Loading...
Logo TinLit
Read Story - Alvira ; Kaligrafi untuk Sabrina
MENU
About Us  

Pustaka Asa

Senja Jumat itu dengan langkah ceria Maryam melangkah menuju alamat yang disampaikan  Sabrina. Bahagia rasanya selepas kewajibannya dibutik ia bisa menjadwal ke rumah Sabrina. Mengantarkan pesanan Sabrina. Payet dan bordir. Hanya dalam lima hari bisa diselesaikannya. Lebih cepat dari komitmen mereka. Sesuai berkabar tadi siang, Sabrina sangat sumrigah mengetahui pesanannya sudah selesai. Apalagi Maryam mau mengantarkan dan silaturahmi ke rumahnya. Keduanya sangat senang. 
Bel pintu sudah dibunyikan. Sesuai dengan tujuan yang ada pada agenda jingga miliknya. Perumahan di sekitar Sleman ini, semua mewah namun Rumah Sabrina Paling apik. Cat Putih berhambur corak Perak dan abu rokok, serta pagar hitam. Sangat bersih dan terawat. Kilat betul putihnya. Pasti sering peremajaan. Andai aku bisa memiliki rumah sebagus ini. Pagar yang terbuka tiba-tiba tanpa siapapun yang membukanya, sedikit mengagetkan Maryam. 
"Assalamualaikum Maryam, mari masuk, sini.” Sapa Sabrina sambil berdiri di beranda rumahnya. Sangat cantik dan khas senyumnya Sabrina menyapa. 
"Waalaikumussalam." Jawabnya pendek. Baju motif abstrak abaya dipadu rok satin senada dengan hijab yang hampir menyentuh punggung kaki. Lebih mempesona Maryam. Pantas penampilannya begitu sempurna. Sebagus ini istananya. Miris suara hati Maryam, sambil melangkah dalam senyum ke arah Sabrina. 
"Gimana, tidak tersasar tadi kan?" tanya Sabrina 
"Tidak, sepertinya semua taksi tahu kediaman ini ya?" jawab Maryam memenuhi selidik Sabrina. "Oh, hahaha. Mungkin karena Alvira suka sekali berteman dan mengajak teman-temannya main dirumah ini, tidak semua diantar kendaraan orangtuanya." Sabrina menimpali sambil tertawa kecil. "Duduk diruang dalam yuk." Tambahnya. Maryam hanya menggangguk dan mengikuti Sabrina.
Rumah yang sangat indah. Persis seperti di sinetron. Pajangan dinding yang penuh nuansa ethnic. Lighting lampu tiap sudut yang berbeda warna dan bentuk, foto para personil keluarga yang terpajang dengan berbagai gaya dan berbeda tempat. Jejeran bunga ditiap meja sebagai penyambung pesona bagi para tamu. Lampion warna warni dengan gerak zigzag ditiup angin dari jendela yang terbuka. Warna dinding yang penuh kekuatan pesan bahkan ada gradasi, yang satu dengan lainnya tak sama. Sungguh menandakan rumah ini bukan rumah orang sembarangan. Penuh keilmuan yang menunjukkan kelasnya dalam penguasaan seni interior.  "Rumah yang sangat bagus. Aku benar-benar berfikir sangat serius pemiliknya memikirkan agar tiap inci dari bagian rumah ini memberi daya tarik tersendiri." Maryam benar-benar menyampaikan apresiasi pikirnya.
"Semua yang ramu mas Dhani. Sebagai istri aku hanya manut apa yang terbaik. Aku nda punya ilmunya. Mas Dhani full action." Ucap Sabrina mantap seperti benar menyanjung kekuatan keilmuan suaminya. 
