Seperti biasa , Syakilla mengawali paginya bersama keluargannya . Tapi kini tak seperti dulu . Semenjak kejadian beberapa waktu lalu , Syakilla dapat merasakan keluarganya yang semakin menjauh . Ya , dia tau . Ini semua karena sampai sekarang Syakilla masih sering membolos , hal itu membuat orang tuanya angkat tangan dengan sikap Syakilla .
Kini keluarganya pun nampak berpihak kepada Ana , Syakilla tersenyum tipis karena Ana telah mendapatkan kasih sayang penuh yang dulu tak pernah ia rasakan .
Syakilla , gadis itu berangkat sekolah bersama Gavin . Entah sejak kapan mereka dekat . Yang pasti itu membuat Ana bahagia . Itu berarti pemikiranya yang dulu salah . Syakilla dan Faeyza tak saling mencintai .
----
Ana mengawali harinya dengan tersenyum . Melihat Syakilla yang telah di jemput oleh Gavin sahabatnya .
" Na , gue duluan sama Gavin ya " ujar Syakilla
"Oke , btw di tunggu PJ nya ya " seru Ana
"Ngomong apaan sih lo" ucap Syakilla
"Gue duluan ya" tambahnya
"Iya hati hati" ucap Ana
Ada yang aneh menurut Ana , di rumah Syakilla nampak biasa saja , hanya saja lebih pendiam . Berbeda dengan di sekolah yang sering membolos dan melanggar peraturan lainnya .
---
"Za , lo ngerasa ada yang aneh nggak sih sama Syakilla ? " tanya Ana
"Emangnya kenapa " jawab Faeyza
"Kenapa Syakilla berubah sekarang Za ? " Ana kembali bertanya
"Lo kan saudara kembarnya Na " ujar Faeyza
"Iya , gue tau . Tapi gue bingung , Syakilla di rumah pendiem banget , jadi gue nggak tau apa apa " ujar Ana
"Coba deh lo tanya aja sama Syakilla , " cetus Faeyza
"Eumm.. Oke . Ngomong ngomong nih ya , sekarang tuh si Gavin sering banget antar jemput Syakilla , jangan jangan mereka jadian ya Za " seru Ana dengan antusias
Deg
Kenapa sakit ? Tentu saja karena hati Faeyza masih milik Syakilla seorang . Faeyza kembali mengingat perkataan Gavin tentang keinginan Syakilla . Faeyza nampak ragu , tapi ia sangat menyayangi Syakilla .
"Benarkah ? Kalo mereka jadian , kita kapan nyusul ? " ujar Faeyza
"Maksud lo ? " tanya Ana bingung
"Na , lo mau nggak jadi pacar gue" ujar Faeyza
"Bercanda lo nggak lucu Za " ketus Ana
"Gue serius Na , lo mau nggak jadi pacar gue " ucap Faeyza
Ana mendengus , meskipun ia merasa senang tapi entah kenapa ia merasa kesal .
"Loh , kenapa jadi cemberut ? Nggak mau jadi pacar gue ya ? " tanya Faeyza murung
"Serius Za ! Lo jadi cowok nggak romantis banget ! " protes Ana . Faeyza tergelak .
"Noh kan malah ketawa ! " ketus Ana
"Iya iya . Oke , aku serius , Syailla Andreana Will you be a my girlfriend ? " ujar Faeyza sambil berlutut seraya memegang telapak tangan Ana .
Semburat warna merah menghiasi pipi tirus Ana "Yes , I will " ujar Ana dengan bahagia . Ana memeluk Faeyza erat , ia sangat bahagia . Senyuman terus menghiasi wajah Ana . Tanpa mereka sadari seseorang telah memotret kejadian itu dengan rasa teramat sakit.
Sepasang kekasih baru itu terlihat sedang menikmati masa indah mereka di taman. Ana nampak menyadarkan kepalanya di bahu Faeyza . Pandangannya menerawang jauh , entah kenapa masih ada sesuatu yang mengganjal di hatinya entah apa itu .
" Ana " panggil Faeyza
"Hemm" gumam Ana
" Kamu mau nggak perjuangin cinta kita , dengan menyatukan keluarga kita . Kamu tau sendiri kan , orang tua kita bermasalah " ujar Faeyza
Ana nampak berfikir , mungkin itu yang mengganjal di hatinya .
"Yeahh , kamu betul . Aku pasti akan berjuang demi cinta kita " ujar Ana lembut .
" Benarkah ? " tanya Faeyza memastikan
"He'em " jawab Ana pasti
Mereka nampak asyik merencanakan sesuatu . Hingga tak menyadari waktu semakin cepat . Dan seseorang telah berusaha berjuang hidup .
---
Syakilla kembali pulang diantarkan oleh Gavin . Keadaanya pucat , nampak tak terlihat baik . Ana nampak panik melihat saudara kembarnya seperti itu .
