Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rumah Laut Chronicles
MENU
About Us  

“Saya akan menceritakan salah satu kisah yang paling seram yang terjadi di rumah itu,” Pak Husein memulai. Joanna cepat-cepat menyalakan laptopnya.

“Kisahnya terjadi lima belas tahun lalu. Waktu itu rumah laut baru saja direnovasi oleh pemilik barunya. Kisah ini terjadi tak lama setelahnya. Waktu itu yang menempati rumah itu adalah keluarga Laksono. Saat itu rumah itu belum terlalu memiliki reputasi gelap. Namun setelah mereka menempatinya, dan kematian mulai menyusul satu persatu, rumah itu mulai ditakuti.”

***

13 Maret 2003

“Laksmi, Laksmi!”

Gadis yang dipanggil menoleh.

“Apa?” tanyanya agak enggan.

“Rudi suka sama kamu lho!” Seruan menggoda lalu berkumandang. Disusul suara siulan.

“Astaga.” Laksmi menghela nafas. Dia lalu memutar bola matanya. Inilah sebabnya dia malas ke pasar pagi-pagi sekali. Selalu ada sekumpulan cowok yang sedang nongkrong lalu mulai menggodanya. Dia buru-buru menyelesaikan belanjanya, ingin segera pulang.

Dia sedang menunggu di pangkalan ojek ketika didengarnya seseorang menyapanya.

“Maaf Mbak, saya mau tanya.”

Dia segera berbalik dan berhadapan dengan seorang wanita yang sepertinya baru saja turun dari mobil besar.

“Di mana letak rumah laut? Itu, yang ada di atas tebing,” lanjut si wanita.

Laksmi mengangkat salah satu alisnya. Rumah laut? Dia memperhatikan si wanita, kemudian mobil yang ditumpanginya. Dan dia paham. Orang pindahan,katanya dalam hati. Rumah laut, hm? Banyak orang bilang rumah itu angker. Dia sendiri tak percaya. Mungkin rumor berkembang karena rumah itu sering berganti kepemilikan, begitu pendapatnya.

“Dari pasar lurus terus saja Bu, nanti ada jalan menanjak ke arah tebing. Dari situ lurus terus mengikuti jalan, rumah itu persis di puncak,” jelasnya, karena wanita itu menunggu jawabannya sementara dia sibuk berpikir.

Si wanita tersenyum.

“Terima kasih Mbak.”

Dia lalu kembali ke mobil. Ketika mobil melaju, Laksmi melihat pengendara mobilnya, seorang cowok berumur sebaya dengannya. menangkap pandangan Laksmi, cowok itu tersenyum. Laksmi terpana. Matanya tak berkedip sampai mobil menjauh darinya.

***

“Nama lelaki muda itu Harry Laksono. Kata orang dia memang ganteng. Sangat memikat. Dia segera menjadi buah bibir. Laksmi Larasati segera tahu tentangnya. Dia sendiri merupakan kembang desa di sini dulu. Kecantikannya khas gadis laut. Kulit sawo matang, rambut lurus yang seringnya disanggul, dan senyum yang indah. Laksmi tak pernah bisa melupakan pertemuan pertamanya dengan Harry. Padahal mereka tak seharusnya bertemu, selanjutnya juga sebaiknya jangan pernah bertemu.” Pak Husein menunduk memandang rokoknya, gatal ingin mengisapnya. Tapi dia berusaha menahan diri.

Joanna mengangguk. Dia terus mengetik.

“Seandainya mereka tak bertemu, Yaah... nasibnya akan jauh berbeda. Dia masih akan hidup.”

***

Malamnya ada syukuran rumah baru di rumah laut. Semua penduduk diundang. Namun hanya sedikit yang memenuhi undangan itu, banyak yang merasa takut mendatangi rumah laut. Di antaranya adalah kepala desa dan keluarganya. Laksmi adalah putri satu-satunya kepala desa, jadi dia tentu harus ikut datang.

