Aku menelengkupkan kepalaku diantara lipatan tanganku. Suasana hari ini cukup membosankan, belum lagi cuaca mendung yang sedari pagi. Aku mengetuk-ngetuk pensil ke atas meja dan sesekali menatap waktu dari jam tangan yang melekat di tangan kiriku.
10 menit lagi. Aku melirik kembali ke arah guru mata pelajaran matematika yang sedang duduk tenang sambil memainkan ponsel. Sedangkan siswa lainnya sibuk mengerjakan soal logaritma. Sebenarnya aku sudah mengerjakannya sedari tadi, hanya saja malas untuk mengumpulkannya.
Aku menegakkan punggungku dan sedikit melakukan peregangan tanpa membuat perhatian bu Santi teralihkan. Tanpa sengaja aku menyenggol kecil kursi di sampingku, kursi dimana Ayu selalu duduk. Hari ini Ayu tidak masuk karena suhu tubuhnya kembali naik. Tadi pagi saat aku hendak mengecek keadaan Ayu sekaligus membangunkannya, aku melihat Ayu sudah terbangun dan menyandar pada kepala ranjang dengan selimut yang melilit tubuhnya yang tengah menggigil hebat.
Kringggg…
Kelas mulai ribut saat bel istirahat berbunyi. Aku menghela napas lega, baru kali ini keadaan kelas membuatku sangat jenuh. Ku keluarkan ponsel dari dalam kolong meja yang aku gunakan. Tidak ada notifikasi dari Ayu. Kembali menghela napas kesal aku memasukkan ponsel itu ke dalam saku seragam.
“Lemes amat, udah kayak permen karet hambar aja.” Gaga menepuk keras bahuku, kemudian duduk di kursi yang berada di hadapanku. Aku meringis pelan seraya mengusap bahuku yang mulai berdenyut dan kupastikan jika bahuku akan memerah.
“Lebay amat lo!” Ujar Gaga. “Pelan juga.”
“Pelan pala lo!” Balasku sinis dan Gaga malah tertawa.
“Udahlah buruan ke kantin, dah lapar gue gak kuat.” Gaga beranjak berdiri dan melenggang pergi. Aku mengerutkan kening, sejak kapan Gaga mengajakku ke kantin.
“Dasar si Gaga,” Ucap Indra diakhiri dengan dengusan. “Lo mau ikut ke kantin?”
Sedikit meregangkan bahuku yang masih berdenyut, aku berdiri dan menganggukkan kepala. Indra berjalan mendahuluiku keluar dari dalam kelas.
~
“Gue beneran kepo nih! Lo galau karena apa?” Tanya Gaga sambil menyantap baso di hadapannya.
Aku menghentikan pergerakan tanganku yang tengah memotong-motong baso. “Gak ada tuh. Perasaan lo aja kali.” Kilahku.
“Ck! Lo kayak yang gak tahu aja, Ga.” Timbal Indra sambil mengunyah baso di dalam mulutnya. “Siapa lagi yang bisa bikin Farhan galau selain Ayu.”
Gaga menepuk keningnya pelan. “Eh iya, gue baru nyadar dari tadi si Ayu gak ada.” Aku menyunggingkan senyum kecil dan menggelengkan kepala pelan sebelum menyendok baso ke dalam mulutku.
“Udahlah, sob. Gak usah galau-galau.” Gaga merangkul bahuku. Aku menggedikkan bahuku agar rangkulan Gaga terlepas. “Gue gak galau.”
“Elah, kalem. Bentar lagi balik, jadi bisa ketemu deh sama Ayu,” goda Gaga kembali. “Mana sekarang serumah.”
“Waduh bahaya nih kalo serumah.” Timbal Indra. Aku menatap tajam ke arah dua orang itu dan yang ditatap malah tertawa terbahak-bahak.
“Bacot lo berdua!” Ujarku kesal.
“Widih, kasar lo.” Jawab Gaga masih dengan tawanya yang menyebalkan.
“Tapi serius deh, lo keliatan banget merananya tadi.” Ujar Indra. Aku tidak menanggapi dan memilih fokus pada makanan yang berada di hadapanku.
“Ngaku aja lo! Kalo suka sama Ayu!” Aku masih terdiam dan menghiraukan ucapan Gaga.
“Susah amat ngaku, udah ketahuan juga.”
~
Aku menggosok kaca mobil menggunakan spons penuh busa di tanganku. Dibagian mobil lain ada Ayu yang tengah melakukan hal yang sama denganku. Karena sekarang libur, makanya kami menghabiskan waktu berdua. Terutama saat kejadian tawuran dulu. Rasanya aku begitu bersalah dengan memarahi Ayu habis-habisan waktu itu. makanya sekarang aku memutuskan untuk selalu mendengar Ayu.
Rencananya besok kami akan bergi ke taman hiburan, makanya ayah menyuruh aku dan Ayu untuk membersihkan mobil.