" Sya , lo sakit ? " tanya Ana khawatir
"Nggak , gue biasa aja " jawab Syakilla menyakinkan
Ana mendengus , kini ia beralih pada Gavin
" Killa kenapa Vin ? " tanya Ana
" nggak papa , dia cuma kecapekan karena tadi main di Ancol " ujar Gavin , Ana hanya ber'o' ria menanggapinya .
"Ya udah , gue balik duluan ya . Jagain Syakilla ya Na " ujar Gavin mengusap puncak kepala Ana gemas
Ana tersenyum " siap selalu " jawab Ana .
Gavin pun berbalik arah menuju mobilnya , namun sebelum itu Ana memanggilnya " Gavin " panggil Ana .
"Apa ? " jawab Gavin
"Hati hati di jalan " ujar Ana dengan tersenyum manis , sangat manis . Gavin yang mendengarnya pun tersenyum lalu mengangguk sebagai jawaban .
Setelah Gavin meninggalkan rumah mereka . Ana beranjak menuju kamar Syakilla .
"Killa ! " seru Ana lalu memeluk Syakilla erat
"Why? " tanya Syakilla , karena melihat saudaranya itu tersenyum bahagia .
"Aku bahagia hari ini " ujar Ana
Syakilla tersenyum " Jadi , apa yang membuat saudaraku tersayang ini bahagia seperti ini hm ? " tanya Syakilla
"Aku jadian sama Faeyza " ujar Ana antusias
"Apa ? " seru Syakilla terkejut
"Seriously ? " tambahnya , Ana mengangguk cepat dan kembali memeluk Syakilla erat . Syakilla membalas pelukan itu , dan mengusap punggung Ana lembut . Ia tersenyum , senyum antara luka dan bahagia . Tak lama kemudian Ana melepaskan pelukannya .
"Selamat ya Na , kamu udah dapetin cinta pertama kamu . Traktir mie ayam satu bulan , Yes " ujar Syakilla girang . Sedangkan Ana mendengus .
"Sya , lo niat merampas jatah jajan bulanan gue ya " keluh Ana
"Adudu , gemesin amat sih . Bercanda kok , cukup lo bahagia aja gue udah seneng " entah kenapa dengan si kembar ini , terkadang mereka menggunakan 'aku kamu ' terkadang juga ' lo gue ' .
"Ya udah , gue capek mau istirahat dulu " ujar Syakilla
"Lo ngusir gue ? " ucap Ana dengan nada sedih yang di buat buat .
"Ouhhh...Anda tau kan pintu keluar nya dimana nona " ujar Syakilla dengan nada tenang sangat tenang .
Ana tersenyum " baiklah nyonya besar , selamat beristirahat " ujar Ana lalu menutup pintu perlahan .
Syakilla bangkit dari duduk nya lalu mengunci pintu kamarnya .
Tubuhnya melorot ke bawah , ia memegang kepalanya yang terasa sakit yang sudah ia tahan sejak Ana datang ke kamarnya .
Tes
Air mata itu keluar dari mata indah nya , " Kenapa sesakit ini ya Allah " gumam Syakilla
Gadis itu berusaha berdiri untuk mengambil obatnya . Namun , lagi lagi ia terduduk kembali . Ia terus menangis menahan sakit yang menyerang kepalanya dan juga hatinya . Kini ia benar benar merasa rapuh . Mengingat kisah cinta nya yang menyedihkan dan nyawanya yang mungkin akan segera pergi .
Gadis itu terus berusaha berdiri , sehingga ia berhasil berdiri . Ia berpegangan ke dinding , ia terus melangkah hingga penglihatannya kabur lalu tubuhnya kembali tak seimbang yang kemudian ia terjatuh tak sadarkan diri .
---
Seorang gadis tengah duduk di antara kedua orang tuanya . Mereka nampak menikmati sebuah acara di salah satu chanel TV . Sesekali mereka tertawa melihat adegan konyol yang di lakukan seorang tokoh di acara itu . Hingga gadis itu membuka pembicaraan diantara mereka .
"Ayah , ibu aku ingin membicarakan sesuatu sama kalian " ujar Ana
"Apa sayang " sahut Sintia dan Hendra bersamaan
"Aku sudah memiliki kekasih " ujar Ana
"Benarkah ? " tanya Sintia
"Benar ibu , kami saling mencintai . " terang Ana
"Kalau begitu kenalkan dia pada kami sayang " ujar Hendra
"Bawa dia ke rumah untuk makan malam besok sayang " ujar Sintia
Ana mengangguk , ia memang belum memberi tahu siapa yang menjadi kekasihnya . Karena ia ingin tau seberapa besar Faeyza mencintainya untuk memperjuangan hati kedua orang tuanya .