Rumah Dhani Abimanyu memang mempesona. Setiap siapapun tamu yang baru hadir. Pasti tak kan enggan menatap dan menyapu seluruh pandang pada setiap inci rumah mereka. Sangat penuh kesan. Nampak kalau Dhani tidak sembarangan mencurahkan pemikirannya, membentuk titik demi titik dari bangunan tersebut menjadi tempat yang penuh nilai. Modern eksotis. Ada sofa empuk diruang keluarga model bohemian. Dibeberapa sudut atasnya ada besi ulir bermahkota lampu lapis crafting, tampak sebagai pemecah kekakuan. Sementara disudut bawahnya, tampak ada eksyen kursi jati di ruang utama dan beberapa pendukung interior model vintage. Lalu ke arah dapur saat mata Maryam mengikuti arah gerak Sabrina mengambil air mineral dan beberap potong cake, terdapat lorong perantara model mid century modern yang berakhir dengan dapur minimalis berlatar kaca penuh tampak membelakangi taman dengan berbagai elemen rustic. Belum lagi suara alunan tilawah sangat halus dan merdu keluar dari atas tengah langit-langit ruang. Semua menyatu sangat indah. Tak jemu berada disetiap ruangnya. 
"Dari tadi kok bengong aja." Halus suara Sabrina mengejutkan Maryam yang masih terpesona. "Aku sudah siapkan cake seadanya aja dan air mineral, cukupkah? atau kita ganti coklat hangat?" Tawar Sabrina.  "Cukup Sabrina. Aku bukan penikmat yang manis, aku suka makanan penuh rempah. Gurih." Balas Maryam. 
"Oh, gitu. Aku tadi ada masak ayam gongso dan tempe penyet nanti kau harus coba ya. Tapi tak boleh mual kalau tak cocok rasanya. Hehehehe." Sabrina mengulum senyum sambil bercerita.
Sabrina dan Maryam duduk ke arah Sofa putih model bohemian. Maryam mengeluarkan apa yang dipesan Sabrina. "Masyaallah cantik sekali Maryam. Kau luar biasa. Jilbab syar'i jadi sangat cantik." Dia memperhatikan dengan sangat berbinar. "Aku coba ya." Ujar Sabrina sambil melangkah menuju kamarnya. 
"Lihat bagus sekali. Aku sudah coba kain tenun ini dengan yang hitam. Elegan jadinya ya. Untuk paduan kuning ini jadi lebih ceria." Ujar Sabrina.
"Betul." Maryam tersenyum lebar. Ia sendiri juga benar-benar takjub melihat hasil kerjanya, sangat cantik dikenakan Sabrina. "Ups, mas Dhani pulang. Sebentar ya. Tumben cepat. Wah, kita bisa makan malam bersama ini." Ucap Sabrina sambil minta izin dengan gaya badannya mengarah ke pintu. Saat mendengar suara klakson dan ban mobil perlahan disamping rumahnya.
Setelah Sabrina menjawab salam suaminya. Sabrina pun mencium punggung tangan lelaki mirip aristokrat intelektual tersebut. Maryam memperhatikan semua dari sudut ruang tempat dia duduk sejak awal. "Cantik sekali. Baju baru?" terucap begitu saja Dhani melihat penampilan berbeda isterinya, ketika mereka beriringan. Tak sadar kehadiran Maryam. "Bagus ya mas. Ini loh mas Dhani yang kemarin aku cari di butik yang kita ketemu Maryam itu mas. Mas Dhani ingat? Maryam menambah aksen payet dan bordir di hijabnya. Baru selesai. Itu Maryam masih ada." Sabrina menjawab dengan sangat semangat penilaian suaminya. "Oh iya ada Maryam datang ya. Wah, bagus jadinya ya. Nampak yang membuatnya lulusan luar negeri.” Dhani memuji sekenanya sambil tertawa lepas. Disambut tawa yang lain.  “Baiklah lanjut dengan Maryam ya, Sabrina. Mas Dhani beberes dulu ya" Responnya. Sabrina menggangguk. Maryam tersenyum tipis, melepas badan lelaki yang gesture tubuhnya cukup membuat Maryam saat itu membersit kerinduan pada mantan suaminya. 