Suasana di dalam rumah sangat meriah, seperti suasana pesta. Banyak makanan lezat dan musik berkumandang di mana-mana. Rupanya keluarga Laksono sangat kaya. Katanya mereka pengusaha suatu perusahaan besar yang berhubungan dengan ekspor makanan laut.  

“Kata orang Harry lulusan luar negeri,” kata ayah Laksmi sambil memandang tuan rumah. Tatapannya terasa agak menghina.

“Terus kenapa ayah?” tanya Laksmi heran.

“Sepertinya sok,” jawab ayahnya lalu berdecak. Laksmi tersenyum.

“Jangan berburuk sangka Yah. Toh mereka sudah menyelenggarakan pesta ini buat kita. Berarti mereka mau bergaul dengan kita,” katanya.

Ayahnya tak menjawab dan hanya mendengus.

Tanpa sadar mata Laksmi memandang ke sekeliling ruangan, mencari Harry yang ditemuinya beberapa hari lalu.

“Mbak cari siapa?”

Tiba-tiba Laksmi terkejut manakala ada suara menyapa dari belakangnya. Dia segera berbalik dan bertatapan langsung dengan Harry Laksono yang tersenyum. Laksmi langsung salah tingkah.

“Ah...enggak,” jawabnya cepat. Ayahnya menoleh ke arah mereka, mendengus, lalu beranjak pergi.

“Mbak suka pestanya?” tanya Harry. Laksmi mengangguk cepat, masih grogi.

“Ah, ya. Suka. Terima kasih sudah mengundang kami semua,” jawabnya. Harry kembali tersenyum dan Laksmi merasakan wajahnya memerah.

“Keluar aja yuk Mbak, saya sebenarnya nggak suka ramai-ramai gini,” katanya.

Laksmi terkejut.

“Ah, ya. Oke.”

Malam itu lalu menjadi malam resmi perkenalan mereka. Setelahnya mereka menjadi semakin dekat. Mereka lalu menjalin hubungan yang lebih akrab. Setahun setelahnya, Harry melamar Laksmi.

***

Setelah mereka menikah tentu saja Laksmi diboyong ke rumah Harry, rumah laut. Laksmi mulai menikmati kehidupannya yang baru. Orangtua Harry sangat baik padanya, walaupun mereka sedikit aneh. Misalnya mereka memiliki beberapa ruang khusus yang katanya adalah ruang benda koleksi. Kata Harry kedua orangtuanya sangat suka bepergian waktu masih muda. Ruang-ruang itu tidak boleh dimasuki oleh siapa pun, bahkan pembantu rumah. Yang membersihkannya adalah orangtua Harry langsung.

Keanehan kedua adalah mereka menempatkan lukisan sangat besar di ruang makan. Lukisan itu hampir memenuhi seluruh sisi dinding. Para pembantu juga tidak boleh membersihkan lukisan itu. Lukisan itu sendiri kelihatan sangat kuno dan tua.

“Katanya mereka penghuni pertama rumah laut,” kata Harry suatu malam setelah makan malam.

“Kelihatannya sudah lama sekali ya lukisannya?” Dahi Laksmi berkerut. Harry mengangguk.

“Tahun 1980-an katanya, nggak ada yang tahu tahun berapa tepatnya.”

Keanehan ketiga adalah setiap bulan selalu ada pergantian pembantu. Padahal tidak ada yang salah dengan pembantu-pembantu itu. Laksmi tidak pernah melihat bagaimana prosesnya. Hanya setiap dia bangun pagi di awal bulan, pembantu yang biasa dikenalnya sudah tidak ada dan diganti dengan pembantu baru. Harry bilang pembantu-pembantu itu tidak betah, katanya rumah tua mereka membuat mereka takut. Laksmi heran, padahal selama dia tinggal di sana dia tak pernah merasakan ada hal yang aneh di rumah itu.

“Biasalah, biasanya mereka orang yang masih kolot dan percaya hal-hal aneh kan?” kata Harry.

Suatu hari setelah makan malam di akhir bulan Juni, Laksmi membereskan meja. Tiba-tiba dia mencium bau anyir seperti darah. Dia menelusuri asal bau itu dan melihat ada tetesan darah di lantai menuju ke arah ... lukisan besar. Dia sedang berpikir apakah ada tikus mati dan hendak mencari bangkainya ketika terdengar suara teriakan.