Gavin , laki laki itu tengah gusar , ia berusaha menghubungi Syakilla berkali kali untuk mengingat kan Syakilla agar meminum obatnya , karena ia tau keadaan Syakilla semakin buruk .
"Pliss , angkat Sya . Jangan buat gue khawatir " gumam Gavin
Brakk...
Laki laki itu membanting ponselnya , persetan dengan ponselnya yang telah hancur . Laki laki itu segera menuju rumah Syakilla .
Keadaan rumah begitu sepi . Bahkan rumah itu sudah gelap , hanya lampu depan rumah yang di nyalakan .
Gavin mendengus , ia kesal karena ia tak punya cara lain selain memanjat pagar rumah itu . Dan satu hal lagi yang membuatnya kesal , ia harus mencari tangga agar bisa sampai di balkon kamar Syakilla . Karena hanya kamar Syakilla yang masih ada penerangan lampu .
Gavin membuka pembatas balkon dengan kamar Syakilla , beruntungnya pembatas itu tak di kunci . Setelah ia berhasil memasuki kamar Syakilla , ia di buat terkejut dengan keadaan Syakilla yang tak sadarkan diri tergeletak begitu saja di lantai .
Laki laki itu segera membopong tubuh gadis itu ke kasur nya . Ia menurunkan gadis itu dengan perlahan seolah gadis itu adalah kaca yang sangat rapuh jika ia menurunkan nya membuatnya pecah . Tapi ayolah , Syakilla seorang manusia bukan benda mati ataupun kaca yang rapuh .
"Sya .." ucap Gavin sambil menepuk pelan pipi gadis itu , berharap usahanya itu membuat gadis itu tersadar .
"Sya , bangun Sya . Lo lupa minum obat ya " ujar Gavin , tapi masih belum ada sahutan dari gadis itu .
"Sya , bangun . Lo mau nyerah gitu aja ? Sya , kalo lo menyerah berarti gue berjuang sendirian dong Sya " ujar Gavin , laki laki itu terus berbicara seolah Syakilla mendengarkannya
"Sya , katanya lo mau lihat keluarga lo sama Faeyza baikan . Ana sama Faeyza lagi berusaha Sya "
Laki laki itu pun terdiam karena gadis itu masih tak mau membuka matanya . Setelah beberapa menit kemudian laki laki itu kembali bersuara .
"Sya , ini udah malem . Lo tidur apa pingsan sih " Gadis itu masih terdiam , seakan menikmati tidurnya .
"Sya , ini udah tengah malem . Gue nggak bisa temenin lo tidur . Bangun dulu napa Sya . Minum obat dulu baru tidur lagi . Gue mau pulang nih "
Tapi gadis itu masih terdiam .
" Lo udah nyerah Sya ? Tapi gue belum . Gue masih mau perjuangin cinta gue . "
Laki laki itu menghela nafas . Ini sudah larut malam . Tapi gadis ini masih belum sadar .
" Sakit banget ya Sya , tapi lo nggak boleh nyerah . Lo kuat Sya , lo harus terus berjuang " ujar Gavin
Gavin mengusap puncak kepala Syakilla lembut " Ini udah malem Sya ,gue balik dulu . Kalo udah bangun jangan lupa di minum obatnya " ujar Gavin lalu meninggalkan Syakilla yang masih tak sadarkan diri .
Bukannya Gavin tega , hanya saja ia tak mau jika ia sampai ketiduran di kamar Syakilla lalu di paginya pasti akan menjadi heboh di keluarga Syakilla .
Sepergianya Gavin , perlahan Syakilla membuka mata nya . Manik mata yang indah itu menatap sekelilingnya . Dahi nya mengerut , kenapa bisa dirinya berada di kasur . Ia masih ingat betul jika tadi ia pingsan di lantai .
"Apa aku mimpi ? " tanyanya entah kepada siapa
Gadis itu pun terduduk , lalu mengambil obat yang berada di nakas ? Tunggu dulu , ia merasa bahwa ia sama sekali tak mengeluarkan obatnya dari dalam tas . Lalu siapa ?
Tak ambil pusing , Syakilla meminum obatnya lalu terlelap mengikuti alam mimpinya .
---
Malam yang telah dinantikan Ana telah tiba , kini gadis itu terlihat bahagia . Setelah selesai bersiap , gadis itu pun segera keluar dari kamarnya . Syakilla mengerutkan keningnya melihat Ana yang terlihat rapi . " mau kemana ? " tanya Syakilla
"Astaga , gue lupa , sekarang Faeyza mau kesini makan malam sama keluarga Sya " Ana menepuk keningnya pelan .
"Oh gitu " ujar Syakilla lalu berjalan menuju dapur yang diikuti oleh Ana .
