Read More >>"> The War Galaxy (Aiden Sang Penyembuh) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The War Galaxy
MENU
About Us  

Didalam ruang virtual, kendaraan yang mereka kendarai masih berjalan tapi cukup pelan. Tristan masih mengawasi Sinb yang sudah memejamkan matanya karena kelelahan sementara Nero terlihat putus asa.

"Kita tidak bisa terus berada di dalam ruang virtual ini? Kita harus bergerak sekarang." Kata Nero kepada Tristan.

"Bagaimana? Kita harus melewati tempat apa?" Tanya Tristan.

"Aku rasa akan beresiko untuk pergi ke Baracky, disana mereka dapat mendeteksi penyusup seperti kita. Bagaimana kalau kita pergi ke Paily saja? Disana tidak padat pemukim dan hanya memiliki seorang kepala suku, jika mereka berlaku kasar, kita hanya perlu menghancurkan tempat itu saja." Saran Nero membuat Tristan nampak berfikir.

"Baiklah Nero, sepertinya perjalanan kali ini akan aku serahkan kepadamu." Ucap Tristan yang kini memandang sosok gadis yang terlelap dihadapannya ini.

"Sesungguhnya mereka tidak begitu berbahaya, kekuatan mereka tidak sebanding dengan Raja Czar tapi kenapa Yang Mulia sampai mengerahkan banyak pasukan dan terakhir menyuruh kita untuk kembali hanya untuk mengincar gadis ini." Keluh Nero yang melihat secara langsung menilai bahwa Sinb tak sekuat yang ia kira, apa lagi kedua gadis yang bersamanya.

Tristan tak menolak penilaian yang Nero berikan, mereka memang tak sekuat para klan ksatria tapi memang benar ketiganya memiliki kekuatan dari Lev, pengendali kesatria dengan copyan kekuatan yang Sinb miliki, kekuatan setara dengan petarung antar galaxy yang Jennie miliki dan kekuatan penyembuh yang Mina miliki adalah bukti nyata bahwa mereka adalah keturunan Lev. Dulu Lev memiliki ketiga kekuatan itu tak berpencar seperti sekarang, pertanyaan yang terus memenuhi fikiran Tristan adalah kenapa kekuatan itu berpencar, tak menjadi satu kesatuan saja? Apa yang sebenarnya terjadi?

"Mungkin dengan membawa mereka pada Yang Mulia Czar, kita akan tau apa yang sebenarnya terjadi?" Kata Tristan membuat Nero mengangguk mengerti.

"Ayo lakukan perjalanan ke Paily, jika mereka menyadari keberadaan kita? Gunakan ruang virtual dan setelah itu baru kita bisa menempuh perjalanan menuju Mozarky tanpa hambatan." Kata Tristan dengan tenang.

"Baik Kapten!" Ucap Nero yang kini kembali fokus pada layar, mengemudikan kendaraannya lagi.

---***---

Masih berada di kota Baracky saat rombongan yang dipimpin oleh Genio sudah memasuki kota, berusaha menyisiri tiap inci kota, berharap untuk menemukan Sinb

Masih berada di kota Baracky saat rombongan yang dipimpin oleh Genio sudah memasuki kota, berusaha menyisiri tiap inci kota, berharap untuk menemukan Sinb.

"Bagaimana? Apa kalian tidak menemukan seseorang yang mirip dengannya?" Tanya Genio membuat mereka menggeleng.

"Bagaimana kalau kita berpencar saja?" Usul Linux membuat Genio nampak berfikir.

"Apa itu tidak terlalu beresiko? Kalau terjadi sesuatu bagaimana?" Kata Mina tak yakin.

"Aku punya ide, agar kita bisa sama-sama saling melindungi. Aku akan pergi dengan Putri Lexia, Genio dengan Linux dan Putri Sieera dengan Xeno? Bagaimana? Cukup adil bukan?" Usul Axel yang membuat Genio masih diam.