“Jangan!”

Laksmi berbalik dengan terkejut. Ternyata Nyonya Laksono. Ibu Harry tersebut buru-buru mendekatinya.

“Jangan dekati lukisannya ya,” katanya segera. Ekspresinya campuran antara marah dan khawatir.

Laksmi yang masih terkejut menunjuk ke arah lantai.

“Ada tetesan darah Bu, jangan-jangan ada tikus mati,” katanya terbata-bata. Nyonya Laksono segera memegang lengannya dan membimbingnya duduk di kursi meja makan.

“Ah, udah biasa kalo itu. Tadi siang Yu Nah saya suruh membersihkan bangkai tikus, jadi itu mungkin darahnya yang netes,” katanya segera.

Laksmi mengangguk paham. Sudah kuduga bangkai tikus, katanya.

“Nanti saya suruh Yu Nah ngepel lantai. Kamu santai-santai saja ya. Piring juga biar dibawa Yu Nah ke dapur,” kata Nyonya Laksono.

Laksmi kembali mengangguk. Dia segera pemit untuk tidur. Ketika dia naik ke lantai dua, dia merasakan keinginan untuk menoleh. Apa yang dilihatnya membuatnya terkejut sekaligus mual.

Nyonya Laksono menyeka tetesan darah di lantai dengan jari telunjuknya, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Dia menutup mata dan menyesap jarinya, kelihatannya sangat menikmati rasa darah itu.

***

Keesokan harinya Laksmi tidak melihat Yu Nah lagi. Namun dia bertemu dengan seorang wanita berusia 30-an yang memperkenalkan diri sebagai Ira, katanya dia pembantu yang baru. Dia dan Laksmi segera akrab, karena umur mereka hanya terpaut 10 tahun.

Dia lalu bertanya apakah Mbak Ira merasakan ada hal aneh di rumah itu, tapi Mbak Ira hanya tertawa dan berkata.

“Ah, hal aneh apa Dik? Di sini enak, rumahnya bagus dan luas. Saya betah di sini kok,” katanya.

Laksmi tersenyum, merasa lega. Setidaknya kali ini dia tahu Mbak Ira tidak akan mengundurkan diri.

Namun suatu malam dia terbangun karena merasa mendengar sesuatu. Ada suara seseorang menangis sambil berteriak-teriak. Disusul suara bentakan “Diam!”. Dia lalu turun dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamar. Suasana gelap gulita. Jika malam semua lampu dimatikan, kecuali beberapa lampu kecil di ujung ruangan.

Suara tangisan dan teriakan itu kembali terdengar, meskipun samar-samar. Dia berusaha menajamkan telinganya dan mencari sumber bunyinya. Perlahan dia menuruni tangga.

Suara itu membimbingnya hingga ke ruang makan. Anehnya suara itu terdengar bergaung. Laksmi berusaha mengintip melalui pintu. Apa yang dilihatnya tak akan pernah dilupakannya. Seumur hidupnya.

Ira sedang berteriak-teriak. Posisi tubuhnya berbaring di lantai dengan punggung menghadap ke atas. Kakinya tidak terlihat, ketika Laksmi menajamkan matanya, dia melihat kaki tersebut masuk ke...dalam lukisan. Tepatnya lukisan itu sekarang dalam posisi membuka dan rupanya ada sebuah ruangan besar di baliknya.

Sesuatu menarik Ira semakin masuk ke dalam ruangan di balik lukisan itu. Karena gelapnya ruangan, dia tidak bisa melihat apa atau siapa yang ada di dalam. Dia hanya bisa merasakan aura hitam yang sangat kejam dan jahat. Juga bau busuk yang amat sangat serta bau anyir.

Mata Laksmi membulat karena takut. Belum sempat dia mencerna kejadian di depannya, sebuah suara terdengar olehnya.

“Bagus. Bulan ini untungnya kita dapat dia.”

Itu suara Nyonya Laksono. Nada suaranya terdengar penuh kepuasan.