"Lo nggak ganti baju ? " tanya Ana
Syakilla menghentikan langkahnya " kalo gue ganti baju terus dandan yang ada ntar Faeyza suka sama gue " ucap Syakilla dengan tersenyum jahil
Ana memutar bola matanya malas
" Killa ! " teriak Ana kesal sedangkan Syakilla sudah berlari meninggalkan Ana . Ia tertawa melihat ekspresi Ana . Meski dalam hati ia harus menguatkan hatinya .
Ting tong
Suara bel berbunyi dari arah pintu , lantas Ana pun berjalan menuju pintu dengan senyum manis yang tak pernah ia lepas dari wajahnya yang cantik itu .
Ceklek..
Seorang pria sedang berdiri di luar dengan memasang senyum sebaik mungkin dan ia bersama satu orang pria paruh baya dan juga wanita paruh baya .
"Faeyza ! Om tante Masuk yuk " ujar Ana lalu menggandeng tangan Faeyza menuntunnya ke arah ruang makan . Karena orang tua Ana dan Syakilla sudah menunggu di sana .
Mereka mengikuti langkah Ana hingga mereka semua sampai di meja makan , namun semua orang memasang wajah terkejut .
"Kau ! " ujar Hendra tak percaya
"Ada apa gerangan tuan Abraham terhormat mendatangi rumah saya " ujar Hendra dengan nada sinis .
"Dan apa apaan ini Ana " tanya Hendra kepada putrinya .
"Ayah Ibu , mereka adalah orang tua Faeyza , dan Faeyza adalah pacar Ana " ujar Ana
"Iya om tante , saya kesini atas dasar undangan makan malam dari kalian " ujar Faeyza
"Aku tidak sudi merestui hubungan kalian " ujar Hendra tegas .
"Jaga mulutmu itu tuan Hendra Andrean ! Kami datang kesini dengan baik baik " ujar Abraham dengan setengah emosi
"Cih ! Aku bahkan tak sudi harus bertemu denganmu lagi tuan Abraham yang terhormat " ketus Hendra
"Kau ! " pekik Abraham kesal
"Papa sudah " ujar Faeyza menengahi .
"Sebenarnya ada apa dengan kalian ini ! " ujar Faeyza
Terlihat Hendra dan Abraham saling melempar tatapan tajam .
Abraham menghela nafas mendengar pertanyaan putra satu satunya itu .
Tatapannya kepada Hendra kini berubah menjadi sendu .
"Kami adalah teman dimasalalu " ujar Abraham
"Cih ! Bahkan aku tak sudi menganggapmu temanku ! Kau adalah musuhku semenjak kejadian itu , dasar pengkhianat ! " ketus Hendra
"Ayah cukup " ujar Ana dan Syakilla bersamaan .
Abraham dan Kania terkejut melihat Ana dan Syakilla .
"Kalian kembar ? " tanya Abraham
Syakilla dan Ana mengangguk , lalu Ana menatap sang ayah " ayah , aku mohon berdamailah demi putrimu ini " ujar Ana
"Iya ayah , om dan tante , saya mohon berdamailah kalian untuk kebahagian Ana dan Faeyza , mereka saling mencintai " ujar Syakilla
"Jangan pernah berharap ayah akan memaafkan dia " tunjuk Hendra kepada Abraham
"Saya mohon om , maafkanlah kesalahan papa saya . Dan restui hubungan kami " ujar Faeyza sambil menggenggam tangan Ana .
Abraham menghela nafas , sungguh ia sangat menyesali perbuatanya dulu yang telah menghancurkan kepercayaan Hendra waktu itu . Ia lah yang menipu Hendra dan menyebabkan kehancuran perusahaan Hendra . Dulu ia sangat iri melihat keberhasilan sahabatnya itu .
Abraham kembali menghela nafas berat . Ia berfikir memang dirinya yang bersalah . Ia juga tak mau bermusuhan dengan sahabatnya sendiri . Apalagi putranya sangat mencintai putri dari sahabatnya .
"Hendra , aku minta maaf atas semua kesalahan ku dimasalalu . Ku akui diriku memang bersalah . Aku sangat iri padamu waktu itu . Kita sudah bermusuhan bertahun tahun Ndra , lebih baik kita berdamai demi kebahagiaan putra putri kita " ujar Abraham
" Diam kau ! Pergi dari sini sekarang juga ! Gara gara dirimu aku harus terpisah dengan Ana selama bertahun tahun ! Kau tidak tau penderitaan kami , terutama Ana yang terpisah dari kami dari kecil . Kau tau apa hah ! " bentak Hendra
"Aku harap dirimu tau dimana pintu keluar tuan Abraham " tambahnya lalu meninggalkan mereka semua .
Sintia mengalihkan pandanganya kepada putrinya dan keluarga Faeyza , ia menggelengkan kepalanya .
"Aku harap kalian mengerti tentang penderitaan kami . Ana dan Killa masuk ke kamar kalian . Dan Anda , tuan Abraham sekeluarga mohon segera tinggalkan rumah ini " ujar Sintia dengan tegas .
