Aku berdiri di depan sebuah rumah dengan gaya arsitektur tua dengan halamannya yang luas, rumah ini berada diatas sebuah bukit yang dikelilingi perkmebunan teh, seorang anak laki-laki menatapku dari balik tirai, dia tampak malu-malu, aku melambaikan tanganku pada anak itu. Dia tampak menghilang dan kembali muncul dari balik pintu kayu tua yang berwarna hitam, dia menghampiriku dan menatapku dengan matanya yang berwarna coklat gelap.
"Hai! Siapa namamu?". Tanyaku pada anak itu tetapi anak itu hanya tersenyum, dia menggenggam tanganku dengan erat, aku membungkukkan tubuhku agar sejajar dengannya, dia mengarahkan tanganku pada kepalanya, aku mengernyit, akupun menuruti apa keinginan anak itu. Dengan ragu aku menaruh telapak tangan kananku pada kepala anak itu, aku merasakan tanganku dibasahi oleh cairan hangat, anak itu tampak mengernyit kesakitan. Tunggu.. Apa yang aku sentuh ini?, aku segera menarik tanganku dari kepala anak itu dan aku melihat cairan berwarna merah ditelapak tanganku. Anak itu tetap tersenyum , tiba-tiba pandangan matanya teralih pada sesuatu yang ada dibelakangku, sesuatu membayangi kami, aku menoleh kebelakang dan sebelum aku dapat melihat siapa yang berdiri dibelakang kami sesuatu menghantam tubuhku dengan keras dan semua menjadi gelap.
"Fia! Fia!!". Suara teriakan membangunkanku dari mimpi buruk yang terus berulang,Yura menatapku dengan khawatir, dia adalah sepupu sekaligus sahabatku.
"Nightmare??". Tanyanya sembari menyodorkan segelas air putih dingin, aku mengangguk lalu meminum air itu dengan sekali tegukan.
"Apa tentang anak kecil itu lagi?". Tanyanya lagi, aku hanya bisa mengangguk.
"Ini sudah yang ketiga kalinya kamu bermimpi tentang anak itu, aku rasa kamu harus pergi ke psikiater".
"Hmm.. Aku rasa tidak perlu, ini hanya mimpi biasa".
"Baiklah jika kamu pikir begitu, Ayo cepat bangun! Sekarang kita harus pergi sekolah". Aku segera bangun dari tempat tidurku, jam dihandphone sudah menunjukkan angka 05.00 am, Aku punya waktu sekitar satu jam untuk bersiap-siap ke sekolah.
Jam enam lewat lima belas menit aku dan yura keluar dari tempat kost kami yang berjarak sekitar 10 km dari sekolah. Sehingga kami harus menggunakan sepeda motor untuk pergi ke sekolah, dengan menggunakan helm dan jaket kami menyusuri jalanan yang mulai ramai dipenuhi pengendara berseragam putih-abu seperti aku dan yura.
"Fia!!". Teriakan temanku dari lantai dua ketika aku baru saja sampai disekolah, Dia adalah melani, aku melambaikan tanganku padanya, aku berpamitan dengan yura karena disekolah kami beda kelas, yura berada dua tingkat diatasku dan sekarang ini adalah tahun terakhirnya berseragam putih-abu. Aku berjalan melintasi koridor kelas, disana banyak siswa yang berkumpul dan aku paling malas jika harus melintasi gerombolan-gerombolan siswa, rasanya aku sedang dikepung singa yang siap untuk menerkam.
"Fia! Sini!". Melani sudah ada diujung koridor, aku segera menghampirinya dengan wajah yang menunduk, orang-orang menatapku saat melintas dikoridor. Semua itu cukup membuat pipiku memerah seperti tomat, menyebalkan. Tiba-tiba ada seseorang yang berdiri menghalangi jalanku, dengan perlahan aku mengangkat wajahku. Seorang laki-laki berdiri didepanku dengan tatapan yang bagiku itu sangat mengganggu, tidak ada senyuman diwajahnya, matanya berwarna coklat gelap. Karena orang itu tidak bicara apapun, aku segera pergi dan sekilas aku melihat badge kelas yang ada diseragamnya bertulisan sebelas romawi.
"Hai melani!". Aku melambaikan tanganku pada melani dan disambut senyum hangat olehnya.
"Barusan ada apa?". Tanya melani.
" Tidak ada apa-apa". Jawabku.
Jam tujuh tepat upacara dimulai, dipimpin oleh sang ketua osis dan kepala sekolah sebagai pembina upacara. Aku berbaris dibarisan paling belakang, saat upacara berlangsung aku merasa ada seseorang yang memanggil namaku beberapa kali, tapi saat aku tengok orang itu tidak ada. Hingga seseorang melempariku kertas, aku mengambil kertas itu dan aku melihat ada sebuah tulisan dikertas itu, hanya satu kata yaitu "hai !" tetapi tulisan itu sepertinya ditulis oleh anak kecil karena tulisannya yang kurang rapih dan anehnya lagi kertasnya itu sudah sangat lusuh dan berwana kekuning-kuningan seakan sudah sangat lama kertas itu ada.
Saat upacara berlangsung beberapa kali aku menengok kesamping dan belakang, mencari orang yang mungkin melempar kertas itu. Saat aku menengok kearah barisan siswa, sepintas aku melihat ada seorang laki-laki yang menatapku, aku kembali menengok dan benar saja ada yang sedang menatapku, orang itu adalah laki-laki yang menghalangi jalanku tadi pagi, rasanya aku jadi sulit bernapas. Aku merasakan tubuhku seakan melayang lalu jatuh dengan begitu cepat, aku tidak dapat membuka mataku karena rasanya kelopak mataku ini jadi berat.
