Loading...
Logo TinLit
Read Story - Meja Makan dan Piring Kaca
MENU
About Us  

     Keesokan pagi di ruang tamu, seluruh anggota keluarga Pak Fauzi berkumpul dan dimintai keterangan oleh pihak kepolisian. Mereka semua diintrogasi dengan sangat nyaman, karena korban adalah anak-anak. Pak Ono juga memberikan keterangan atas kejadian yang telah terjadi.

     Sherly dan Maliq menceritakan seluruh kejadian dari awal hingga akhir dan menyebutkan dua nama pelaku yang terlibat.

     Stevi menunduk dan memberikan penjelasan, "Sebenarnya Farid dan Kartika ingin balas dendam pada Stevi."

     Pak Fauzi dan Bu Asri sangat terkejut mendengarnya. "Apa kamu melakukan kejahatan sehingga mereka membalasmu seperti ini?" tanya Pak Fauzi.

     Stevi mengangkat kepalanya, melihat kedua orangtuanya dan ketiga saudaranya. "Farid adalah cowok yang sangat mencintai Stevi, tapi Stevi selalu menolaknya. Sedangkan Kartika, dia adalah sahabat Stevi yang sakit hati karena Stevi melarangnya mendapatkan cinta Bang Shandy. Stevi tidak menyangka akan jadi seperti ini. Stevi sangat menyesal, Pa, Ma!" jelas Stevi.

     Shandy menghela napas. "Ini seluruhnya bukan salahmu, Stev. Jika ini ada kaitannya dengan kejadian di pesta ulang tahun Kartika, itu berarti Bang Shandy juga ikut bersalah. Tapi alasan ini semua karena mereka tidak bisa menerima kenyataan. Abang tidak habis pikir!"

     Sherly juga memberikan komentar, "Sherly juga salah, Kak Stevi. Sherly dulu pernah berbicara seperti mengajari ke Bang Farid. Habisnya Sherly kesel, Kak. Bang Farid selalu menitipkan hadiah untuk Kak Stevi, padahal dia tahu kalau Kak Stevi tidak menerimanya. Sherly hanya tidak ingin dia terlalu patah hati. Tapi ... Dia malah sakit hati gara-gara perkataan Sherly."

     "Tidak Sher," bantah Stevi, "Kakak yang bersalah dalam hal ini, mungkin Kakak terlalu egois."

      Maliq memotong perdebatan di antara mereka bertiga, "Abang dan Kakak harus tahu bahwa sebenarnya Maliq yang bersalah. Maliq hanya melempar batu ke abang jahat itu, harusnya Maliq menggunakan sinar ultraviolet dari tangan Maliq -- seperti Ultramen. Tapi Maliq tidak mampu melakukan itu. Maafin Maliq!"

     Seluruh orang yang tadinya berdebat serius menjadi tertawa mendengar ocehan Maliq. "Maliq ... Maliq ... Kamu sudah menjadi pahlawan saat itu. Kami bangga padamu!" sahut Pak Fauzi.

     "Benarkah?!" kata Maliq tersenyum lebar. Dia senang sekali mendengarnya.

     "Sekarang, apa yang bisa kami lakukan untuk kasus ini? Apa kita akan memanggil kedua anak itu ke kantor polisi?" kata pak polisi.

      "Sebaiknya seperti itu," ujar Pak Fauzi, "tapi saya harap, mereka tidak mendapat hukuman yang berat, hanya untuk membuat mereka jera atas tindakan yang telah mereka lakukan."

     "Baiklah. Kami akan melaksanakannya," kata pak polisi.

     Polisi melaksanaan tugasnya untuk menangkap Farid dan Kartika saat mereka di sekolah. Ini juga atas izin kedua orangtua mereka yang mengajak pihak kepolisian ke sekolah. Seluruh murid yang melihat kejadian itu sangat terkejut. Dua orang murid melakukan kejahatan hingga ditangkap polisi.

     Grace dan Citra mendatangi Stevi untuk membahas kejadian ini. "Apa sebenarnya yang terjadi, Stev?"

     Stevi menghela napas dan menceritakan segala hal yang terjadi pada kedua adiknya kemarin.