Selepas shalat maghrib. Dhani kembali dari mesjid dan telah siap menuju meja makan. Yang sudah ditata Sabrina sejak sore. Duduk berhadap Sabrina dan Alvira dengan Dhani mengambil posisi ditengahnya. Maryam tepat berada di sebelah Alvira. Perbincangan mengalir ringan. 
"Jadi sudah berapa lama Maryam di Indonesia. Hanya kerja di toko itu dan turut design?" lempar Dhani sekenanya.
Sabrina menanggapi. "Sayang ya Mas Dhani. Maryam berbakat. Bisa dijadikan lebih kuat potensinya. Apalagi lulusan luar negeri." Tambah Sabrina menimpali. Maryam tersenyum.
"Masih baru sekitar 6 bulan mas Dhani. Ada niat dan rencana Maryam, ingin buka sendiri atau buat usaha ekspor ke teman-teman muslimah di Norwegia, berbagai model khas Indonesia. Tapi belum ada biayanya." Jawabnya malu sambil mengulum senyum.
"Wah. Bisa itu ya dik kita modali. Sabrina mau seriusi? ide bagus itu apa yang disampaikan Maryam. Kalian bisa kolaborasi, nanti saya modali. Sabrina jadi punya aktifitas bisnis baru itu."  Dhani santai menjawab lontaran ide Maryam dan Sabrina.
"Benarkah mas Dhani? Sabrina mau. Ayo Maryam. Kita kerjakan. Bagus banget hasil karyamu. Teman-teman Sabrina juga banyak. Sabrina bisa mencoba jadi marketingnya." Semangat sekali Sabrina membalas tawaran suaminya.
"Benarkah?" Tak percaya rasanya Maryam
"Iya. Pikirkanlah. Seriusi percakapan ini." Dhani tampak serius dengan ucapannya.
"Oya Sabrina. Mas harus cepat balik ke mesjid. Ada pertemuan para pengelola dan pengurus mesjid. Mau rehab sedikit. Mas udahan ya. Mungkin di sana juga ada beberapa sajian nanti. Jadi kasih space lah.  Maryam pulang bagaimana?" Selidik Dhani.
"By Taksi aja mas jangan khawatir." Jawab Maryam
"Baik Mas Dhani. Silakan. Mas Dhani, stok buah kurma kita masih ada. Mau mas Dhani bawa sebagai cemilan di mesjid?" Ingat Sabrina tiba-tiba.
Dhani menggangguk mantap.
"Biar Alvira yang ambil ummi, Alvira juga janji bersama teman-teman tahfizhan lagi sama ustadzah dimesjid Alvira bareng abi ya." Tegas Alvira. Dari tadi ia hanya diam mengikuti perbincangan orangtuanya. Sabrina tersenyum. menyiratkan persetujuan bagi Alvira.
Dhani beranjak sambil merangkul bahu putri semata wayangnya. Sabrina dan Maryam pun meneruskan perbincangan mereka di meja makan.
"Jadi sudah final perpisahan dengannya?" Tanya Sabrina hati-hati.
"Ya. Aku sedang menunggu kedatangannya dari Norwegia. Mengurus semua surat-surat dan gono gini kami Sabrina."  balasnya tak semangat.
"Sabar ya. Mudah-mudahan. Ia segera datang. Kalian bisa menjadi lebih mudah. Tadi, tawaran mas Dhani, aku sangat bersemangat. Kau mau menseriusi Maryam?" Kembali Sabrina mengulang tanya.
"Aku takjub dengan kebaikan kalian. Aku mau Sabrina. Tapi ku pikir sebelum membuka toko. Sebaiknya aku mempersiapkan dulu sekira 50 potong untuk pajangan setidaknya biarlah sambil aku bekerja di toko itu." Maryam mulai berencana.
