertemu klaiennya diluar kota bahkan di luar negri, karena itu aku jarang sekali bisa bertemu mereka. Dan selama mereka tidak ada, bi Inah lah yang selalu mengurusku Itulah alasan mengapa aku justru meminta ijin kepada bi inah karena hanya bi inahlah yang selalu menemaniku di rumah ini.
Aku mengambil sepedaku untuk menuju rumah Reyn, karena rumah kita yang tidak begitu jauh dan hanya berbeda beberapa blok saja membuatku melarang setiap supir dirumah untuk mengantarku dan akupun memutuskan membeli sebuah sepeda yang hingga kini masih selalu aku gunakan jika ingin berkunjung ke rumah Reyn.
Aku sampai di depan gerbang rumah Reyn, rumah nya tak beda jauh dengan rumah ku. Gerbang tinggi menyambut kedatanganku dan tak lama gerbangpun otomatis terbuka karena sang penjaga rumah, pak Hasan sudah mengenalku dan akan selalu membukakan pintu untukku jika berkunjung.
Ada hal ganjil yang aku temukan saat memasuki halaman rumah Reyn, aku menemukan sebuah mobil sport berwarna merah terparkir dengan sempurna di samping mobil reyn dan aku yakin jika mobil ini bukanlah mobil baru yang dibeli Reyn karena ia tak menyukai warna merah.
Aku bengabaikan mobil tersebut dan berjalan memasuki karangan depan rumah Reyn, saat berada di depan pintu bi Eni, asisten rumah tangga Reyn sudah menyambutku dan mempersilahkan aku untuk masuk.
Aku masuk dan menuju dapur ketika mendengar suara Reyn yang berasal dari sana
“ Reyn” Panggilku dari luar dapur
“Sini El” Reyn menjawab dengan melambaikan tangannya dan menyuruhku memasuki dapur
“nih mama masak Soto, tapi mama minta maaf soalnya harus pergi dulu dan gak bisa ngasih langsung” Reyn menyodorkan semangkuk soto kearahku
“iya gapapa” aku menerima soto tersebut dan berjalan kearah meja makan. Dan pada saat aku berbalik untuk kemeja makan, saat itulah aku sadar jika sedari tadi bukan hanya aku dan reyn saja yang berada di dapur ini.
Aku berusaha biasa saja meskipun entah mengapa meihat orang yang duduk membelakangiku saat ini membuatku merasa tak nyaman.
Saat aku berjalan dan tepat berada selangkah dibelakangnya, tiba-tiba saja ia berbalik dan pada saat itulah aku merasa waktu berhenti berputar karena tatapannya kepadaku, dan pada saat itulah aku merasa seakan ditarik oleh waktu.