     Grace dan Citra sangat terkejut mendengarnya, tidak percaya bahwa Kartika bisa melakukan hal seperti itu. Mereka juga akhirnya mengerti maksud Stevi melarang Kartika mendekati abangnya.

     "Aku merasa bersalah, aku tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Apakah cinta harus menimbulkan perpecahan? Apakah cinta harus melakukan kekerasan?" tanya Stevi dengan warna wajah yang berubah hijau.

     Grace dan Citra memeluknya. "Kami juga minta maaf padamu, Stev. Kami hanya bingung saat itu. Ini semua bukan salahmu, ini salah mereka berdua. Mereka yang tidak bisa memahami makna cinta. Mereka sangat ambisius untuk mendapatkan cinta, hingga nafsu merambat menjadi sebuah kejahatan."

      Stevi memandang kedua sahabatnya, "Dalam persahabatan, pasti akan ada batu dan kerikil-kerikil tajam yang akan menghadang. Seberapa besar batu itu, setajam apa kerikil itu, hanya kekuatan persahabatan yang bisa menghancurkan dan menahannya. Semoga kita tidak bertengkar lagi, ya, Guys!"

      Perpecahan itu akhirnya terselesaikan, mereka bertiga saling memaafkan satu sama lain.

 

***

 

     Sore hari, saat Farid dan Kartika ditahan di kantor polisi, orangtua mereka mendatangi kediaman Pak Fauzi dan Bu Asri. Mereka meminta maaf pada Pak Fauzi dan Bu Asri, terutama pada Sherly dan Maliq atas perbuatan anak-anak mereka. Mereka berharap, keluarga Pak Fauzi bisa mencabut kembali laporan pada pihak kepolisian.

     "Kami akan mencabut laporan itu. Kami harap, anak-anak kita bisa berdamai dengan diri mereka masing-masing. Meredam segala amarah dan menghapus dendam yang telah berlalu," kata Pak Fauzi.

     "Terima kasih atas kemurahhatian keluarga ini. Kami akan lebih mengawasi dan memberi nasihat pada anak-anak kami," kata orangtua Kartika.

     Permasalahan ini diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Farid dan Kartika akhirnya bisa tidur nyenyak di rumah malam itu.

     Stevi mengunjungi Sherly di kamarnya, kamar nuansa kayu yang terkesan moderen klasik. Dia ingin meminta maaf secara pribadi. Stevi masih merasa tidak enak hati dengan Sherly, karena sudah melibatkannya dalam permasalahan antara dia dengan orang-orang yang tidak menyukainya.

     "Sherly, Kakak minta maaf, ya. Kamu jangan berpikiran jelek tentang Kakak, Kakak tidak pernah bermaksud untuk melibatkanmu dalam masalah ini," kata Stevi yang terlihat sangat bersalah.

     Sherly yang sedang membaca sebuah novel di atas tempat tidurnya langsung tersenyum pada Stevi. "Kakak jangan merasa bersalah karena kejadian ini. Ini juga pengalaman berharga untuk Sherly. Sherly mendapat pelajaran tentang arti keluarga. Seandainya Sherly tidak peduli pada Kak Stevi, mungkin Sherly tidak akan mengikuti Kak Kartika ke rumah kosong itu. Itu artinya, Sherly menyayangi kakak lebih dari apa pun, karena keluarga itu harus saling melindungi."

     Stevi tidak menyangka Sherly akan mengatasi masalah ini dengan sangat bijaksana. Dia memeluk Sherly dan mengelus pundaknya. "Kamu begitu dewasa. Terima kasih, ya!"

     "Sayang, ayo kita makan!" teriak Bu Asri dari lantai bawah.

     Suara teriakan itu mengubah suasana haru di kamar Sherly. "Ayo, kita turun!" ajak Stevi. Mereka berdua segera turun dan berkumpul bersama yang lain di meja makan.

     Di tengah makan malam yang hangat itu, hanya ada saling memuji satu sama lain. Tidak ada permintaan ataupun keluhan dari keempat anak itu. Dalam hati mereka, berkumpul bersama di meja makan adalah kesempatan luar biasa yang tidak bisa dinilai dengan apa pun.

     "Bagaimana kalau besok malam, kita foto keluarga di studio photo? Kalian setuju!?" ajak Pak Fauzi.

