Aku menghela napas lega saat melihat kak Baba yang dengan tergesah-gesah mengambil sebuah kantung plastik besar di salah satu tangannya. Aku menyingkir, memberikan ruang agar kak Baba dapat melewat.
Ayu menatap bingung ke arah kak Baba. “Kok kak Baba masih di sini, sih? Bukannya ke Bandung?” Tanya Ayu bingung.
“Ada yang ketinggalan, Yu,” Jawab Kak Baba sambil menyalakan kembali motornya setelah menyimpan kantung plastik di motornya.
“Hati-hati kak Baba,” Ayu melambaikan tangannya dan dibalas anggukan singkat dari kak Baba.
Setelah kak Baba menghilang dari pandangan, aku dan Ayu berjalan masuk ke dalam rumah. hidung kami langsung disuguhkan aroma super sedap yang berasal dari dapur.
“Bunda, Ayu pulang!” Ucap Ayu agak berteriak dan berjalan dengan riang menuju dapur.
Aku tersenyum dan menggelengkan kepala pelan. Kututup pintu utama rumah dan berjalan menuju dapur juga.
Hal pertama yang aku lihat saat sampai di dapur adalah Ayu yang tengah asik berceloteh ria mengenai kegiatannya tadi sore. Bunda yang tengah menyiapkan makan malam hanya menanggapinya dengan sebuah gumaman. Aku berjalan masuk semakin dalam dan duduk di salah satu kursi, di susul oleh Ayu.
“Lain kali kalau mau main jangan sampe sore banget kayak gini. Bunda cuman takut kalian sakit karena masuk angin atau kehujanan. Belum lagi nanti kalian kecapean, terus gak belajar. Kan kalian bentar lagi mau ujian kenaikan kelas,” Nasehat Bunda yang membuat Ayu menunduk.
“A-“
“Maaf, bunda,” Cicit Ayu yag memotong ucapanku. “Ayu janji gak main lagi besok.”
Aku segera menatap bunda. Bunda yang menyadari tatapanku kembali berbicara. “Bunda gak larang kamu main, sayang. Bunda cuman takut kalian sakit atau kecapean.”
“Iya, bunda.”
Bunda tersenyum padaku dan mengangkat bahunya. Aku berdecak pelan, kesal. Bagaimana tidak rencana aku dan teman-teman yang lain akan terancam tidak selesai karena ucapan Ayu tadi. Aku menyandarkan punggungku pada kursi.
“Yaudah, kalian ganti baju dulu sana. Abis itu turun, makan malam.”
“Baik, bunda.”
Aku dan Ayu bangkit berdiri dan melangkah keluar dari dapur. Kulihat Ayu kembai murung. Aku merangkul bahunya dan menepuk lengannya pelan. “Bunda gak marah kok. Bunda cuman khawatir aja.”
“Tapi kan-“
“Bunda tadi bilang gak ngelarang kita buat main. Jadi tenang aja,” Ujarku mencoba menenangkannya.
Kami berhenti tepat di depan pintu kamar yang selama beberapa hari ini menjadi kamar Ayu. Aku masih merangkulnya, entahlah rasanya nyaman.
“Farhan?”
“Hm?”
Ayu melepaskan kembali tangannya dari kenop pintu kamarnya. “Ayu kok ngerasa kalo Farhan sama yang lain ngerencanain ini.”
“Ngerencanain apa?”
“Ngajak Ayu main ke sana sini.”
“Em…” Aku menatap sekitar, mengalihkan perhatianku dari Ayu.
“Eh, Ayah udah pulang. Cepet ganti baju biar kita makan malam bareng,” Aku meninggalkan Ayu dan segera menuju kamarku. Beruntung deruman mobil ayah datang di waktu yang tepat.
~
Saat makan Ayu bungkam, tidak biasanya. Mungkin masih merasa takut pada bunda. Aku terus memakan makan malamku.
“Gimana sekolahnya hari ini, nak?” Tanya Ayah yang telah lebih dulu menyelesaikan makan malamnya.
“Baik,” Jawabku dengan Ayu bersamaa.
“Tidak ada yang menarik?” Baik aku maupun Ayu tidak ada yang memberi jawaban.
“Hei, kok ayah dikacangin,” Ujar ayah dengan nada kesal. Aku terkekeh pelan melihat wajah ayah yang kesal.
“Ayah sih ngajak ngobrolnya gak pas. Mereka kan lagi makan,” Balas bunda yang juga baru selesai makan.
“Iya-iya.”
Aku dan Ayu kembali terkekeh melihat wajah ayah yang cemberut. “Sudah habiskan makan malam kalian.”
Bunda bangkit dari duduknya dengan piring kotor di tangannya. Ayah menyeruput teh hangat dalam cangkirnya.
“Em…ayah?” Tanya Ayu yang baru menyelesaikan makan malamnya.
“Hm?” Gumam ayah dengan bibir cangkir yang masih menempel di mulutnya.
“Em,” Ayu memilin ujung bajunya. “Ayu mau beli boneka lagi boleh?”
Aku mengangkat sebelah halisku, bingung. Biasanya Ayu tidak meminta ijin terlebih dahulu untuk membeli boneka.
“Ya boleh lah,” Jawab ayah cepat. “Kenapa pake ijin segala?”
“Em…itu, Ayu..”