"Wah senangnya. Iya. Gak apa. Aku tertarik membantu. Ajari aku ya. Agar lebih cepat. Aku benar-benar ingin mahir membordir, memasang payet seperti keahlianmu..." Kembali Sabrina mencoba menawarkan dan menguatkan Maryam. "Insyaallah. Mudah kok kalau memang kita niat. Paling semiggu belajar kau sudah bisa. Memahirkan hanya butuh ketekunan saja dan banyak liat yang sudah ada. ATM." Maryam menimpali dengan senyum. 
"Alhamdulillah. Senangnya. Berapa Lama Maryam butuh waktu mempersiapkan beberapa potong contoh itu. Sekitar 3 bulan cukupkah?" Balas Sabrina.
"Insyaallah. Aku upayakan ya." Jawabnya yakin.
"Jika demikian aku akan berusaha cari toko ya." Jawab Sabrina.
"Ngga usah Sabrina. Disini aja. Ruang depan bagian sebelah kanan taman ku pikir masih ada space. Bisa kita sulap jadi butik bila kau setuju. Mas Dhani pasti mahir. Jadi kita tak perlu biaya banyak. Pemasaran sementara by online saja." Tawar Maryam memberi alternatif  pikir. Dia takut akan memberatkan Sabrina.
"Aha. Ide yang brillian. Akan aku sampaikan nanti pada mas Dhani. Sehingga aku juga tak harus sering keluar rumah ya. Tak harus kesibukan jadi mengganngu hariku nanti. Menunggu Alvira pulang ataupun mas Dhani." Sabrina sangat sumrigah.
"Ya. benarkan?" kata Maryam “Di Norwegia, banyak rumah sekaligus tempat usaha. Para isteri yang tidak bekerja berbisnis dengan menyulap sebagian rumahnya jadi tempat usaha.” Tambahnya berusaha meyakinkan Sabrina.
"Aku sudah tak sabar rasanya Maryam."Pekik Sabrina. Mereka tertawa hangat.
"Baiklah. Aku pulang dulu ya. Mungkin kita bisa mulai menjadwal membeli ke pasar grosir beberapa potong kain Sabrina. Agar aku bisa memulainya." Cepat Maryam menyusun rencana
"Oke. aku ikut ya. Minggu depan di hari sekolah aku hubungi lagi, mungkin kau bisa cuti Maryam. Kita atur jadwal seharian." Balas Sabrina.
"Oke bos, insyaallah aku segera kabarkan ya. Hehehhehe. Aku siap-siap pulang dulu ya." Maryam berkemas.
"Wait. Berapa biaya yang harus ku siapkan untuk bahan cantik yang sudah kau antar ini?" Tanya Sabrina.
"Mohon maaf Sabrina aku sedang butuh uang. Terserah padamu. Berapapun. Tapi jika di Norwegia aku melepas semua itu minimal senilai 250ribu." Sangat takut Maryam menyampaikan harga khawatir Sabrina kecewa.
"Wah. Itu sangat murah. Aku sudah siapkan 2x lipatnya diamplop ini. Bukan semata atas hasil. Tapi kau telah siapkan lebih cepat dari janji. Perfect." Balasnya. 

"Terima kasih Sabrina. Luar biasa pedulimu." Berkaca rasanya matanya. 
"Sama-sama. Itu harga yang wajar. Segeralah pesan taksi ya. Hari sudah sangat larut." Lembut Sabrina menatap Maryam sambil menyerahkan amplop yang sudah ia siapkan sejak Maghrib tadi.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
REASON
9379      2272     10     
Romance
Gantari Hassya Kasyara, seorang perempuan yang berprofesi sebagai seorang dokter di New York dan tidak pernah memiliki hubungan serius dengan seorang lelaki selama dua puluh lima tahun dia hidup di dunia karena masa lalu yang pernah dialaminya. Hingga pada akhirnya ada seorang lelaki yang mampu membuka sedikit demi sedikit pintu hati Hassya. Lelaki yang ditemuinya sangat khawatir dengan kondi...