Saat aku membuka mataku aku sudah ada diruang uks, guru piket menyuruhku untuk istirahat dirumah saja, kemudian yura datang keruang uks dan mengantarku pulang ke tempat kost. Rasanya tubuhku ini sangat lemah, aku seharian berbaring ditempat tidur.
Jam dua belas malam, aku terbangun dari tidurku, yura tampak tidur dengan pulas. Aku bangun dari tempat tidur untuk minum, saat aku kembali ketempat tidur tiba-tiba layar handphoneku menyala, ada satu pesan dari nomor yang tidak dikenal,
XXX: "Hai fia! Aku dari masa lalu tapi tentunya sekarang aku ada dimasa kini dan berharap kau dapat bersamaku dimasa depanku seperti kau menemaniku dimasa laluku".
Aku mengernyit, siapa yang tengah malam begini mengirimiku pesan? Dan juga nomornya tidak dikenal. Akupun segera membalas pesan itu,
Aku: "Kamu siapa?". Dengan cepat orang itu membalas pesan,
XXX:"Aku sudah bilang, aku bagian dari masa lalumu. Sudah cepat tidur, besok kita harus sekolah. Kita satu sekolah". Siapa dia? Aku tidak memiliki teman SD atau SMP yang satu sekolah di SMA. Aku segera tidur, aku berharap aku tidak akan pingsan lagi disekolah karena itu membuat yura sangat khawatir dan aku juga berharap dapat menemukan orang yang melemparkan kertas misterius itu.
"Fia!! Bangun!! Sudah jam enam pagi!!". Teriak yura, aku mengerjap-ngerjapkan mataku, sudah jam enam pagi?!! Ya ampun! Aku bangun kesiangan.
Jam 10.00 Wib, jam untuk istirahat, aku dan melani pergi ke kantin untuk membeli beberapa makanan ringan. Sembari menunggu melani yang sedang memesan makanan, aku duduk dibangku yang ada dikantin, disaku seragamku masih ada kertas misterius itu, aku masih mencari siapa orang yang menyebut dirinya itu masa laluku.
"Eh.. Fia!". Seru melani, dia berdiri dihadapanku bersama dua orang laki-laki dan yang salah satunya adalah laki-laki yang menghalangi jalanku pagi kemarin.
"Emm.. Mereka boleh duduk sama kita,kan?". Tanya melani dengan mata yang berbinar-binar, hmm.. Aku rasa salah satu dari mereka adalah pacarnya melani. Aku tersenyum kemudian mengangguk pada melani, melani tampak sangat senang.
"Emm.. Fia, kenalin ini Kak Herdi dan yang ini Kak Rai, Teman Kak Herdi". Aku mengangguk dan Kak Herdi tersenyum ramah padaku. Kak Herdi dan Kak Rai duduk didepanku sedangkan Melani, dia duduk disampingku.
"Emm.. Fia, aku ke toilet dulu ya?". Bisik melani, aku mengangguk. Aku ditinggalkan dengan dua kakak kelas yang baru aku kenal, menyebalkan.
"Rai.. Gue kesana dulu, mau ngambil minum". Gumam Kak Herdi, Kak Rai mengangguk dan kak herdi belalu pergi dari dihadapanku. Sekarang tinggal aku dan kak rai, ini lebih menyebalkan, aku sangat ingin berbicara tapi yang ada saat ini hanya kak rai, aku bahkan tidak tahu apakah dia nyaman duduk bersamaku atau hanya pura-pura nyaman saja.
"Namamu fia amalia,kan?". Kak rai membuka pembicaraan, syukurlah.. Akhirnya aku tidak hanya menjadi patung bernapas.
"Iya". Kak rai menatapku dengan tatapannya yang dalam itu,
"Hmm.. Ini". Kak rai memberiku sebuah amplop berwarna gading,
"Ini apa?". Tanyaku, kak rai masih dengan tatapannya itu,
"Seseorang bertanya-tanya tentang masa lalu dan itu salah satu jawabannya dan aku berharap seseorang itu semakin tertarik dengan masa lalu, karena setiap masa lalu tidak hanya sekedar untuk dilupakan". Aku terkejut, Apa kak rai yang melempar kertas itu? Apa kak rai yang mengirim pesan itu?. Tiba-tiba kak rai berdiri dari tempat duduknya dan berlalu pergi tanpa sepatah kata apapun. Aku membuka amplop berwarna gading itu, isinya ada tiga buah foto. Foto pertama, ada potret diriku saat pertama kali masuk SMA dan dibelakangku itu ternyata berdiri kak rai. Foto kedua sepertinya foto lama, didalam foto itu ada seorang anak laki-laki yang sedang berusaha untuk menggendong seorang anak perempuan dihadapannya padahal besar tubuh keduamya tak jauh beda, anak perempuan itu sepertinya tidak sadarkan diri, tunggu dulu.. Anak laki-laki difoto ini adalah anak yang selalu muncul dimimpiku. Dan foto ketiga, Itu saat aku pingsan kemarin dan kak rai.. Menggendongku, aku membandingkan antara foto kedua dan ketiga, Apa ini aku dan kak rai di masa lalu dan masa kini? Bagaimana bisa aku melupakan kak rai? Anak kecil yang muncul dimimpiku itu adalah rai kecil.
Tak terasa air mata menetes, aku merasakan ada seseorang yang berdiri dibelakangku, saat aku tengok kebelakang ternyata itu kak rai, dia tersenyum. Aku dapat melihat bekas luka yang ada dikepalanya, meninggalkan sebuah garis diantara rambutnya, aku teringat mimpi itu lagi ketika tanganku menyentuh luka anak laki-laki itu. Sekarang aku telah bertemu dengan masa lalu itu dan entah seperti apa masa lalu ini dapat mengisi masa depanku nanti.
Mmm...waiting your next story