“Kenapa, hem?” Tanya bunda yang kembali bergabung di meja makan.
“Ayu gak punya uang buat beli,” Ucap Ayu dengan nada pelan.
Aku menghela napas dan membungkukkan pelan tubuhku setelah menyingkirkan piring kotor dari hadapanku. “Itu kenapa Ayu ngelamun mulu di mall kemarin?”
Ayu mengangguk kecil. “Kenapa gak bilang?”
Ayu menggelengkan kepalanya. “Ayu malu. Farhan juga udah traktir Ayu makanan di sana.”
Sebuah tangan terulur mengusap pelan kepala Ayu. Bunda tersenyum dan berkata. “Ayu sayang, dengerin bunda.”
Ayu mengangguk. “Dari dulu ayah, bunda, kak Baba, sama Farhan udah nganggap Ayu keluarga. Jadi Ayu gak perlu malu buat minta apapun, kita kan keluarga.”
Ayu menatap bunda dengan matanya yang telah berkaca-kaca. Ia tersenyum, lalu memeluk bunda dengan erat. “Jadi, besok Ayu boleh dong beli boneka baru?”
Kami semua tertawa memecah keheningan sebelumnya.
~
Oleh luthfita
Kama Labda
550
345
2
Romance
Kirana tak pernah menyangka bahwa ia bisa berada di jaman dimana Majapahit masih menguasai Nusantara.
Semua berawal saat gadis gothic di bsekolahnya yang mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan seseorang dari masa lalu.
Dan entah bagaimana, semua ramalan yang dikatakannya menjadi kenyataan! Kirana dipertemukan dengan seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah raja.
Akankah Kirana kemba...
REASON
9490
2296
10
Romance
Gantari Hassya Kasyara, seorang perempuan yang berprofesi sebagai seorang dokter di New York dan tidak pernah memiliki hubungan serius dengan seorang lelaki selama dua puluh lima tahun dia hidup di dunia karena masa lalu yang pernah dialaminya.
Hingga pada akhirnya ada seorang lelaki yang mampu membuka sedikit demi sedikit pintu hati Hassya. Lelaki yang ditemuinya sangat khawatir dengan kondi...
Bus dan Bekal
3293
1506
6
Romance
Posisi Satria sebagai seorang siswa sudah berkali-kali berada di ambang batas. Cowok itu sudah hampir dikeluarkan beberapa kali karena sering bolos kelas dan lain-lain.
Mentari selalu mencegah hal itu terjadi. Berusaha untuk membuat Satria tetap berada di kelas, mendorongnya untuk tetap belajar, dan melakukan hal lain yang sudah sepatutnya seorang siswa lakukan. Namun, Mentari lebih sering ga...
The Puzzle
1226
713
4
Fantasy
Banyak orang tahu tentang puzzle, sebuah mainan bongkar-pasang untuk melatih logika. Namun berbeda dengan puzzle yang dimiliki Grace, awalnya Grace hanya menganggap puzzle yang dimilikinya sama seperti puzzle yang dimiliki orang lain. Dia sering memainkan puzzle itu sejak kecil tapi setelah dia dewasa, puzzle itu mulai memunculkan teka-teki baginya. Grace heran saat ayahnya benar-benar menjaga pu...
Hunch
39594
5559
121
Romance
🍑Sedang Revisi Total....🍑
Sierra Li Xing Fu
Gadis muda berusia 18 tahun yang sedang melanjutkan studinya di Peking University. Ia sudah lama bercita-cita menjadi penulis, dan mimpinya itu barulah terwujud pada masa ini. Kesuksesannya dalam penulisan novel Colorful Day itu mengantarkannya pada banyak hal-hal baru.
Dylan Zhang Xiao
Seorang aktor muda berusia 20 tahun yang sudah hampi...
Mutiara -BOOK 1 OF MUTIARA TRILOGY [PUBLISHING]
14156
2882
7
Science Fiction
Have you ever imagined living in the future where your countries have been sunk under water? In the year 2518, humanity has almost been wiped off the face of the Earth. Indonesia sent 10 ships when the first "apocalypse" hit in the year 2150. As for today, only 3 ships representing the New Kingdom of Indonesia remain sailing the ocean.
Mengejarmu lewat mimpi
2183
874
2
Fantasy
Saat aku jatuh cinta padamu di mimpiku. Ya,hanya di mimpiku.
Catatan 19 September
26924
3503
6
Romance
Apa kamu tahu bagaimana definisi siapa mencintai siapa yang sebenarnya?
Aku mencintai kamu dan kamu mencintai dia. Kira-kira seperti itulah singkatnya.
Aku ingin bercerita sedikit kepadamu tentang bagaimana kita dulu, baiklah, ku harap kamu tetap mau mendengarkan cerita ini sampai akhir tanpa ada bagian yang tertinggal sedikit pun.
Teruntuk kamu sosok 19 September ketahuilah bahwa dir...
Jendral takut kucing
935
486
1
Humor
Teman atau gebetan? Kamu pilih yang mana?. Itu hal yang harus aku pilih. Ditambah temenmu suka sama gebetanmu dan curhat ke kamu. Itu berat, lebih berat dari satu ton beras.
Tapi itulah jendral, cowok yang selalu memimpin para prajurit untuk mendahulukan cinta mereka.