Kesya
11545      2775     5     
Fan Fiction
Namaku Devan Ardiansyah. Anak kelas 12 di SMA Harapan Nasional. Karena tantangan konyol dari kedua temanku, akhirnya aku terpaksa harus mendekati gadis 'dingin' bernama Kesya. Awalnya pendekatan memang agak kaku dan terkesan membosankan, tapi lama-kelamaan aku mulai menyadari ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Kesya. Awal dari ancaman terror dikelas hingga hal mengerikan yang mulai ...
LOVE, HIDE & SEEK
504      342     4     
Romance
Kisah cinta antara Grace, seorang agen rahasia negara yang bertemu dengan Deva yang merupakan seorang model tidak selalu berjalan mulus. Grace sangat terpesona pada pria yang ia temui ketika ia menjalankan misi di Brazil. Sebuah rasa cinta yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Namun, takdir mempertemukan mereka kembali saat Grace mulai berusaha menyingkirkan pria itu dari ingatannya. Akankah me...
I Fallen for Jena Henzie
8370      1869     0     
Romance
Saat pitcher melempar bola, perempuan itu berhasil memukul bola hingga jauh keluar lapangan. Para penonton SMA Campbell langsung berdiri dengan semangat dan bersorak bangga padanya. Marvel melihat perempuan itu tersenyum lebar saat mengetahui bolanya melambung jauh, lalu ia berlari sekencang mungkin melewati base pertama hingga kembali ke home. Marvel melihat keramaian anak-anak tim base...
Returned Flawed
270      219     0     
Romance
Discover a world in the perspective of a brokenhearted girl, whose world turned gray and took a turn for the worst, as she battles her heart and her will to end things. Will life prevails, or death wins the match.
Delilah
9248      1989     4     
Romance
Delilah Sharma Zabine, gadis cantik berkerudung yang begitu menyukai bermain alat musik gitar dan memiliki suara yang indah nan merdu. Delilah memiliki teman sehidup tak semati Fabian Putra Geovan, laki-laki berkulit hitam manis yang humoris dan begitu menyayangi Delilah layaknya Kakak dan Adik kecilnya. Delilah mempunyai masa lalu yang menyakitkan dan pada akhirnya membuat Ia trauma akan ses...
Blue Rose
292      242     1     
Romance
Selly Anandita mengambil resiko terlalu besar dengan mencintai Rey Atmaja. Faktanya jalinan kasih tidak bisa bertahan di atas pondasi kebohongan. "Mungkin selamanya kamu akan menganggapku buruk. Menjadi orang yang tak pantas kamu kenang. Tapi rasaku tak pernah berbohong." -Selly Anandita "Kamu seperti mawar biru, terlalu banyak menyimpan misteri. Nyatanya mendapatkan membuat ...
Mengapa Harus Mencinta ??
3509      1155     2     
Romance
Jika kamu memintaku untuk mencintaimu seperti mereka. Maaf, aku tidak bisa. Aku hanyalah seorang yang mampu mencintai dan membahagiakan orang yang aku sayangi dengan caraku sendiri. Gladys menaruh hati kepada sahabat dari kekasihnya yang sudah meninggal tanpa dia sadari kapan rasa itu hadir didalam hatinya. Dia yang masih mencintai kekasihnya, selalu menolak Rafto dengan alasan apapun, namu...
Oh My Heartbeat!
379      266     1     
Romance
Tentang seseorang yang baru saja merasakan cinta di umur 19 tahun.
I Can't Fall In Love Vol.1
2656      1067     1     
Romance
Merupakan seri pertama Cerita Ian dan Volume pertama dari I Can't Fall In Love. Menceritakan tentang seorang laki-laki sempurna yang pindah ke kota metropolitan, yang dimana kota tersebut sahabat masa kecilnya bernama Sahar tinggal. Dan alasan dirinya tinggal karena perintah orang tuanya, katanya agar dirinya bisa hidup mandiri. Hingga akhirnya, saat dirinya mulai pindah ke sekolah yang sama deng...