“Ya, cukup sulit dapat orang baru setiap bulan, ya kan Mi?” balas Tuan Laksono.

Laksmi nyaris lumpuh dalam ketakutan.

***

Setelahnya dia memutuskan untuk kabur. Namun itu tidak mudah. Nyonya Laksono seakan tahu apa yang dia ketahui, maka dia berusaha menahan Laksmi. Bulan itu tidak ada pembantu baru, sepertinya Nyonya Laksono takut Laksmi akan memberitahu pembantu baru itu apa yang sebenarnya terjadi di rumah itu.

Laksmi juga tidak bisa meninggalkan Harry. Dia sangat mencintai suaminya dan dia yakin suaminya tidak tahu apa yang selama ini dilakukan kedua orangtuanya. Maka dia berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengatakan kepada Harry apa yang diketahuinya. Namun itu pun tidak mudah. Nyonya Laksono tak pernah meninggalkannya sendiri. Laksmi juga tidak boleh keluar rumah lagi kecuali jika bersama dengan Nyonya atau Tuan Laksono. Juga ketika malam hari ketika dia masuk ke dalam kamar, dia bisa mendengar langkah seseorang di luar kamarnya. Sepertinya Nyonya atau Tuan Laksono berusaha menguping. Dia juga kesulitan memberitahu Harry sebelum waktunya tidur karena suaminya itu tidur sangat cepat, jam 8 malam dia sudah tertidur.

Namun suatu hari kesempatan itu akhirnya datang. Harry belum tertidur menjelang pukul setengah sembilan malam. Katanya dia ingin menyelesaikan membaca sebuah buku dulu.

Dia lalu memberitahu Harry semuanya yang dilihatnya malam sebelumnya. Pertama dia melihat kelakuan aneh Nyonya Laksono yang menjilat darah di lantai, kedua dia menceritakan kejadian saat Ira ditarik masuk ke dalam lukisan oleh sesuatu. Dia juga menceritakan percakapan antara Tuan dan Nyonya Laksono.

Mata Harry melebar. Namun tiba-tiba ekspresinya membeku. Dia meraih lengan Laksmi dengan keras.

“Harry, sakit!” jeritnya langsung.

Harry lalu menarik lengannya, lalu ke luar kamar. Di luar kamar rupanya sudah ada Nyonya dan Tuan Laksono. Keduanya lantas membantu memegang lengan Laksmi. Percuma dirinya memberontak.

Dia lalu dibawa menuruni tangga, hingga menuju ke ruang makan dan... ke dekat lukisan besar itu. Nyonya Laksono lalu memegang sisi kiri lukisan dan menariknya, menampakkan ruangan besar gelap di baliknya.

“Ayo bawa dia masuk!” seru Nyonya Laksono. Ketiganya lalu menarik Laksmi masuk ke dalam.

Di balik lukisan itu rupanya ada lorong yang sangat panjang. Ada penerangan samar berasal dari lentera-lentera kuno setiap beberapa meter. Laksmi merasa melintasi ruangan itu dalam waktu yang sangat lama.

Akhirnya lorong itu berakhir di sebuah ruangan luas. Di ruangan itu tidak ada apa-apa, kecuali lubang yang dipagari oleh besi, juga ada sebuah meja yang di atasnya hanya ada sebilah pisau. Nyonya Laksono mengambil pisau itu, lalu menarik pergelangan tangan Laksmi dengan paksa. Dia menoreh telapak tangan Laksmi, yang langsung menjerit kesakitan.

Nyonya Laksono lalu bergegas membawa pisau yang berdarah itu hingga ke mulut lubang. Pisau dimiringkan, hingga darah Laksmi menetes ke dalam lubang. Nyonya Laksono lalu kelihatan menunggu, sementara kedua lengan Laksmi masih dipegang oleh Harry dan Tuan Laksono.

Terdengar suara geraman keras dari arah lubang. Sesuatu yang sangat hitam keluar dari lubang. Laksmi tidak bisa melihat jelas seperti apa sosok itu. Seperti kumpulan asap tebal berwarna hitam. Namun dia bisa melihat bahwa asap hitam itu memiliki tangan, yang lalu menjangkau ke arahnya.