Nampak Faeyza dan orang tuanya menundukan kepala lalu meninggalkan rumah itu .
"Apa ini ibu " protes Ana
" Ana ! Kembali ke kamarmu ! " bentak Sintia .
Ana menggeleng tak percaya lalu berlari menuju kamar nya . Sedangkan Syakilla masih terdiam . Lalu menatap ibunya kemudian berkata " Ibu , apa ibu mau selama hidup ibu , ibu memiliki musuh . Apa ibu mau sampai mati menyimpan dendam . Menyimpan rasa sakit . Jika ibu dan ayah terus seperti itu , hidup kalian tidak akan tenang . Kami seperti ini agar hidup ibu dan ayah tentram tanpa memiliki dendam bu . "
"Apa kamu baru saja menasehati ibumu ini Syakilla Andreani " tegas Sintia
"Kamu tidak tau apa yang sebenarnya terjadi " tambahnya
Syakilla menghela nafas " Jika perdamaian kalian adalah permintaan terakhirku apa kalian akan menurutinya " ujar Syakilla tertunduk sedih .
Sintia membulatkan matanya " apa yang kau katakan Syakilla ! "
"Ah tidak aku hanya bertanya " ujar Syakilla lalu meninggalkan ibunya yang terdiam mematung .
Sintia terduduk lemas mendengar perkataan Syakilla , entah kenapa ia memiliki firasat buruk tentang Syakilla . Pertanyaan Syakilla tadi seakan Syakilla akan meninggalkan nya .
"Jika perdamaian kalian adalah permintaan terakhirku apa kalian akan menurutinya"
Perkataan itu terus berputar di kepala Sintia . Ia seorang ibu , tentu saja ia mengetahui bahwa perkataan Syakilla terlihat menyedihkan dan menyakitkan .
Sintia menggeleng keras , ia menyakinkan dirinya bahwa perkataan Syakilla tadi hanya pertanyaan biasa . Syakilla pasti tak akan meninggalkannya .
Syakilla menghampiri Ana yang sedang terisak didalam kamarnya . Hatinya merasakan sakit melihat saudara kembarnya menangis . Apa ini yang dirasakan saudara kembar saat melihat kembaranya menangis ?
Melihat Syakilla yang sedang berjalan menghampirinya , Ana pun langsung memeluk erat Syakilla . Begitupun dengan Syakilla yang memeluknya mengelus pungguh Ana pelan untuk menenangkannya .
" aku janji Na , aku janji akan menyatukan mereka yang akan membuatmu bahagia Na , hanya itu yang bisa ku lakukan untuk terakhir kalinya " gumam Syakilla lirih
----
Hari demi hari keadaan Syakilla semakin memburuk . Ia telah berusaha membantu Ana untuk menyatukan keluarganya dan keluarga Faeyza . Permasalahanya hanya satu , ayahnya yang belum bisa memaafkan ayahnya Faeyza . Ia terus terseyum melihat Ana yang terlihat bahagia bersama Faeyza . Tugas terakhirnya hanya satu , yaitu menyatukan keluarganya dan keluarga Faeyza . Setelah itu terlaksana , maka ia akan tenang jika suatu saat ia benar benar harus pergi .
Syakilla berjalan dengan lunglai , kepalannya terasa pusing . Gadis itu berpegangan pada sisi tangga sekolah , ia berusaha menahan sakitnya , namun pandangannya mengabur . Ia harus sampai dikelasnya untuk mengambil obatnya . Darah mulai menetes dari hidungnya , ia tersenyum tipis meratapi kehidupannya yang telah berubah .
"Heh , apa ini akhir hidupku" gumam Syakilla lirih , pandanganya masih mengabur , bagaikan kerumunan semut yang berada di matanya yang perlahan ia terjatuh dari tangga dan pingsan .
Banyak orang yang berkumpul dibawah tangga , orang orang itu nampak kaget melihat seseorang yang pingsan dan juga berdarah . Hal itu membuat pasangan kekasih Faeyza dan Ana penasaran . Mereka pun menghampiri kerumunan itu , namun sebelum mereka tiba , munculnya sosok Gavin yang sedang membopong seorang gadis yang pingsan . Wajah Ana memucat ketika melihat gadis itu , sedangkan Faeyza memasang wajah khawatir . Mereka pun segera menghampiri Gavin .
"Vin , Killa..Killa kenapa Vin" tanya Ana
"Lo bisa tanya hal ini ke Faeyza , gue buru buru " ujar Gavin yang kemudian berlari menuju mobilnya , ia akan membawa Syakilla pada ibunya di rumah sakit .
" Vin , tunggu !! " teriak Ana yang berlari mengikuti Gavin , namun Faeyza langsung mengejarnya lalu menahan Ana .
" Lo ikut gue " ujar Faeyza dengan nada serius dan dingin . Ana menolak bersisi keras untuk mengejar Gavin . Ia khawatir melihat keadaan Syakilla tadi .
