Loading...
Logo TinLit
Read Story - Alvira ; Kaligrafi untuk Sabrina
MENU
About Us  

Ta’aruf

 

3 bulan kemudian….

 

“MENIKAH?” Maryam melongo. Sendok di tangan kanannya jatuh berdenting di piring. Wajah perempuan itu terangkat dan semua fokusnya tersedot sepasang mata milik Igo. Lelaki itu mengangguk dengan santai. Reaksi Maryam yang jelas-jelas menunjukkan kekagetan, sama sekali tidak berarti baginya.

 

“Me-ni-kah”, eja Igo pelan. Maryam masih menatap tegas lelaki di seberang mejanya.

“ Membentuk hubungan baru yang sesuai dengan hukum dan agama. Menjadi suami dan istri”, Urainya. Seakan Maryam sama sekali tidak mengerti apa itu menikah. Keseriusan ucapan lelaki itu, tiba-tiba membuat Maryam seakan baru saja melalui perjalanan udara yang panjang. Dia belum sepenuhnya mampu berpikir jernih. Jetlag. Selera makan malamnya tiba-tiba hilang.

 

Memang semenjak pertemuan waktu jogging itu, mereka menjadi akrab dan tidak menunggu lama, mereka sepakat ta'aruf. Maryam tidak menduga waktu begitu cepat merubah segalanya.

 

Kekakuan itu masih saja mengikuti mereka berdua, percakapan di meja makan tadi membuat Maryam memilih banyak diam di samping Igo. Laju taxi yang mereka tumpangi terus membawa mereka pulang. Awalnya Igo berniat mengajak Maryam ke Cinema, namun tidak jadi, akhirnya dinner saja.

 

“Maryam, kamu pasti tahu, ketika Tuhan menciptakan kita, dia memang menginginkan kita berpasangan. Kita penggenap satu sama lain.” Suara Igo memecah kebisuan. 

“Iya, Igo aku tahu. Tapi, aku belum siap”, Maryam membatin. Igo melirik perempuan di sebelahnya yang masih diam, pelan Igo menyenggol bahu perempuan itu.

" Baiklah, akan aku pikirkan ajakan kamu, Igo " Maryam membenarkan posisi duduknya pada bangku jok. Mereka bertukar senyum. Igo menatap lembut mata pujaan hatinya saat ini. Maryam, magnet manis itu, kini tampak tenang dan tidak lagi ada tanda-tanda kebimbangan. Igo lega melihatnya.

Laju mobil taxi terus berjalan pelan. Igo berencana menghantarkan Maryam pulang ke flat-nya, setelah itu dia baru balik ke penginapannya sendiri.

 

 

 

Di ruang tamu, Maryam menyalakan televisi, tapi nggak berniat untuk menonton. Hanya supaya ada suara saja, perempuan itu asyik di depan laptop-nya sedang melanjutkan beberapa draft konsep pola design hijab terbarunya.

" Keluar yuk, cari makan. Aku lapar, nich." Suara Igo di layar Laptop-nya. Mereka sedang in line video call melalui webcam.

 

 Igo sedang tiduran, terdengar suara TV dengan volume sedang dari ruangan kamarnya, sedari tadi Igo setia menemaninya, sesekali saja kadang Igo mengoreksi hasil design hijab kekasihnya, ketika Maryam memperlihatkan hasil design hijabnya. Mata elangnya masih menatap ke layar laptop, seakan sedang mengawasi CCTV. Maryam lagi sibuk membuat design dan sedang di perlihatkan coretan tangannya ke Igo.

Aku sudah pesan delivery order, sebentar lagi datang kok. Jawab Maryam itu sambil terus mengetik.

" Kamu kalau lapar, sana beli makan dulu. "

" Yang itu cocok untuk di musim dingin. " Igo menunjuk hijab dengan design bersayap. Dengan kerudung model jumper.

    Kini mata Igo lurus ke layar televisi, mengambil duduk di sofa panjang, sedikit rebahan. Beberapa kali Igoitu merubah chanel, lalu berhenti di sebuah chanel yang menayangkan acara musik pagi.

Tiba-tiba terdengar bel pintu. Maryam setengah berlari membuka pintu. Seorang lelaki muda dengan seragam sebuah gerai makan cepat saji, berdiri depan pintu, tangannya menenteng se-plastik makanan pesanan Maryam.

Setelah menanda tangani tanda terima, dan membayar, Maryan kembali ke ruang tamu.

Pesanan sudah datang!. Makan dulu, yuk!. Maryam memperlihatkan paket makanan lunchbox ke arah Igo.

" Hmm, gitu ya di pamerin...ok wait and see..."

 

Igo langsung menuju dapur. Perutnya sudah kruyuk-kruyuk. Di pasangnya webcam laptop pada posisi yang pas yang bisa mengakses kegiatannya di kitchen island-nya.

