Viola sudah memarkirkan mobil Raffa yang ia kendarai di halaman rumah Raffa. Lalu setelahnya ia membantu Raffa berjalan menuju kedalam kamarnya
“Ya Gusti, den Raffa kenapa non?”tanya Bi Irah yang melihat Viola membantu Raffa berjalan
“dia sakit bi” jawab Viola
“ya Gusti, yaudah non biar bibi bantu”
“gpp bi saya aja”
“oiya bi ka Dian mana?”
“non Dian lagi gaada di rumah katanya sih dri sekolahnya ada kunjungan keluar kota selama beberapa hari”
“ohh yaudah”
“jangan kasih tau ka Dian” ucap Raffa pelan
“kenapa?”
“Pliss” Viola mengangguk
“maaf bi, saya bisa minta tolong?” lanjutnya
“apa non? dengan senang hati”
“itu diluar kan ada orang rumah sakit lagi nyiapin peralatan rawat Raffa, bibi tolong bantu ya”
“oiya non. Bibi keluar dulu”
“ya bi, makasih bi”
“iya non sama sama”
Viola menuntun Raffa sampai kekamarnya dan disusul dengan bi Irah bersama pihak rumah sakit yang akan menyiapkan peralatan rawat Raffa dikamarnya
Sekarang Raffa sudah berada diatas kasur bersama selang infus ditangannya dan oksigen dihidungnya, Viola merasakan sakit yang mendalam melihat Raffa terbaring lemah seperti ini. Raffa yang biasanya cuek, dingin, namun suka membuat Viola terbang setinggi awan. Viola sekarang masih berada di kamar Raffa sambil menjaga Raffa
“lupa gue! Obat”
“kalo sampe gue telat nanti siapa yg jaga Raffa. Ola Ola” gumamnya
Jam sudah menujukkan pukul 6 sore dan Viola masih berada di tempat yang sama. Viola sebelumnya sudah pulang kerumah dan ganti pakaian juga meminta izin kepada mamahnya untuk menjaga Raffa namun tetap ia juga harus menjaga kesehatannya, dan sayang sekali waktu pulang Sandi tidak ada dirumah jadi belum ada yang tahu keadaan Raffa
Sekarang waktunya Raffa untuk makan malam. Viola turun kedapur untuk membuat bubur yang akan menjadi makanan Raffa malam ini. Keadaan Raffa masih sama dia masih setengah sadar, belum sepenuhnya pulih
“mau bikin bubur ya non”tanya Bi Irah
“iya bi, boleh minta tolong bantu ya bi”
“iya non pasti” walaupun Viola tomboi tapi mamahnya tetap mengajarkan Viola memasak. Bahkan Viola sangat suka dengan hal itu
“makasih bi” setelah beberapa saat bergelut dengan alat dapur akhirnya bubur untuk Raffa pun selesai. Viola langsung membawanya ke kamar Raffa
“Raf makan dulu yuk” membangunkan Raffa pelan
“hmm”
“ayo bangun dulu”
“ga laper” bahkan Raffa tak sadar akan Viola yang sejak tadi siang ada dirumah ini karena keadaanya
“lo harus tetep makan”
“ayo gue bantu duduk sedikit ya” lanjutnya. Raffa hanya makan dua suap saja lalu minum obat dan kembali tertidur lagi
~~~~
Sekarang sudah pukul 12.52 malam. Viola sekarang sudah tertidur disamping ranjang Raffa, dan dia merasakkan ada pergerakan pada Raffa. Lalu Viola terbangun dan melihat Raffa yang memeluk tubuhnya sendiri tubuhnya bergemetar menggigil dia meremas selimutnya karena pusing dikepalanya
“Raf, Raf lo kenapa lo baik baik aja” tangannya mengenggam tangan Raffa
“Raf lo mau apa? Minum?” tangan kanan Viola menyentuh dahi Raffa dan Viola merasakan panas yang sangat tinggi di tubuh Raffa
“sebentar Raf, gue ambil kompres dulu. Lo tahan dulu ya” Viola langsung berjalan cepat menuju dapur dan menyiapkan kompres