"Lepasin Za ! Gue mau nyusul Syakilla ! " bantah Ana
" Lo bareng gue Na ! Gue tau Gavin bawa Syakilla kemana ! " bentak Faeyza . Laki laki itu sedang menahan emosinya , karena telah terlarut dalam kepedihan melihat orang yang ia cintai dalam keadaan lemah . Ana pun terdiam , Faeyza memutar bola matanya malas . Laki laki itu pun langsung menarik Ana menuju mobilnya . Ana ingin protes karena cekalan Faeyza yang kuat itu menyakitinya . Tapi , melihat Faeyza yang terlihat sangat khawatir itu membuat Ana bungkam , ia tak pernah melihat Faeyza sekhawatir ini sebelumnya . Ana hanya terdiam , memikirkan semua yang terjadi . Melihat keadaan Syakilla tadi sempat membuatnya syok .
Tanpa di sadari , kini mereka sudah sampai disebuah rumah sakit .
"Na , turun "ujar Faeyza tanpa melirik Ana sedikit pun . Ana pun heran , karena ia tak pernah melihat sisi gelap Faeyza yang terkesan dingin itu. Ana hanya terdiam dan patuh . Ia mengikuti langkah Faeyza , ia sedikit bingung darimana Faeyza tahu jika Syakilla dibawa ke rumah sakit ini .
" Mbak , ruangan Syakilla Andreani dimana " tanya Faeyza
" Maaf , anda siapanya dari Syakilla " ujar seorang perempuan resepsionis
"Saya temannya " jawab Faeyza
" Maaf , tapi nona Syakilla melara--"
" Mbak ! Dimana ruanganya ! Cepat kasih tau atau rumah sakit ini saya tuntut ! " potong Faeyza dengan nada tinggi .
"Mbak , saya keluarganya " ucap Ana , sang resepsionis pun terkejut melihat Ana yang sangat mirip dengan Syakilla.
Ya , siapa yang tidak tau dengan Syakilla . Syakilla adalah pasien rumah sakit yang keras kepala tapi sangat baik hati dan juga ramah .
" apa benar anda keluarganya. Tapi , nona Syakilla melarang siapapun untuk menjenguknya "ujar Wanita itu
" Saya Faeyza Abraham , pewaris tunggal dari Abraham Group . Apa anda ingin rumah sakit ini saya tutup ! Orang yang saya cintai sedang sekarat ! Dan dia membutuhkan saya ! " bentak Faeyza kesal , tanpa disadari seseorang mematung mendengar ucakan Faeyza , sebuah fakta yang menyambar hatinya , dan menyebabkan air matanya menetes .
Faeyza mencintai Syakilla ? Tapi , kenapa dia bilang dia mencintaiku ? . batin Ana ia menangis dalam diam , perlahan langkah kakinya mundur , mendengar kenyataan yang begitu pahit . Lalu , apa yang terjadi selama ini jika Faeyza mencintai Syakilla , saudara kembarnya .
Sang resepsionis gelagapan ketika mendengar perkataan Faeyza , dengan cepat ia pun memberitahukan ruangan Syakilla .
"Sekali lagi mohon maaf atas kesalahan kami tuan " ucap wanita itu ,Faeyza tak menggubris . Ia langsung berbalik , berniat memberitahu Ana namun yang ia lihat , gadis itu menjauhinya , air matanya menetes . Terlihat gadis itu sangat terluka .
"Ana " panggil Faeyza
"Diam disitu ! " teriak Ana yang masih terisak
"Na , kita harus ke ruangan Syakilla " ujar Faeyza lembut
"Lo , harus tau keadaan Syakilla " tambahnya
Ana menggeleng , ia merasa sakit hati . Kenapa harus Syakilla , saudara kembarnya itu selalu mendapatkan apa yang ia ingin kan . Dulu Syakilla bahagia bersama orang tuanya , dan kini Ia harus menerima bahwa orang yang ia cintai itu sangat mencintai Syakilla . Kenapa ini tidak adil baginya . Dengan sekejap , Ana membenci Syakilla .
"Kenapa ! Kenapa harus Syakilla yang lo cinta Za ! Kenapa bukan gue ! Terus maksud lo apa mainin perasaan gue ! Kenapa dunia ini nggak adil ! Gue benci Syakilla ! " teriak Ana
"Na , lo harus lihat keadaan Syakilla ! " ujar Faeyza
Ia berlari meninggalkan rumah sakit , ia benci , hatinya terluka . Tak memperdulikan teriakan Faeyza yang memanggilnya .
"Sekali lagi Syailla Andreana , gue peringatkan lo bakal nyesel kalo lo sampe benci Syakilla dan gak peduli lagi sama dia ! " teriak Faeyza
"Gue emang cinta sama dia . Tapi , pliss gue pacaran sama lo karena ini permintaan terakhir Syakilla ! " teriak Faeyza Frustasi .