"Kurasa ini pembagian sesuai dengan kekuatan mereka." Axel masih saja bersekukuh membuat Linux memutar bola matanya, memang saat ini tidak ada sosok Sinb dan Demian yang selalu mendebat tentang usul yang ia berikan membuat Axel sedikit leluasa untuk bertindak semaunya.

"Baiklah, sebelum itu pakai alat ini." Genio menyodorkan sebuah gelang dengan gerlap-gerlip lampu led warna biru.

" Genio menyodorkan sebuah gelang dengan gerlap-gerlip lampu led warna biru

Blue Sheen

"Apa ini?" Tanya Xeno yang merasa cukup asing dengan benda yang Genio berikan kepadanya.

"Blue Sheen, alat pelacak yang bisa mengetahui keberadaan masing-masing pemakainya." Terang Genio.

"Jadi, kita bisa sama-sama mengetahui keberadaan kita dimana pun kita berada?" Tanya Axel dan Genio mengangguk.

"Tapi kita tidak mengetahui sistem yang mengaktifkan seluruh aktifitas kota. Bisa saja mereka menggunakan tenaga petir, apa alat ini akan tahan dengan itu?" Tanya Linux membuat Genio tersenyum.

"Tenang saja, alat ini sudah ku lengkapi dengan pengaman. Kalian hanya perlu memasangkan itu ketangan kalian dan alat itu akan selalu memberikan kalian informasi melewati layar 3D letak dimana tiap orang yang memakai alat ini saat kalian menyalakan lampu led utama dibagian tengah." Terang Genio membuat mereka mengangguk mengerti.

"Ingat, jangan mengundang perhatian banyak orang. Apa lagi sampai menggunakan kekuatan kalian, aku sebagai pemimpin team ini melarang kalian untuk melakukannya!" Tegas Genio.

"Baiklah, ayo mulai berpencar!" Kata Axel yang terlihat bersemangat dari yang lainnya.

"Jaga Lexia, awas saja kalau kau sampai macam-macam padanya!" Ancam Mina dengan suara lembutnya yang entah membuat Axel malah terbahak.

"Ku pikir hidup ku akan menjadi tenang tanpa si kritis Reika ternyata, ia merasuki dirimu juga. Tentu saja aku akan menjaganya, dia adalah kekasihku...Bukankah begitu Lexia?" Tanya Axel kepada Jennie yang hanya dijawab dengan menggendikkan bahunya.

"Aku hanya perlu menjadi Reika tanpa harus mendengarkan bualanmu! Awas saja kau banyak bicara saat mencarinya, aku akan meninggalkamu!" Kali ini Jennie yang mengancam Axel membuat pria itu geli.

"Ayo mulai bergerak!" Genio mengintruksi.

Pada akhirnya mereka memang berpencar, dengan Genio dan Linux ke utara. Axel dan Jennie ke selatan sementara Xeno dan Mina ke barat. Masih dengan suasana kikuk diantara dua makluk yang memang tak terlalu banyak bicara ini. Namun, saat banyak kerumunan Xeno dengan sigap akan memegang tangan Mina. Mereka sudah berjalan cukup jauh ke kota bagian barat tapi masih belum menemukan keberadaan Sinb.

"Disini tidak ada?" Keluh Mina yang terlihat sedikit lelah membuat Xeno merasa kasihan.

"Lebih baik kita istirahat, disana ada sebuah tempat makan. Ayo mencari sesuatu untuk dimakan." Usul Xeno dan Mina masih nampak berfikir.

"Kita akan membeli dengan apa? Kita tidak punya Hellebrid seperti Demian." Kata Mina ragu membuat Xeno tersenyum.
"Hellebrid ibarat sebuah penyimpanan untuk nominal cukup besar sementara untuk nominal cukup kecil kau hanya perlu mengisinya dengan Neobile yang serba guna, untuk alat komunikasi dan banyak lagi fungsinya." Terang Xeno membuat Mina beroria.