“Farhan.” Panggil Ayu sambil terus menggosok body mobil dengan spons ditangannya. Aku bergumam sebagai jawaban.
“Ayu suka deh sama Farhan.”
Deg.
Aku berhenti menggosok kaca mobil.
“Apalagi sekarang Farhan jadi anak baik. Gak ikut tawuran atau temenan sama anak-anak nakal lagi. Kan Ayu gak usah khawatir lagi.” Ayu mengulurkan kepalanya demi menatapku dan memberikan senyuman ke arahku.
~
Baru saja aku masuk ke dalam rumah, hidungku langsung mencium wangi masakan dari arah dapur. Apa Ayu sedang memasak? Bukannya dia sedang demam. Dengan penuh rasa penasaran aku melangkahkan kaki ke dapur. Nampak sosok wanita tengah sibuk memasak dengan begitu cekatannya.
“Bunda?” Aku menghampiri bunda yang tengah memasak sayuran. “Kok udah pulang bukannya ac-“
“Kamu kok gak bilang kalo Ayu lagi sakit, Han.” Potong bunda.
“Bunda kan lagi bantuin nikahannya kak Kianti.”
“Terus ngebiarin Ayu sendirian di rumah? Untung ayah telepon bunda.”
“Maaf, bun.”
“Ya udah sekarang kamu di atas mandi ganti baju. Terus ke bawah lagi sekalian ajak Ayu. Tadi bunda liat dia lagi tidur.”
Aku menganggukkan kepala dan berjalan ke atas. Saat hendak masuk ke dalam kamar aku mendengar suara pintu di dekatku bedecit. Kubalikkan tubuhku dan bersiap menyapanya. Namun mulutku tak mengeluarkan satu kata pun saat kedua mata orang itu memandangku datar.
Ayu melewatiku tanpa menyapa ataupun menatap ke arahku. Aku menatap punggungnya hingga hilang dari pandangan. Ini aneh, tidak pernah sekalipun Ayu bersikap seperti itu padaku.
Aku masuk ke dalam kamar dan meletakkan tas ranselku di atas kasur. Kedua mataku menerawang ke luar jendela. Apa yang telah aku lakukan hingga Ayu bersikap seperti itu?
~
“Ngaku aja lo kalo lo suka sama Ayu.” Aku masih terdiam dan menghiraukan ucapan Gaga. “Susah amat ngaku, udah ketahuan juga.”
Aku tidak menanggapi ucapan Gaga yang menurutku semakin melantur itu. aku melanjutkan memakan baso milikku yang tersisa setengahnya lagi.
“Elah gue dikacangin,”keluh Gaga yang kembali pada acara memakan basonya.
“Hahaha, lo sih ngegoda si Farhan kayak gitu. Pasti dia gak bakalan jawab,” Indra menepuk pelan bahu Gaga. Aku hanya melirik mereka.
“Harusnya lo tahu kalo si Farhan diem, berarti heem.” Ucap Indra dengan menganggukkan kepalanya mantap di akhir kalimatnya. Aku menghentikan gerakan tanganku dan menatap ke arah Indra.
“Iya, bro! kok gue baru inget!” Seru Gaga sambil mengunyah basi dalam mulutnya.
“Lo sih pikunan!” Indra tertawa pelan seraya menatap ke arahku. “Iya, gak? Han?”
Aku diam, tidak menanggapi ucapan mereka. Tapi perkataan Gaga suskses membuatku tak berkutik lagi. “Buset! Si Farhan blushing! Beneran ini mah, Dra!”
~
Aku berjalan menuruni tangga dengan setengah terbangun. Tadi tanpa sengaja aku tertidur dengan masih mengenakan seragam sekolah dan terbangun karena gedoran pintu.
Sesampainya di meja makan aku langsung menarik kursiku dan mendudukinya. Aku mengernyit heran saat kursi di sampingkku kosong. Bukannya Ayu tadi sudah ke bawah?
Saat hendak bertanya ayah lebih dulu menyela, “Ayu mana, bun?”
“Lagi di kamar mandi,” jawab bunda singkat dan mengambil nasi serta lauk pauk untuk ayah.
Samar aku menganggukkan kepalaku dan mengambil lauk pauk tak berselang lama Ayu kembali dan langsung duduk di sampingku dan mengambil nasi serta lauk pauk ke dalam piringnya. Ia menyantap makanannya dalam diam, tidak seperti biasanya. Aku terus memperhatikan Ayu yang sepertinya tidak menyadarinya.
“Farhan! Cepetan makan! Bukan malah liatin Ayu,” Tegus bunda yang mendapati aku tengah memperhatikan Ayu. Aku dengan salah tingkah langsung memakan makannanku dengan agak cepat. Kembali aku melirik Ayu hanya sekedar ingin tahu reaksinya. Tidak ada, Ayu masih seperti tadi, makan dengan tenang.
Ada apa dengan Ayu?
~
Oleh Luthfita A.S.