Mendengar hal itu , Ana pun menghentikan langkahnya . Dirinya diam mematung , mendengar kenyataan itu .
Apa katanya ? Permintaan terakhir ? Memangnya Syakilla mau pergi kemana ? Batin Ana
" Dia sekarat Na ! Dokter bilang dia mengalami geger otak dan dia harus di operasi , tapi jika operasi itu gagal maka Syakilla meninggal Na ! Lo harus ngerti , saudara kembar lo lagi berjuang disana ! "
Deg
Tubuh Ana bergetar , kakinya melemas . Apalagi ini , kenyataan pahit yang harus ia terima .
"Terserah lo mau gimana , tapi gue udah kasih tau lo rahasia terbesar Syakilla selama ini ! " ucap Faeyza pasrah
Ana mendongak " tunggu Za ! " teriak Ana lalu mengikuti kepergian Faeyza .
Masih banyak pertanyaan di benak Ana . Kenapa ia tak tau tentang ini . Apa orang tuanya juga tau . Sejak kapan Syakilla sakit . Apa ini alasan Syakilla selalu membolos . Dan Gavin , apa dia tau tentang ini . Kenapa tidak ada orang yang memberitahunya . Dan terakhir , apakah Syakilla juga mencintai Faeyza ? .
"Oh tuhan , kenapa serumit ini " gumam Ana
Bruk..
Ana menabrak Faeyza yang tiba tiba saja berhenti . Matanya mengikuti pandangan Faeyza ke sebuah ruangan . Gadis itu terkejut dan menutup mulutnya dengan tangannya . Didalam sana terlihat Syakilla , saudara kembarnya yang sedang terbaring lemah tak sadarkan diri . Disana juga tubuh Syakilla yang terpasang peralatan medis yang begitu banyak . Terlihat Gavin yang sedang berbincang dengan seorang dokter . Dan ia tahu siapa dokter itu , yaitu dokter Jenny ibu dari Gavin .
Ceklekk...
Ana langsung berlari menghampiri Syakilla , ia menangis dengan memeluk Syakilla . Ia merasa bodoh karena tak mencurigai Syakilla yang selalu terlihat pucat dan selalu pergi bersama Gavin .
"Hiks ..kenapa Sya , kenapa lo nggak kasih tau gue ! Lo jahat Sya ! Lo tega ! Lo harus hidup Sya , demi gue Sya , demi gue . Gue baru ketemu lo , dan lo malah kaya gini ! Hiks .. Sadar Sya .. Bangun ! Bangun Sya ! " ucap Ana histeris
Gavin langsung menarik Ana dan memeluknya , ia berusaha menenangkan Ana yang menangis histeris . Sungguh ia tak tega melihat orang yang ia sayangi terluka .
"Kenapa , kenapa Vin .. Kenapa nggak ada yang kasih tau gue , kenapa Syakilla nggak bangun bangun Vin , hiks .. Kenapa gue nggak peka Vin "
Perkataan Syakilla waktu itu berputar di otaknya " aku janji Na , aku janji akan menyatukan mereka yang akan membuatmu bahagia Na , hanya itu yang bisa ku lakukan untuk terakhir kalinya "
Gavin hanya terdiam , membiarkan Ana melarutkan emosinya , meskipun Ana terus memberontak dan menangis .
"Lo jahat Vin ! Kenapa lo nggak kasih tau gue hah ! Lihat Vin , lihat .. Itu saudara gue Vin , saudara gue sekarat Vin ! " Ana terus memukul Gavin
Tubuh Ana luruh seketika gadis itu pingsan di pelukan Gavin .
"Ana ! " pekik Gavin
Gavin membopong Ana , dan menidurkanya di sofa . Memang ruangan Syakilla itu khusus dan mewah . Ruangan itu terdapat sofa dan karpet , ada juga tv dan kamar mandi . Dan tentunya berAC .
Sedangkan Faeyza terdiam terus memandang Syakilla yang terbaring lemah . Sesekali tanganya mengusap kening Syakilla . Tanpa ia sadari air matanya menetes. Tatapan Faeyza beralih kepada seorang dokter .
" gimana keadaan Syakilla dok " tanya Faeyza
Dokter Jenny menghela nafas berat . "keadaanya kritis dan harus segera di operasi , tapi kami butuh izin dari keluarganya " terang Jenny
"Lakukanlah yang terbaik untuk Syakilla dok , pastikan dia selamat " ujar Faeyza
" Seharusnya kamu membawa keluarganya kesini untuk konfitmasi "ujar Jenny
" Lakukan secepatnya dok , saya akan menghubungi keluarganya " ujar Faeyza geram .
"Baiklah " ujar Jenny lalu pergi meninggalkan ruangan itu .
