Mobil besar berwarna putih itu telah sampai di rumah sakit. Viola langsung ditindaklanjuti ole oihak ruamh sakit Mulut Mawar tak henti hentinya berkomat kamit merapalkan doa untuk Viola yang kini berada di hadapannya. Viola disini diatas ranjang sedang di dorong oleh petugas rumah sakit
“La, kan udah gue bilang jangan kesana sendirian lo ngeyel banget sih hah” Mawar mulai menitikan airmata
“gue takut La, gue takut hal yang ga gue inginin terjadi. Bener kan kejadian” Mawar mengenggam tangan Viola. Tiba tiba saja Viola mengeluarkan cairan segar berwarna merah dari hidungnya
“La, la kenapa bisa gini” Mawar tersadar kala Viola mengeluarkan darah itu
“ko Ola mimisan?” tanya Elen
“gue jelasin nanti” Viola langsung dibawa ke ICU untuk ditindaklanjuti
“maaf mba tunggu diluar” Mawar duduk diruang tunggu sambil menangis
“Mawar, Ola sebenernya kenapa?” Namun Mawar tak menjawab justru dia malah semakin terisak
“Mawar jawab gue” lanjutnya
“Ola sebenernya”
“kenapa?”
“mungkin ini udah saatnya lo tau tentang Viola. Viola sebenernya udah lama mengidap penyakit Leukimia stadium lanjut”
Deg,
“apa?” Elen bagai disambar petir disiang bolong matanya langsung berkaca kaca, pasalnya seorang Viola yang selalu ceria ternyata menyimpan luka yang sangat mendalam
“tapi kenapa dia ga pernah ngasih tau gue dan lainnya? Kenapa dia gapernah cerita ke kita?”
“dia gamau dibedain dia gamau terlalu dijaga sama kita, dia gamau dispesialin karena dia punya penyakit. Diamau semuanya diperlakuin sama”
Tak lama dari itu indah dan Raka datang, karena tadi di ambulance Mawar sempat menelpon mereka
“Mawar” panggil Indah
“tante” Mawar langsung memeluk Indah dan menangis begitupun Indah
“Tante mawar takut”
“kamu tenang, kita berdoa aja semoga Ola baik baik aja” setelah itu Dokter Carla keluar dari ruangan Viola
“dok gimana dok?” tanya Indah
“Viola keadaanya sangat kritis, mungkin sudah saatnya Viola menjalani pengobatan yang serius” seketika tangis mereka pecah
“yang sabar ya bu. Tapi saya yakin Viola kuat ko”
“silahkan kalau mau masuk tapi jangan ramai di khawatirkan menganggu”
“terimakasih dok” Indah dan Raka langsung masuk menyisakan Elen dan Mawar
“kalau kalian mau masuk masuk aja, om mau nenangin tante dulu” Indah dan Raka sudah keluar dari ruang itu
“makasih om”
Mereka masuk kedalam ruangan Viola dan terlihat Viola yang banyak menggunakan beberapa peralatan dokter. Mawar yang tak kuasa melihatnya langsung menangis terisak
“Ola” Mereka Menghampiri Viola
“Ola bangun dong la, gue gamau liat lo kaya gini terus, gue gamau liat lo terus terusan tidur kaya gini. Ayo bangun masa lo tidur terus jangan kebo La. Ayo kita jalan kemanapun, katanya ELMAVi mau liburan tapi kalo lo disini gue gamau gue gajadi ikut liburan” kata Mawar
“Ola Raffa juga lagi koma masa lo juga ikutan sih, lo harus bangun lo harus jaga Raffa, kata lo, lo pengen waktu Raffa bangun yang pertama kali dia liat muka lo. tapi kalo lo terus tidur disini mana bisa, La” Elen hanya diam dia juga menitikan air matanya cukup deras
“Ola bangun dong La, gue gamau kehilangan lo. Ola wake up please Ola”
“Mawar” Panggil Viola suaranya sangat lesu, bahkan monitor detak jantungnya juga sangat lemah
“Ola lo bangun” Viola tersenyum dan memberikan sebuah surat kepada mawar
“Eh, Elen?” Elen mengangguk dan tersenyum, tapi senyuman terluka
“gue titip itu ya buat Raffa, nanti waktu Raffa sadar mungkin gue udah ga disini. Lo kasihin ya ke dia bilang maaf gue gabisa nunggu dia sampe siuman dari komanya. Kalian jaga diri ya. Oh iya jangan bilang ke siapa siapa soal ini ya, biarin gue pergi dengan tenang” Viola tersenyum lagi lalu kembali tak sadarkan diri
Tiiiittt....
Monitornya jantungnya langsung lurus, para dokter dan petugas lainnya langsung sigap memasuki ruangan Viola dan mereka langsung keluar sambil terus menangis memanggil nama Viola
“Ola plis dont go, jangan tinggalin gue La” kata Elen
“ga mungkin, ini mimpi kan mawar?” Mawar meyakinkan
“engga, ini bener”
“engga gue pasti mimpi gue mimpi kan. Ini ga nyata” Elen langsung memeluk mawar dan keduanya langsung menangis
“Ola jangan pergi”