     Keempat anaknya saling melihat satu sama lain, lalu dengan kompak menjawab, "Setuju!"

     "Apa kita harus membeli baju baru?" tanya Bu Asri.

     Tidak ada jawaban dari anak-anaknya, hingga akhirnya Stevi memberi jawaban. "Bagaimana kalau kita foto keluarga dengan kepribadian masing-masing? Jadi kita hanya menggunakan pakaian yang kita miliki," usul Stevi.

     "Ide yang bagus!" sambut Bu Asri. Akhirnya semuanya menyetujui usul Stevi.

 

***

     

     Keesokan harinya di sekolah, Kartika duduk di kelas dengan muka tebal. Seluruh murid memandangnya seperti seorang penjahat. Hanya karena satu kejahatan yang kamu lakukan, maka seribu kebaikanmu akan terabaikan. Kartika merasa sangat malu luar biasa. Dia sudah minta untuk pindah sekolah, namun tidak diizinkan oleh kedua orangtuanya. Sedangkan Farid, setelah kejadian penangkapan itu, Farid memilih untuk pindah sekolah.

     Tak lama, Stevi, Grace, dan Citra masuk ke dalam kelas dengan wajah ceria. Kartika langsung menghampiri mereka dan meminta maaf.

     "Mau apa lagi, Kar? Mending jauh-jauh deh dari kami, mulai dari sekarang!" ucap Grace.

     "Iya nih, kami tidak mau mendapat masalah lagi karena pikiran burukmu itu," ujar Citra.

     Stevi meredam amarah kedua sahabatnya itu. "Grace ... Citra ... Sudah dong! Kasihan Kartika!" kata Stevi. Stevi melihat Kartika yang sangat sedih atas perkataan Grace dan Citra, tapi ini semua adalah hasil dari benih yang sudah dia tabur sendiri dalam hatinya. Namun, Stevi sudah memaafkan Kartika, bagaimanapun Kartika pernah menjadi sahabatnya. "Sebelumnya kau harus tahu, Kar. Aku melarang Bang Shandy menerima perlakuanmu di pesta ulang tahun itu, karena Bang Shandy sudah memilih seseorang di hatinya. Aku tidak ingin kau sakit hati jika mengetahui lebih lama lagi, itu sebabnya aku menarik Bang Shandy pergi dari pesta ulang tahunmu. Tapi kau salah mengerti atas semua tindakan sayangku padamu," kata Stevi menjelaskan

     "Maafkan aku, Stev!" kata Kartika lagi. Hanya kata-kata itu yang bisa diucapkannya sekarang.

     Stevi tersenyum. "Kami bertiga dan khususnya aku sudah memaafkanmu!"

     Grace dan Citra terpelongo. "Stevi, are you sure?" ucap mereka serentak.

     Kartika merasa senang dengan perkataan Stevi. "Benarkah, Stev? Terima kasih sudah mau memafkanku dan menerimaku kembali menjadi sahabatmu," kata Kartika dengan senang.

     Stevi menghela napas dan mulai berbicara dengan tenang, "Maaf Kartika, kami bertiga memang memaafkanmu, tapi kami tidak bisa menerimamu lagi sebagai sahabat." 

     Kartika terkejut mendengarnya. "Kenapa Stevi? Kau sudah memaafkanku. Kenapa kau tidak menerimaku lagi sebagai sahabatmu?"

     "Kau tahu, Kartika, di dunia ini ada yang disebut dengan kecocokan. Aku akan menjelaskannya padamu. Jika kau seorang gadis yang cantik, apa kau akan menerima seorang pemuda yang berwajah jelek? Seandainya kau menerimanya, maka kau tidak akan mengungkit kembali tentang kejelekan wajahnya. Itu yang disebut dengan KECOCOKAN. Dari kisah persahabatan kita, aku merasa kau tidak pernah cocok dengan kami. Kau selalu merasa tersaingi dengan kami karena kami itu lebih cantik darimu, atau kami itu lebih kaya darimu. Jadi, kami tidak bisa menerimamu kembali. Saranku adalah, kau bisa mencari sahabat atau teman yang sebanding denganmu, jadi kau akan merasa cocok dengan mereka," jawab Stevi.

     Grace dan Citra terheran mendengar kata-kata Stevi. "Wow, kau mengagumkan Stevi."