“Maaf Laksmi, kau harus tahu tentang semua ini. Kamu tahu, kami harus melakukan segalanya untuk bisa tetap tinggal di sini, di rumah ini. Dia bilang dia bisa terus memberi kami kekayaan. Asal kami juga terus memberinya... yah, kamu sudah tahu kan?” jelas Harry.

Tumbal. Mereka harus menyediakan tumbal setiap bulannya. Dan pembantu-pembantu tak bersalah itulah yang menjadi korbannya.

“Jangan biarkan dia hidup, Harry. Kita sudah kehabisan orang untuk dikorbankan. Lagipula kalau dia pergi dari sini, dia bisa berkoar-koar tentang apa yang kita lakukan,” kata Nyonya Laksono. Dia kembali memusatkan perhatian pada lubang. Makhluk apa pun itu semakin lama semakin naik. Sosoknya tinggi dan sangat besar. Baunya sangat busuk dan bercampur bau anyir darah yang memualkan.

“Cepat, Harry. Dia sudah lapar,” desak Tuan Laksono.

Mata Laksmi membulat ketakutan. Dia ingin kabur tapi kedua lengannya dipegangi erat-erat. Dia mulai putus asa dan pasrah akan nasibnya. Namun sebelumnya dia ingin memandang Harry untuk yang terakhir kalinya.

“Aku mencintaimu, Harry,” katanya.

Mata Harry mengerjap. Pegangan tangannya di lengan Laksmi mengendur. Tuan Laksono menangkap momen itu dan segera berseru.

“Harry! Fokus!”

Namun saat dia berseru, perhatiannya juga teralih. Laksmi melihat kesempatan itu dan secepat kilat berusaha melepaskan lengannya.

“Hei!” seru Tuan Laksono kaget.

“Tangkap dia! Kita tidak bisa kehilangan dia!” Nyonya Laksono akhirnya menyadari apa yang sedang terjadi.      

Secepat kilat Laksmi berlari di sepanjang lukisan. Ketika melihat lentera-lentera, dia tiba-tiba mendapat ide. Dijatuhkannya lentera itu satu persatu. Ruangan mulai berkobar dengan api.

“Tidak!!!” Terdengar jeritan Nyonya Laksono.

Tapi Laksmi tidak berhenti untuk menoleh. Dia segera sampai di ujung lubang. Setelah itu dia langsung kabur keluar rumah. Meninggalkan api yang mulai menyala-nyala di mana-mana.

***

“Laksmi hidup cukup lama untuk menceritakan kisah ini. Setelah kabur dari rumah laut, dia menjadi begitu histeris. Dia menceritakan semuanya dengan membabi buta dan ketakutan. Setelahnya dia jadi...gila,” kata Pak Husein lirih.

Mulut Joanna membuka.

“Gila?” katanya heran. Pak Husein mengangguk.

“Iya, langsung setelah dia selesai cerita dia tertawa histeris, lama sekali. Kata kabar dia terus tertawa selama dua hari penuh. Lalu dia diam. Keesokan harinya orangtuanya menemukannya meninggal di kamarnya. Dia menyilet pergelangan tangannya.”

Tiba-tiba Joanna merasakan mulutnya menjadi kering. Dia menatap Pak Husein dengan tatapan kaget dan ngeri. Pak Husein tersenyum kecil.

“Mbak siap mendengar kisah selanjutnya? Atau...sudah cukup?” tanyanya ketika melihat ekspresi Joanna.

Joanna segera sadar dari keterkejutan dan ketakutannya. Dia menggeleng.

“Ah enggak Pak, ayo Pak lanjut saja. Saya siap,” katanya mantap.

Tapi jari-jemarinya yang berada di atas keyboard gemetar.

