Bel tanda masuk telah berbunyi semua kelas dibuat hening dengan adanya guru yang mengajar. Beda halnya dengan 11 IPA 1 mereka malah dihebohkan karena kedatangan murid baru
“anak-anak hari ini kita bakal kedatangan murid baru lagi” kata Bu Fitri
“mana bu mana, ayo dong bu panggil” Elen heboh dan dia mendapat teriakkan dari seisi kelas menyorakinya
“gausah ganjen len, kan ada gue” kata Dimas kepada Elen yang duduknya beda dua bangku dibelakang Elen
“bege! Najis gue sama lo”
“udah udah kalian ini” kata Bu Fitri melerai Elen dan Dimas
“ayo masuk”
“perkenalkan diri kamu” kata Bu Fitri kepada Sandi
“nama saya Sandi Alamsyah saya pindahan dari SMA Harapan Bangsa” banyak sekali celotehan celotehan yang terlontar di kelas ini terutama dari perempuannya
“baik kamu boleh duduk dibangku yang kosong” Sandi mengangguk menuju tempat duduk kosong yang berada di dekat Vero
~~~~
Sudah hampir 3minggu Sandi sekolah disini, Viola sangat bersyukur karena sepupunya belum mempunyai catatan BP sama sekali sekarang
“eh lo tau ga sekolah kita tawuran sama anak Tunas Bangsa” kata perempuan yang sekelas dengan Viola dia bernama Tiara
“lo yakin? Siapa yang maju?” balas temannya namanya Dea
“siapa lagi kalau bukan Raffa sama temennya” Mendengar kata Raffa, Viola segera menghampiri keduanya untuk bertanya
“maaf, tadi gue denger kalian nyebut Raffa sama temennya ada apa ya?”
“itu Si Raffa abis tawuran sama anak Tunas Bangsa, gue denger sih si Raffa sekarang di rumah sakit karena keadaannya lumayan parah temennya juga tapi mereka ga terlalu parah kaya Raffa” Tiara menjelaskan
“lo bilang Raffa dirumah sakit?” Viola kaget
“iya, La"
"Dimana dia sekarang?"
“dia di Rumah Sakit Citra Husada”
“ada apa ini ra?” tanya Angel kepada Tiara
“soal Raffa sama temennya dia tawuran dan masuk rumah sakit” jelas Tiara
“apa? Terus gimana keadaan mereka” Angel terlihat khawatir
“yang lain baik baik aja cuman luka ringan aja, tapi si Raffa kayanya kena benda tajam deh, makanya sampe dibawa ke rumah sakit”
“lo kesana aja sama Viola, mumpung hari ini bebas soalnya guru lagi rapat” Usul Dea
“emang gpp?” kini Mawar buka suara
“gpp gue sama anak anak juga mau balik” kata Dea
“oke, thanks btw” kata Mawar
~~~~
Tak butuh waktu lama untuk Viola sampai di rumah sakit. Dia menuju resepsionis dan bertanya kamar rawat atas nama Raffa. Setelah mendapatinya dia langsung berlari tanpa memperdulikan teman temannya
“ola?” Sandi menyadari keadaan Viola. Angel langsung duduk disebelah Vero, dan Elen duduk bersebelahan dengan Mawar
“dia masih ditangani dokter la” Viola meneteskan air mata
“la lo jangan nangis” Sandi menenangkan
“gimana gue nangis kalian tuh kerjaannya bikin gue khawatir aja tau ga, untung lo gak kenapa-napa Cuma babak belur aja, tapi Raffa di dalem” Viola semakin menangis
“lagian ngapain sih kalian segala tawuran kalian mau ngabisin nyawa kalian sendiri, kenapa ga sekalian aja berdiri di tengah rel kereta. Hah?” Viola masih menitikan air mata
“ada keluarga pasien?” kata dokter yang berdiri di ambang pintu kamar rawat Raffa
“saya dok” kata Viola
“luka tusuk yang dialami Raffa tidak parah, karena itu terjadi di bagian perut. Paling hanya butuh waktu beberapa hari untuk pemulihan”
“kalau kalian mau menjenguk silahkan, tapi jangan bergerombol takutnya menganggu istirahat pasien” lanjutnya
“baik dok” jawab Mawar
"Lo denger? Lo semua bego apa gimana sih? Apa guna kalian tawuran hah?" Viola marah kepada Sandi dan teman-temannya. Mereka tak ada yang berani menjawab kalau Viola sudah begini. Mereka tau Viola begini karena Viola peduli, karena Viola sayang kepada Mereka
"Sekarang cuma Raffa yang ketusuk. Besok siapa? Lo? Lo? Atau lo?"
"Udahlah, La. Lagian Raffa udh gapapa" ucap Sandi
"Sekarang cuman di perut, besok dimana di dada? Lo pada mau mati? Kenapa ga sekalian aja lo nusuk diri lo pada hah?" Viola menangis
"Udah, La mending lo masuk sekarang" kata Mawar, lalu Viola menurutinya
“Raffa” Viola masih terisak
“Raf lo bangun dong Raf, lo gamau anter jemput gue sekolah. Lo juga belum nepatin janji lo sama gue yang mau balapan mobil itu”
“lo cemen Raf, masa nyerah gitu aja”
“masa lo kalah sama gue”
“Raf bangun” Viola kini menangis sambil memegang tangan cowok itu, Viola merasakan ada pergerakan dari tangan yang ia genggam itu
“Fani” kata Raffa suaranya lembut pelan tapi terdengar oleh Viola. Mendengar itu Viola merasa sakit hati
“Fan” kata Raffa kedua kalinya Viola semakin sakit dia perlahan mundur dan dia berlari keluar dengan menangis
“la lo kenapa?” kata Angel namun teriakkan tidak memberhentikkan Viola
“Viola kenapa?” kata Angel
“gue juga gatau” kata Mawar
“tapi Raffa udah sadar kenapa dia nangis gitu ya?” Dimas bingung
“tadi diakan nunggu Raffa bangun kenapa pas Raffa bangun dia malah kabur” kata Elen
“yaudah biar gue susulin dia” kata Angel
“gausah jel biar dia sendiri dulu nanti besok baru kita tanya sama dia” jelas Mawar
~~~~
Raffa memaksa untuk pulang, padahal dia masih dalam tahap pemulihan. Dia bilang dia akan dirawat oleh kakaknya di rumah. Untuk apa menahan Raffa yang hasilnya akan gagal
Raffa juga memaksa untuk berangkat sekolah sekarang, entah karena apa. Mau tidak mau Sandi mengiyakan, Sandi tidak pulang sejak semalam. Kali ini Sandi menggunakan seragam sekolah Raffa
“San, Ola gimana kabarnya?”
“gue juga gatau, emang lo gatau dia kemaren kenapa?”
“emang dia kenapa?”
“lo bener gatau” Raffa menggeleng
“kemaren abis dia marahin kita, dia masuk ke ruangan li. Galama dia keluar sambil nangis gitu. Gue juga kga ngarti”
“Dia nangis?Kenapa?”
“mana gue tau bego, kalau gue tau juga gue pasti langsung nyamperin”
“lo emang ngomong apa pas waktu Ola di dalem” tanya Sandi
“gue tau ada Viola juga enggak, dan gue gatau gue ngomong apa”
“ih anjir, ini aneh. Terus kenapa ya si Ola bisa nagis gitu” Raffa mengedikkan bahunya tanda tak tahu