1. Ara & Bella
1 // Ara & Bella
Seorang gadis berkacamata dengan rambut terurai menatap ke luar jendela kelas mereka dengan tatapan pilu. Ingin rasanya ikut bolos seperti beberapa anak laki-laki dari kelas lain. Malas rasanya belajar terus menerus.
Tap
Gadis itu mengalihkan pandangannya pada orang yang menepuk bahunya.
"Hei, jangan pernah kepikiran untuk bolos," sahut orang itu. Gadis berkacamata itu menghela napas panjang. Orang tadi menepuk bahunya lagi. "Suatu saat kamu akan bisa sebebas mereka. Tapi bukan sekarang waktunya. Ingatlah, kamu harus terus belajar dan cepat-cepat pergi dari sekolah atau bahkan keluargamu. Jangan biarkan mereka menyiksamu terus-menerus."
Gadis itu mengangguk.
"Tahun ini, ada kelas akreditasi. Coba dapatkan itu, Ra." Orang tadi berjalan kembali menuju tempat duduknya saat guru yang mengajar mereka sudah tiba.
Gadis yang disebut "Ra" tersenyum kecil. Pasti dia akan mengambilnya. Ini dapat membantunya menjalankan misinya.
"Terima kasih, Clara."
????????????
Sebagai seorang ketua kelas, tidak heran gadis itu dikenal kalangan kelasnya. Ketua kelas yang memiliki nilai terbaik. Ketua kelas yang berselisih dua tahun dengan mereka. Dialah Ara, seorang gadis berumur 14 tahun, yang mengalami akreditasi sebanyak dua kali, yang membuatnya sekarang berada di kelas 2 SMA.
"Ara." Sebuah suara terdengar dari belakangnya. Seorang gadis yang ukuran badannya serupa dengan Ara menghampirinya dan merangkulnya dengan erat. "Kamu tambah pendek aja, Ra."
Ara menepis tangan yang merangkulnya dengan kesal. Lalu dia berjalan sambil berjinjit. "Mentang-mentang punya keluarga yang badannya tinggi, jadi mau ngejek aku pendek? Ini aku udah tinggi, nih."
Gadis itu, Clara, tertawa terbahak-bahak mendengar sahabatnya yang sedang cemburu. "Jangan sirik, Ra. Kapan-kapan kamu juga bisa jadi tinggi, kok."
Ara mendengus sambil berjalan meninggalkan Clara yang sangat menyebalkan baginya. Clara berlari kecil mengejar Ara. Ara berjalan makin cepat, hampir berlari. Clara juga menambah kecepatannya.
Bruk
Ara menabrak seseorang yang membuat keduanya jatuh tersungkur. Ara melirik orang yang ditabraknya.
"Kamu gapapa?" tanya orang yang ditabraknya.
"Kok malah nanya aku? Kan kamu yang aku tabrak." Ara terlihat sangat khawatir. Orang yang ditabraknya adalah seorang laki-laki yang berwajah tampan dengan kacamata bertengger di batang hidungnya.
"Aku gapapa. Cuma lecet sedikit," jawab laki-laki itu. "Kenalkan, namaku-" Perkataan orang itu terpotong oleh ocehan Clara.
"Sudah kubilang jangan kabur. Jatuh, kan. Sini aku obatin dulu. Jadi cewek itu harus hati-hati. Nabrak orang, kan. Kalo kamu luka, aku yang repot." Ocehan Clara sudah seperti dengungan nyamuk saking banyaknya ocehan yang keluar dari mulutnya.
"Aku pergi dulu," kata laki-laki yang ditabraknya tadi. "Sampai jumpa lagi, Ara."
Wajah Ara memerah. Bagaimana laki-laki itu tahu namanya? Dia tidak terkenal di luar kelas. Jelas-jelas laki-laki tadi bukan di kelasnya. Kalau iya, Ara pasti sudah tahu namanya.
"Hei, jangan bengong. Kamu lihat apa? Hantu?" Ara mengutuk Clara dalam hati. Kalau saja dia tidak datang sebelum laki-laki tadi memberikan namanya. Ara menghela napas.
"Ayo kembali ke kelas," ajak Ara.
"Kamu harus ke UKS," perintah Clara.
"Cuma lecet sedikit, kok."
Clara menatap lecet yang dikatakan sedikit itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Lecet itu membuat tangan Ara berdarah. Sedikit darimana? Tapi dia hanya bisa menuruti keinginan Ara.
????????????
Jam pulang sekolah baru saja berbunyi. Ara membereskan buku-bukunya sedangkan Clara sudah berada di sampingnya.
"Tumben hari ini nggak langsung ngacir ke kelas Bella," kata Clara sambil membantu Ara membereskan barang-barangnya.
"Malas."
Seseorang mengintip di balik pintu. Seketika, Clara langsung mengepalkan tangannya geram. Orang itu berjalan mendatangi Ara dengan wajah berseri-seri.
"Kak Ara, ayo kita pulang," ajak orang tadi. Dia menarik-narik tangan Ara dengan kuat. Ara menepis tangan itu yang menyebabkan orang tadi terjatuh. Untung saja tidak banyak yang melihat kejadian ini. "Ayo."
"Heh, Bella, ngapain kamu ke sini? Tolong jangan buat masalah lagi atau aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri. Aku tidak masalah masuk ke penjara karena membunuh seorang seperti kamu." Clara menatap Bella dengan tatapan penuh kebencian. Lalu dia menamparnya dengan keras. Ara melangkah keluar dari kelas. Ara tidak tahan melihat adik kembarnya disakiti. Tapi dia merasa kalau Bella perlu balasan atas semua yang pernah diperbuatnya.
"Aku cuma mau ajak Kak Ara pulang. Nanti papa sama mama marahin Bella. Kamu jangan tampar aku!" teriak Bella.
"Diam, bocah," kata Clara dengan kesal. Dia mengangkat Bella dengan satu tangan. "Mungkin Ara terlalu baik untuk seorang adik seperti kamu. Dia mungkin tidak akan menyakitimu. Tapi sayangnya, aku bisa."
Clara melempar Bella ke lantai dengan kuat. Bella menangis dengan kencang. Sakit rasanya dilempar oleh seorang karateka yang menghajarnya dengan dendam.
"Hei, apa yang kamu lakukan pada anak saya?!" bentak mama Bella pada Clara. Ara kembali masuk ke dalam kelas.
"Ara, kenapa kamu tidak menjaga Bella?! Sebagai kakak kembarnya, kamu harus menjaganya dengan sepenuh hati." Bentakan mama Ara dan Bella menggelegar hingga kepala sekolah sampai datang dengan panik.
"Badan Bella sakit, ma. Harusnya Bella nggak mungkin luka kalau Kak Ara nggak keluar dari kelas. Kak Ara jahat," tangis Bella.
Plak
"Saya masih baik sama kamu karena hanya kamu yang bisa jaga Bella dengan baik. Saya sangat malu dengan kamu," kata mama Ara setelah menamparnya dengan keras.
Mama Ara dan Bella pergi keluar dari kelas bersama Bella yang sedang menangis. Namun Ara dan Clara tahu, Bella sedang tersenyum di balik tangisnya. Tersenyum melihat kakak kembar kesayangannya dimarahi.
????????????
@silviagina makasih sudah mampir dan baca ceritaku ini :)
Comment on chapter 1. Ara & Bella