     Ketiga orang itu tersenyum pada Kartika dan memberikan lambaian tangan terakhir, tanda putusnya persahabatan mereka. Kartika hanya bisa menerima perlakuan mereka padanya.

 

***

 

     Malam hari pun tiba, mereka berjanji berkumpul di ruang keluarga setelah berpenampilan sesuai dengan kepribadian mereka. Pak Fauzi menggunakan setelan jas hitam, kemeja putih, dan dasi merah yang melambangkan seorang pemimpin. Bu Asri memilih kebaya dan kain batik kesayangannya, sehingga dia terlihat sangat anggun. Shandy memilih berpenampilan urban style yang membuat dirinya semakin keren. Stevi berpenampilan layaknya putri kerajaan yang cantik dengan gaun birunya. Sherly memilih pakaian yang membuat dirinya terlihat kreatif dan inovatif, ditambah dengan kacamata yang dia gunakan, semakin terlihat sangat sesuai dengan kepribadiannya. Sedangkan Maliq, dia masih ditunggu di ruang keluarga.

     "Maliq, buruan dong!" teriak Sherly.

     Di dalam kamar, Maliq masih bingung dengan pakaian yang akan dia gunakan. Hingga akhirnya dia memilih pakaian yang dia anggap sesuai dengan tema kali ini. Pakaian yang sangat mirip dengan salah satu tokoh idolanya. Dia lalu keluar dan berteriak, "aku datang!"

      Seluruh orang terpelongo melihat Maliq yang turun menggunakan kostum Captein America lengkap dengan topeng dan memegang perisai di tangannya.

     "Oh my god. Are you serious, Maliq?" tanya Stevi. Dia akhirnya menyesal dengan idenya kemarin malam.

     "Serius," jawab Maliq, "boleh, ya, Kak!" wajahnya sedikit memelas dan memohon.

     Stevi menghela napas dan terpaksa menyetujui, "Baiklah. Tapi kamu tidak boleh menggunakan topeng!"

     "Yes! Ok, Kak Stevi," jawab Maliq menggemaskan. Seluruh orang tertawa melihat tingkahnya.

     Akhirnya mereka menuju studio photo dan berfoto sesuai arahan dari fotograper. Sudah dipastikan hasil dari foto ini, Maliq menirukan gaya andalan Captein America di tengah-tengah keluarganya yang bergaya sangat menarik. Tapi itu tidak menjadi masalah. Karena bagaimana pun tingkah mereka, mereka adalah sebuah keluarga.

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (29)
  • yurriansan

    keren, cerita dan diksinya

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    @ReonA Terima kasih ????????

    Comment on chapter Prolog
  • ReonA

    Ceritanya keren kak, aku suka diksinya xD

    Comment on chapter Prolog
  • Nurull

    Nice. Happy ending.

    Comment on chapter Hadiah Terbaik
  • muhammadd

    Ceritanya renyah. Enak dibaca. Sarannya apa yah? Mungkin akan seru kalau dimasukin unsur daerah. Logat2nya gitu. Hehe

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    iya nih, percakapan emang dibuat ala kids zaman now @Zzakyah nanti akan coba saya pertimbangkan sarannya. Terima kasih atas supportnya.

    Comment on chapter Prolog
  • Zzakyah

    Sebuah kisah yang inspiratif. Saya suka ide dan judul ceritanya. Menarik. Terus jaga konsistensi tokohnya. Karakternya sudah bagus. Alurnya lumayan. Meski ada beberapa adegan yang terlalu populer digunakan. Gaya bahasanya renyah. Cuma agak sedikit lebay di beberapa dialog tagnya. Sarannya, lebih baik gunakan bahasa indonesia yang baik. Bukan ala kids zaman now. Biar masuk sama pemilihan diksinya.

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    Baik emak @PancaHerna akan saya perbaiki bagian yang klise.

    Comment on chapter Prolog
  • PancaHerna

    Sebernya si Uji lbih tau soal teknis. Jadi soal teknis nnti ty lngsung saja ke orangnya. Mnurut saya sebagai emak2 awam, ceritanya cukup inspiratif. Gaya bahasanya, tematiknya ringan. Cocok untuk semua pmbca. Tetapi ada beberapa sekenrio yang menurut emak, perlu di perbaiki. Dan ... hati2 dengan jebakan klise. Alih2 kamu ingin detail, kamu mnjelaskan tokohmu dari a sampai z. Dari bangun tidur sampai tidur lagi. Untuk ekspresi gerak, cukup seperlunya saja. Itu saja sih saran dari emak.