 

Lelaki itu meracik bumbu membuat omelette. Serius menggoreng. Sejenak, Igo berjongkok di depan dispenser, mengisi gelas di tanganya dengan air dingin. Meminumnya. Lalu mengambil minuman kaleng bersoda dari dalam kulkas. Lalu meneruskan menggoreng omellete. Sebentar saja di atas meja dapur, terlihat omelette dan beberapa sosis menghuni sebuah piring. Tercium aroma khas masakan yang baru matang, masih terlihat samar mengeluarkan uap tipis dari kedua makanan itu.

Tangan Igo meraih garpu dan sendok di toolset kitchen, setelah memamerkan sejenak hasil masaknya ke arah Maryam. Igo menancapkan garpunya ke omelette. Dia mengorek-ngorek gerakan garpunya, membuat potongan yang cukup besar untuk memuaskan rasa laparnya. Sejurus kemudian, potongan omelette itu sudah berpindah tempat ke dalam mulutnya, dan-

...

Hmm...

“Yummy banget, delicious omelette! Mau ?” Goda Igo ke arah Maryam. 

“Belajar di mana bikin begituan?” tanya Maryam, sambil masih terus mengunyah kentang goreng di mulutnya.

“Diajarin pacar”. Jawab Igo asal. 

“Perfect taste sepertinya. Teksturnya lembut dan matangnya rata, terbukti dari warna kuningnya yang sempurna.” Komentar Perempuan itu seperti layaknya komentator di reality Master Cheaf  Indonesia. Igo terkekeh kecil.  

Igo kembali disibukkan dengan penggorengan omellete  di atas komor gas, menyiapkan telur dan bahan-bahan membuat omelette selanjutnya; sosis, keju, bawang bombay, dan lain-lain, yang masih tersisa di kulkas. Sambil mengocok telur di mangkuk kecil, cowok itu bertanya,  Bisa bikin nasi goreng, ga? Kesempatan lain gantian kamu ya, webcam bikin nasi goreng specialmu dengan udang crispy. Igo masih terus mengocok telur di mangkuk.

Siapa takut. Maryam menjawab singkat, sambil terus menikmati sarapan paginya. Igo masih sibuk menyiapkan bumbunya, “sebentar lagi aku selesai.” Igo menambah garam secukupnya, merica, ke dalam telur yang nyaris terkocok sempurna dan siap digoreng. Setelah itu terlihat lelaki itu asyik di dapur memasak, menyiapkan breakfast. Igo menyiapakan racikan bumbu nasi goreng. Ketika Maryam tiba-tiba menghentikan sarapannya, dengan tergesa mengambil Apple-nya yang berada di atas meja makan. Wajahnya berubah menjadi tegang ketika mendapati nama dari seseorang yang tengah menelephone dirinya. Ibunya, menghubunginya.

Sejenak Maryam meneguk air minum, lalu menerima telephone.

 “Halo?”

Sementara Igo  masih sibuk menggoreng “omelette” yang sudah hampir matang. Meskipun cowok itu terlihat sepertinya sedang fokus menggoreng, namun dari posisi tubuhnya yang condong ke arah Laptop, posisinya yang setengah miring seperti menara Eiffel, jelas cowok itu diam-diam terus mengawasi gerak-gerik Maryam dan berusaha mendengarkan pembicaraan perempuan itu.

" Nduk.. " suara Ibunya yang di Purwokerto begitu lemah, berbisik lirih, Ayahmu masuk rumah sakit 

Wajahnya seketika pucat. “Bukan...jantungnya, kumat kan, Ibu?” tanya Maryam tegang. Igo di sebelahnya berusaha mendekatkan dirinya, menguping-want to know.

“Ayahmu terkena serangan jantung”. Suara lemah itu kian mengibakan. Di dekat belahan dadanya, Ayah Maryam  memiliki bekas jahitan operasi. Maryam sering menyentuh bekas jahitan tersebut ketika sedang bermanja di dada ayahnya.

 

Dua jam kemudian, Maryam dan Igo sudah berada di bandara..... Berbaur dengan hiruk-pikuk orang lalu lalang dengan koper dan barang bawaan di tangan mereka masing-masing. Maryam mengenakan gamis dengan terusan katun warna pastel dan scarf yang tergantung malas dilehernya. Igo dalam balutan polo shirt warna hijau lumut dan celana jeans hitam-sedang sibuk dalam antrian pemeriksaan tiket dan paspor. 

Dua tiket penerbangan Economi class, Garuda Air sudah di tangan Igo.

Anyway...saatnya masuk pesawat.

Pelan-pelan, antrean penumpang yang akan di periksa tiketnya oleh staf Garuda Air mulai memendek. Kebanyakan para turis juga seperti mereka. Yah, ada lah satu dua orang yang bersetelan rapi dan tampak cool dengan bluetooth di telinganya. Terlihat fashionable dan rapi.

Ketika tiba gilirannya menyerahkan tiket untuk diperiksa, tanpa di minta Igo berkata, She is with me.”

