Pagi-pagi sekali aku pergi ke kampus dengan make up natural, dan memang sengaja aku lakukan karena aku sudah capek datang terlambat. Benar-benar suatu hal yang ajaib ketika aku melihat spion motorku, ternyata Gio berada di belakangku ketika aku berhenti di lampu merah. Hingga sampailah di parkiran fakultas, kudapati Gio tersenyum melihatku. Dan aku membalasnya dengan senyuman juga. Sepanjang jalan menuju kelas, Gio tak mau berjalan mendahuluiku meski aku sengaja jalan sangat lambat seperti kura-kura. Sesekali aku menengok ke belakang, Gio malah berhenti dan berpura-pura membuka ponselnya. Oke, dan pada akhirnya aku tidak segera menuju kelas tapi menuju balkon gedung yang menghadap pemandangan bukit untuk menenangkan diri. Iya, aku menangis mengingat akan sebuah keputusanku yang salah untuk memilih Aftar dengan melepas Gio. Dan kini apa yang terjadi? Aftar menggantungkan hubungan dan Gio kini bersikap seperti orang asing kepadaku. Air mataku pun menetes beriringan dengan angin yang tiba-tiba berhembus kencang. Aku tidak menyadari bahwa ternyata Gio melihatku dari kejauhan.
Jam perkuliahan aku jalani dengan sedikit sekali semangat. Entahlah, benar-benar kubutuhkan suatu obat untuk menghilangkan kesedihanku.
“Nina, kamu kog tumben gak cerewet. Kan biasanya kamu hobi banget tuh ngerjain temen-temen yang lagi presentasi dengan pertanyaan-pertanyaan gilamu itu?” Tanya Ardi, teman sekelasku di matkul Pajak,
“ohh, nggak apa kog ar, lagi gak pengen tanya aja. Hehe” jawabku dengan santai ke Ardi.
“okke, gak masalah kog.. kamu sehatkan Nin?”.
“Iyaa aku sehat wal’afiat kog”. Jawabku melirik Ardi sambil menopang tangan di dagu.
Ada apa dengan hari ini, mengapa hari ini aku dipertemukan terus dengan Gio yah?. Gumamku dalam hati secara terus menerus tentang Gio sampai di akhir jam mata kuliah dan kembali ke kos. Perjalanan menuju parkiran untuk mengambil motor,
Gio menyapaku. “Nina tunggu....”.
“Nin, kamu mau kemana? Tanya Gio.
“Aaa... oiya, ini aku mau pulang. Jawabku terbata sambil tersenyum, dan Gio berkata,
“Oh yaudah, hati-hati yah. Jangan lupa makan, hari ini kamu terlihat pucat nin.” Dan aku hanya menjawab dengan singkat,
“iya siap, terimakasih”. Dan ketika aku sudah selesai berbicara dengan Gio, aku melihat Aftar sedang berjalan dari fakultas menuju parkiran dengan wanita yang sama aku lihat waktu itu. Dan aku hanya bisa menahan air mata kemudian pergi tanpa melihat Gio. Gio bingung melihat aku pergi sendiri dan Aftar membonceng wanita lain.