    Comment on chapter Prolog
  • lanacobalt

    @Zeee hahaha setelah baca chapter berikutnya akan kelihatan kekurangannya. Itu 'kan kelihatan dari fisik aja. :D

    Comment on chapter Kartu Keluarga
Similar Tags
Kejutan
466      257     3     
Short Story
Cerita ini didedikasikan untuk lomba tinlit x loka media
Sarah
493      356     2     
Short Story
Sarah, si gadis paling populer satu sekolahan. Sarah yang dijuluki sebagai Taylor Swift SMU Kusuma Wijaya, yang mantannya ada dimana-mana. Sarah yang tiba-tiba menghilang dan \'mengacaukan\' banyak orang. Sarah juga yang berhasil membuat Galih jatuh cinta sebelum akhirnya memerangkapnya...
Game of Dream
1437      801     4     
Science Fiction
Reina membuat sebuah permainan yang akhirnya dijual secara publik oleh perusahaannya. permainan itupun laku di pasaran sehingga dibuatlah sebuah turnamen besar dengan ratusan player yang ikut di dalamnya. Namun, sesuatu terjadi ketika turnamen itu berlangsung...
Bad Wish
29566      2503     3     
Romance
Diputuskan oleh Ginov hanya satu dari sekian masalah yang menimpa Eriz. Tapi ketika mengetahui alasan cowok itu mencampakkannya, Eriz janji tidak ada maaf untuknya. Ini kisah kehilangan yang tidak akan bisa kalian tebak akhirnya.
always
1191      650     6     
Romance
seorang kekasih yang harus terpisah oleh sebuah cita-cita yang berbeda,menjalani sebuah hubungan dengan rasa sakit bukan,,,bukan karena saling menyakiti dengan sengaja,bahkan rasa sakit itu akan membebani salah satunya,,,meski begitu mereka akan berada kembali pada tempat yang sama,,,hati,,,perasaan,,dan cinta,,meski hanya sebuah senyuman,,namun itu semua membuat sesuatu hal yang selalu ada dalam...
REASON
9395      2276     10     
Romance
Gantari Hassya Kasyara, seorang perempuan yang berprofesi sebagai seorang dokter di New York dan tidak pernah memiliki hubungan serius dengan seorang lelaki selama dua puluh lima tahun dia hidup di dunia karena masa lalu yang pernah dialaminya. Hingga pada akhirnya ada seorang lelaki yang mampu membuka sedikit demi sedikit pintu hati Hassya. Lelaki yang ditemuinya sangat khawatir dengan kondi...
The One
313      208     1     
Romance
Kata Dani, Kiandra Ariani itu alergi lihat orang pacaran. Kata Theo, gadis kurus berkulit putih itu alergi cinta. Namun, faktanya, Kiandra hanya orang waras. Orang waras, ialah mereka yang menganggap cinta sebagai alergen yang sudah semestinya dijauhi. Itu prinsip hidup Kiandra Ariani.
Untuk Navi
1156      645     2     
Romance
Ada sesuatu yang tidak pernah Navi dapatkan selain dari Raga. Dan ada banyak hal yang Raga dapatkan dari Navi. Navi tidak kenal siapa Raga. Tapi, Raga tahu siapa Navi. Raga selalu bilang bahwa, "Navi menyenangkan dan menenangkan." *** Sebuah rasa yang tercipta dari raga. Kisah di mana seorang remaja menempatkan cintanya dengan tepat. Raga tidak pernah menyesal jatuh cinta den...
DELUSI
549      386     0     
Short Story
Seseorang yang dipertemukan karena sebuah kebetulan. Kebetulan yang tak masuk akal. Membiarkan perasaan itu tumbuh dan ternyata kenyataan sungguh pahit untuk dirasakan.
SENJA
562      435     0     
Short Story
Cerita tentang cinta dan persahabatan ,yang berawal dari senja dan berakhir saat senja...