Staf Garuda Air hanya tersenyum menanggapi, seratus delapan puluh derajat berbeda dengan Maryam yang tampak tegang dan bersedih. Maryam sudah duduk pewe di kursinya yang bersebelahan dengan jendela. Sabuk pengaman sudah terpasang dan tas tangannya duduk nyaman di atas pangkuannya.

Smartphone-nya bergetar karena ada notifikasi masuk. Ufairah BBM, tadi maryam memamg sempat memberi-kabar dan pamitan ke sahabatnya itu. Tapi, tidak terbalas lalu maryam memakai voice mail.

 

 Assalamualaikum, beautiful, Semoga perjalanamu selamat dan ayah Maryam segera sehat. Amin

 Terima kasih Ufairah atas do'anya. Semoga terkabul. 

 

Ufairah dengan cepat membalas.

Apa Maryam pulang di antar Igo

Iya

 

Pesawat mulai lepas landas. Percakapan BBM itu segera Maryam akhiri. Dimatikan selulernya. Matanya memandang keluar kaca jendela pesawat.

Beberapa jam setelah Garuda Air yang membawa mereka akhirnya mendarat di Bandara ....(Purwokerto)

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Koma
19527      3539     5     
Romance
Sello berpikir bisa menaklukkan Vanda. Nyatanya, hal itu sama halnya menaklukkan gunung tinggi dengan medan yang berbahaya. Tidak hanya sulit,Vanda terang-terangan menolaknya. Di sisi lain, Lara, gadis objek perundungan Sello, diam-diam memendam perasaan padanya. Namun mengungkapkan perasaan pada Sello sama saja dengan bunuh diri. Lantas ia pun memanfaatkan rencana Sello yang tak masuk akal untuk...
Apakah Kehidupan SMAku Akan Hancur Hanya Karena RomCom?
4123      1186     1     
Romance
Kisaragi Yuuichi seorang murid SMA Kagamihara yang merupakan seseorang yang anti dengan hal-hal yang berbau masa muda karena ia selalu dikucilkan oleh orang-orang di sekitarnya akibat luka bakar yang dideritanya itu. Suatu hari di kelasnya kedatangan murid baru, saat Yuuichi melihat wajah murid pindahan itu, Yuuichi merasakan sakit di kepalanya dan tak lama kemudian dia pingsan. Ada apa dengan m...
Neverends Story
4922      1488     6     
Fantasy
Waktu, Takdir, Masa depan apa yang dapat di ubah Tidak ada Melainkan hanya kepedihan yang di rasakan Tapi Harapan selalu menemani perjalananmu
Thantophobia
1435      801     2     
Romance
Semua orang tidak suka kata perpisahan. Semua orang tidak suka kata kehilangan. Apalagi kehilangan orang yang disayangi. Begitu banyak orang-orang berharga yang ditakdirkan untuk berperan dalam kehidupan Seraphine. Semakin berpengaruh orang-orang itu, semakin ia merasa takut kehilangan mereka. Keluarga, kerabat, bahkan musuh telah memberi pelajaran hidup yang berarti bagi Seraphine.
IMAGINATIVE GIRL
2734      1361     2     
Romance
Rose Sri Ningsih, perempuan keturunan Indonesia Jerman ini merupakan perempuan yang memiliki kebiasaan ber-imajinasi setiap saat. Ia selalu ber-imajinasi jika ia akan menikahi seorang pangeran tampan yang selalu ada di imajinasinya itu. Tapi apa mungkin ia akan menikah dengan pangeran imajinasinya itu? Atau dia akan menemukan pangeran di kehidupan nyatanya?
Love Never Ends
11918      2511     20     
Romance
Lupakan dan lepaskan
ketika hati menentukan pilihan
388      293     0     
Romance
Adinda wanita tomboy,sombong, angkuh cuek dia menerima cinta seorang lelaki yang bernama dion ahmad.entah mengapa dinda menerima cinta dion ,satu tahun yang lalu saat dia putus dari aldo tidak pernah serius lagi menjalani cintanya bertemu lelaki yang bernama dion ahmad bisa mengubah segalanya. Setelah beberapa bulan menjalani hubungan bersama dion tantangan dalam hubungan mereka pun terjadi mula...
Secret Garden
328      275     0     
Romance
Bagi Rani, Bima yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Bima, Rani yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar jiwa?
An Hourglass from the Opus Kingdom
490      284     3     
Science Fiction
When a girl, rather accidentaly, met three dwarfs from the Opus Kingdom. What will happen next?
you're my special moments
2807      1126     5     
Romance
sebenarnya untuk apa aku bertahan? hal yang aku sukai sudah tidak bisa aku lakukan lagi. semuanya sudah menghilang secara perlahan. jadi, untuk apa aku bertahan? -Meriana Lauw- tidak bisakah aku menjadi alasanmu bertahan? aku bukan mereka yang pergi meninggalkanmu. jadi bertahanlah, aku mohon, -Rheiga Arsenio-