Tak lama kemudian datanglah Hendra dan Sintia , mereka semua terkejut bukan main melihat keadaan Syakilla .
" apa yang terjadi ? " tanya Sintia, wanita paruh baya itu menangkup kedua pipi Ana
"Ibu..hiks..ibu ..Syakilla bu " isak Ana
"Apa yang terjadi Ana " kini Hendra bertanya
Ana memeluk Sintia erat , disela tangisnya ia mengatakan semua yang terjadi dan juga mengatakan bahwa Syakilla mengalami geger otak serta keadaan Syakilla yang sudah kritis . Tangis Sintia pecah , ia kembali mengingat perkataan Syakilla waktu itu .
"Jika perdamaian kalian adalah permintaan terakhirku apa kalian akan menurutinya "
Hendra menangis , hanya untuk keluarganya ia meneteskan air matanya . Ia mengusap kening Syakilla , putrinya . Putri yang sangat ia sayangi , yang mulai berubah dan perubahan itu adalah perjuangan Syakilla untuk tetap hidup . Hendra merasa bodoh tak mengetahui penderitaan putrinya itu , seharusnya ia sadar bahwa putrinya adalah gadis yang sangat baik , gadis yang selalu tegar dan kuat .
"Ini ayah nak , bangunlah . Maafkan ayah . Kembalilah nak , kembali kepelukan ayah , berikan ayah kesempatan untuk membahagiakanmu . Berbagilah penderitaan itu kepada ayah . Sayang , kamu harus kuat " ujar Hendra
Jari jari Syakilla bergerak , menandakan Syakilla telah sadar , namun matanya masih tertutup . Tapi , tak lama kemudian pemilik manik mata hitam yang indah itu terbuka . Pandanganya mengelilingi ruangan itu , yang jelas ia melihat keluarganya , melihat orang orang yang ia sayang sedang menangis . Air matanya menetes , inilah alasanya kenapa Syakilla menyembunyikan semua ini , karena ia tak mau melihat orang yang ia sayangi menangis dan sedih . Tangan Syakilla bergerak menghapus air mata sang ayah . Syakilla sangat menyayangi ayahnya karena ia memang sangat dekat dengan sang ayah daripada dengan sang ibu , gadis itu menggeleng mengisyaratkan agar ayahnya tak boleh menangis .
"Sayang , apa yang sakit. Kasih tau ayah " ucap Hendra
Gadis itu menggeleng .
"Ayah , aku hanya ingin bahagia " ujar Syakilla
" katakan sayang , katakan apa yang membuatmu bahagia " ujar Hendra ,
Sintia masih menangis melihat Syakilla , ia tak sanggup melihat semua itu . Wanita paruh baya itu masih dalam pelukan Ana .
"Ayah , ini hanya permintaan terakhirku . Aku janji nggak akan meminta apapun lagi pada ayah , ayah aku mohon maafkanlah keluarga Faeyza ayah . Biarkan Ana dan Faeyza bahagia . Aku ingin melihat mereka bahagia ayah . Aku menyayangi mereka . Ayah , aku mohon . Aku janji tak akan meminta apapun lagi padamu . Ini permintaan terakhirku . Aku ingin kalian semua bahagia " ujar Syakilla
Hendra menggeleng " apa yang kamu katakan itu sayang , aku pasti akan menuruti permintaanmu . Kamu boleh meminta apapun pada ayah . Ingat ini bukan permintaan terakhirmu . Kamu pasti sembuh . Dan ayah akan mengabulkan semua permintaanmu apapun itu "
"Ayah , ibu . Aku sangat menyayangi kalian . Aku ingin kalian bahagia "
"Ana , berbahagialah bersama Faeyza . Dia cinta pertamamu bukan ? Perjuangkanlah cintamu itu . Aku sangat menyayangimu "
"Faeyza , aku mohon jaga Ana dan bahagia kanlah Ana "
"Gavin , terimakasih selalu ada untuk ku selama ini . Terimakasih sudah menjadi temanku , terimakasih atas segalanya "
"Ku ucapkan terimakasih pada kalian semua , aku ---"
Belum sempat ia menyelesaikan perkataanya , nafasnya tercekat . Gadis itu mengejang .
"Heughhh...eughhh...a..ayahh...ibu..maafkan a..ku.."
" Syakilla ! "
"Dokter ! "
Semua orang syok melihat keadaan Syakilla . Dokter Jenny segera datang keruangan itu dan memeriksa keadaan Syakilla .
"Keadaanya kritis , kita harus segera melakukan operasi meskipun resikonya tinggi " ujar Dokter Jenny
"Lakukan yang terbaik untuk putri saya dok "
"Selamatkan putri saya dok " ucap Hendra dan Sintia bersamaan .
Dokter pun mengangguk lalu para petugas rumah sakit membawa Syakilla ke ruangan operasi .
nice story :)
Comment on chapter prolog