Kediaman Dhani Abimanyu.
: 21. 50 WIB
Air hujan yang selalu membasahi dan kemudian menabur aroma khas pethicor pada penciuman. Selalu membuat Sabrina berhasil terhanyut dalam lamunan. Tentang pembicaraan waktu itu. Dimana Sabrina layaknya tersambar godam besar dan tak mampu berpikir apapun. Hujan diluar rumah masih deras, Dhani belum pulang ke rumah. Percakapan kemarin dengan Dhani yang minta ijin untuk menikah lagi, tiba-tiba membuat Sabrina ingin menangis. “Haruskan Sabrina mengijinkan ya Allah”. Deru nafasnya menggebu, buliran air mata menetes dengan derasnya. Tak sanggup berhenti. Seiring hujan yang sungguh deras begitu juga air mata itu menghujam.
"Kenapa harus Sabrina yang dimadu? Ya Allah, kenapa" batin Sabrina.
Tiba-tiba suara pagar berbunyi, kemudian mobil masuk perlahan dihalaman rumah. Cepat-cepat Sabrina menghapus air matanya sendiri.
Dhani pulang dari kantor, tapi sungguh pulangnya sangat larut. Mungkin banyak kerjaan kantor sehingga pukul 22.00 Dhani baru pulang.
"Assalamualaikum… "
"Waalaikumussalam …"
"Belum tidur Sayang? Ini sudah sangat malam?"
"Sabrina menunggu mas Dhani."
“Oh, baiknya isteriku. Terimakasih saying.”
"Hmm… bagaimana tawaranku kemarin dik?, sudahkah diijinkan mas untuk menikah lagi?"
"Mas Dhani belum cuci-cuci, barusan masuk rumah, sudah bertanya itu. Sabrina bingung kenapa sangat mendesak begitu?."
"Bingung kenapa dik?"
"Dari semalam Mas minta ijin tapi belum dijawab, melalui pesan telepon juga tak terbalas dari tadi, oleh karena itu Mas Dhani tanya sekarang."
"Mas Dhani sudah makan?"
"Sudah tadi dijalan karena kebetulan ada klien traktir direstourant seafood."
"Sebelum Sabrina menjawab, Sabrina cuma mau menjelaskan Mas Dhani, dalam Islam memang diperbolehkan untuk laki-laki menikah lagi, lebih dari satu istri, bisa empat perempuan, tapi kenapa hatiku berkata ..., susah untuk ikhlas dimadu, ya Mas Dhani?"
"Sabrina, Islam itu jelas. Dari pada terjadi perbuatan zinah, tujuan mas juga untuk menolong kehidupannya kan, mas tidak akan menyiakan kalian, poligami itu halal. Allah atur untuk yang sanggup."
"Ya Sabrina tahu dari Kanjeng Kyai, yang istri beliau 3, tapi Sabrina, tak ikhlas dimadu Mas Dhani."
Air mata Sabrina berjatuhan tak henti membasahi hidung dan mulut Sabrina. Sudah tak mampu membendung luka batin bila dimadu.
"Sabrina, Mas Dhani mohon, dari pada berzinah, kita akan menempatkannya pada tempat terhormat." Dhani berlutut dibawah kaki Sabrina memohon sangat agar Sabrina mau memberi ijin kepada Dhani. Tapi Sabrina belum luluh hatinya.
"Sabrina belum bisa iklas Mas Dhani, siapa perempuan itu yang membuatmu jatuh cinta lagi? Kurang apa Sabrina Mas? Kurang cantikkah? Kurang putihkah? Kurang pandai kah Sabrina diranjang Mas? Sampai Mas Dhani ingin menikah lagi?"
Suara isakan Sabrina memecah malam itu. Dhani hanya diam saja dalam posisinya masih bersimpuh dimaki Sabrina.
"Jawabanmu berarti tidak? Sabrina?"
Air mata itu tambah deras mengalir. Tak mampu menjawab pertanyaan Dhani.
Sabrina berlari masuk kekamar anaknya yang sudah terlelap dan menangis tanpa mengeluarkan suara. Takut Alvira terbangun. Ia berdoa : "Ya Allah mengapa takdirku, begini? Harus menjadi istri pertama, kenapa harus ada istri kedua, kurang apa aku Ya Allah". Batin Sabrina. Matanya makin merah, lengan bajunya basah karena air mata. Kepada siapa Sabrina mengadu selain kepada Rabb pencipta langit dan bumi ini.
"Ya Allah kenapa harus Sabrina yang harus iklas, apakah ini takdir cintaku?" Isak Sabrina semakin kencang. Tak rela cinta harus dibagi dengan perempuan kedua.