“non kenapa?”tanya Bi Irah
“Raffa bi. Panasnya tinggi banget”
“perlu bantuan bibi”
“Maaf bi saya jadi ganggu tidurnya”
“gapapa non. Ada yang perlu bibi bantu”
“Bibi lanjut tidur aja. Nanti biar kita giliran ya bi” katanya lembut
“iya non, kalau ada apa apa panggil bibi aja ya non”
“iya bi. Yaudah saya keatas dulu” bi Irah mengangguk
“Raf, Raf bentar ya. Biar gue kompres dulu” viola membawa sebuah mangkuk dan handuk untuk mengompres Raffa
Viola memeras handuk kecil disebuah mangkuk berisikan air untuk mengopres Raffa. Setelah itu, ia letakkan di dahi Raffa dan melakukannya dengan berulang kali sampai keadaan Raffa mulai membaik
Kini Raffa mulai tertidur kembali dengan posisi mengenggam tangan Viola. Viola juga mulai menyesuaikan dia tertidur lagi disamping ranjang Raffa
Jam menunjukkan pukul 04.00 pagi. Sejak terbangun semalam Raffa tertidur dengan pulas mungkin sekarang kondisi badannya sudah mulai enakan. Raffa terbangun pada pagi ini karenna dia berniat untuk ke kamar mandi. Dia menoleh kearah genggamannya yang sedang menggenggam tangan seorang perempuan yang tak lain adalah Viola yang menjaganya sejak tadi pagi. Dia sekarang di posisi setengah duduk sambil mengusap rambut Viola yang sedang tertidur lelap
“gue gatau betapa beruntungnya gue punya lo La” gumamnya
“maaf La gue selalu nyusahin lo. Lo pasti sekarang cape banget karena ngurusin gue dari tadi pagi”
“makasih ya La udah hadir di hidup gue”
“gue mohon sama Tuhan supaya lo jadi yang terakhir buat gue La” Setelah itu Raffa berdiri dan melangkahkan kakinya ke kamar mandi
Matahari sudah bangun dan sedikit demi sedikit mulai memancarkan sinarnya karena sekarang sudah menunjukkan pukul 05.40 pagi. Viola yang merasakannya mulai terbangun, namun aneh kenapa sekarang berada di tempat tidur dan dia mengecek pakaiannya yang syukur masih lengkap. Lalu dimana Raffa? Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar dan menemukan Raffa yang tertidur di atas sofa. Bagaimana caranya? Setaunya semalam Raffa terakhir di kompres olehnya
Dia turun dari tempat tidur Raffa dan berjalan menghampiri Raffa yang masih tertidur tanpa selimut dan selang infus yang dilepas. Pertama dia menyentuh dahi Raffa yang masih terasa panas di punggung tangan Viola
“Raf?” ucap Viola sambil sedikit menggoyangkan badan Raffa
“hmmm”
“Raf bangun dulu”
“hmmm”
“bangun ayo. Pindah ke tempat tidur lo”
“udah siang?”
“belum. Ini masih pagi”
“kenapa lo bangun?”
“gue mau sekolah dan gue juga harus balik”
“gue juga”
“gaada sekolah buat lo hari ini”
“ada”
“gaada Raf lo masih demam. Lo gaboleh sekolah”
“gue maksa”
“gue marah” Raffa terdiam, muka Viola kali ini terlihat serius
“kalo lo maksa sekolah gue marah sama lo Raf!” jelasnya
“hmm” Raffa pasrah
“sekarang lo bangun dan pindah ke tempat tidur. Dan nanti gue bakal panggil dokter buat masang infus lagi. Nanti siang gue bakal dateng kesini lagi. Anak anak juga katanya mau kesini. sekarang gue mau kebawah mau ngambil sarapan buat lo” Viola berjalan menuju pintu kamar Raffa untuk menuju dapur
“hmmm”