***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    serem euy hehe good job thor

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Stay With Me
199      167     0     
Romance
Namanya Vania, Vania Durstell tepatnya. Ia hidup bersama keluarga yang berkecukupan, sangat berkecukupan. Vania, dia sorang siswi sekolah akhir di SMA Cakra, namun sangat disayangkan, Vania sangat suka dengan yang berbau Bk dan hukumuman, jika siswa lain menjauhinya maka, ia akan mendekat. Vania, dia memiliki seribu misteri dalam hidupnya, memiliki lika-liku hidup yang tak akan tertebak. Awal...
Werewolf Game
569      423     2     
Mystery
Saling menuduh, mencurigai, dan membunuh. Semua itu bisa terjadi di Werewolf Game. Setiap orang punya peran yang harus disembunyikan. Memang seru, tapi, apa jadinya jika permainan ini menjadi nyata? Cassie, Callahan, dan 197 orang lainnya terjebak di dalam permainan itu dan tidak ada jalan keluar selain menemukan Werewolf dan Serial Killer yang asli. Bukan hanya itu, permainan ini juga menguak k...
The Last Mission
615      375     12     
Action
14 tahun yang silam, terjadi suatu insiden yang mengerikan. Suatu insiden ledakan bahan kimia berskala besar yang bersumber dari laboratorium penelitian. Ada dua korban jiwa yang tewas akibat dari insiden tersebut. Mereka adalah sepasang suami istri yang bekerja sebagai peneliti di lokasi kejadian. Mereka berdua meninggalkan seorang anak yang masih balita. Seorang balita laki-laki yang ditemuka...
Untuk Reina
25667      3930     30     
Romance
Reina Fillosa dicap sebagai pembawa sial atas kematian orang-orang terdekatnya. Kejadian tak sengaja di toilet sekolah mempertemukan Reina dengan Riga. Seseorang yang meyakinkan Reina bahwa gadis itu bukan pembawa sial. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Riga?
Estrella
359      246     1     
Romance
Oila bingung kenapa laki-laki ini selalu ada saat dia dalam bahaya, selalu melindunginya, sebenarnya siapa laki-laki ini? apakah dia manusia?
Persapa : Antara Cinta dan Janji
7996      1953     5     
Fantasy
Janji adalah hal yang harus ditepati, lebih baik hidup penuh hinaan daripada tidak menepati janji. Itu adalah sumpah seorang persapa. "Aku akan membalaskan dendam keluargaku". Adalah janji yang Aris ucapkan saat mengetahui seluruh keluarganya dibantai oleh keluarga Bangsawan. Tiga tahun berlalu semenjak Aris mengetaui keluarganya dibantai dan saat ini dia berada di akademi persa...
Nobody is perfect
13813      2487     7     
Romance
Pada suatu hari Seekor kelinci berlari pergi ingin mencari Pangerannya. Ia tersesat, sampai akhirnya ditolong Si Rubah. Si Rubah menerima si kelinci tinggal di rumahnya dan penghuni lainnya. Si Monyet yang begitu ramah dan perhatiaan dengan si Kelinci. Lalu Si Singa yang perfeksionis, mengatur semua penghuni rumah termasuk penghuni baru, Si Kelinci. Si Rubah yang tidak bisa di tebak jalan pikira...
Tenggelam dalam Aroma Senja
332      238     0     
Romance
Menerima, adalah satu kata yang membuat hati berat melangkah jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Menunggu, adalah satu kata yang membuat hati dihujani ribuan panah kerinduan. Apakah takdir membuat hati ikhlas dan bersabar? Apakah takdir langit menjatuhkan hukuman kebahagian? Entah, hanyak hati yang punya jawabannya.
Popo Radio
11128      2142     20     
Romance
POPO RADIO jadi salah satu program siaran BHINEKA FM yang wajib didengar. Setidaknya oleh warga SMA Bhineka yang berbeda-beda tetap satu jua. Penyiarnya Poni. Bukan kuda poni atau poni kuda, tapi Poni siswi SMA Bhineka yang pertama kali ngusulin ide eskul siaran radio di sekolahnya.
Forestee
488      344     4     
Fantasy
Ini adalah pertemuan tentang kupu-kupu tersesat dan serigala yang mencari ketenangan. Keduanya menemukan kekuatan terpendam yang sama berbahaya bagi kaum mereka.