" Terang Xeno membuat Mina beroria

"Aku juga ingin punya satu." Pintanya membuat Xeno tersenyum.

"Kau bisa memakai ini." Xeno langsung memakaikan Neobile miliknya pada Mina membuat gadis itu senang bukan main.

"Nanti, ajari aku caranya." Pinta Mina dan Xeno langsung mengangguk.

"Tentu, sekarang kita mencari minuman dulu." Kata Xeno.

"Iya..." Jawab Mina yang kini tangannya kirinya sudah di genggam oleh Xeno.

Sementara disisi lain, Jennie terlihat berjalan dengan malas. Beberapa kali ia memegangi kakinya yang pegal sementara Axel sibuk memandangi beberapa gadis yang terlihat menarik dimatanya membuat Jennie bertambah kesal saja.

"Jadi ini alasanmu pergi dengan ku?" Tanya Jennie. Axel menoleh dan tersenyum girang kearah Jennie membuat gadis itu tak mengerti.

"Itu karena kau terus mengacuhkan ku, jadi jangan salahkan aku jika mencoba untuk mencari pandangan lain." Kata Axel santai membuat Jennie begitu marah.

"Shit! Haruskah kau semudah itu bicara?" Kesalnya yang dengan cepat mendorong tubuh Axel membuatnya terpental.

SYUUT

BRUUUAAAK

Axel terpental cukup jauh membuat Jennie panik karena lupa untuk mengontrol kekuatannya. "AXEL!!!" Panggil Jennie yang kini bergerak cepat, lebih cepat dari manusia biasa yang membuatnya menjadi pusat perhatian.

Tubuh Axel membentur sebuah tugu mini dan membuatnya hancur. Ia berusaha berdiri sampai ketika Jennie datang dan mengulurkan tangannya.

"Ini kedua kalianya kau melemparku." Keluh Axel membuat Jennie sangat merasa bersalah.

"Maaf, aku tidak sengaja." Ucap Jennie.

"Ayo kita pergi dari sini, mereka sudah menatapmu aneh." Kata Axel yang kini merangkul Jennie membawanya pergi segera.

"Tunggu!" Seseorang mencoba menghadang mereka dengan beberapa pasukan.

"Kau siapa?" Tanya Axel dan pria itu tersenyum.

"Justru aku yang harus bertanya kepadamu? Kau dari negara mana? Apa tujuanmu kemari?" Tanyanya seperti sedang mengintrogasi seseorang.

"Kami? Hanya singgah sesaat untuk beristirahat." Bohong Axel, tidak mungkin juga mereka akan mengatakan bahwa mereka mencari Sinb. Pria itu diam, terlihat sekali tidak percaya dengan ucapan Axel.

"Apa kami boleh pergi?" Tanya Jennie yang berusaha sekali untuk terlihat tenang.

"Tidak! Kalian sudah menghancurkan kekayaan nasional berupa Tugu bersejarah di kota ini dan kalian harus menerima hukuman untuk itu." Terangnya yang seketika membuat Axel terbahak.

"Yang benar saja? Kami tidak sengaja dan kami juga tidak perlu untuk mempertanggung jawabkannya." Ucap Axel seenaknya membuat Jennie beberapa kali menyenggol tubuhnya.

"Bagaimana ini? Haruskan kita melawan mereka?" Tanya Jennie dan Axel menggeleng.

"Pegang erat tangan ku, kita akan berteleport." Bisik Axel yang seketika membuat Jennie mengangguk. "Dimulai dari hitungan 1,2,3..." Axel dan Jennie menghilang tapi kemudian mereka muncul saat sebuah sengatan listrik menyentuh kulit mereka.

"Arrgghhh..." Rintih mereka berdua, tepatnya Axel berusaha untuk melindungi Jennie dari sengatan listrik dalam jaring-jaring yang mengurung mereka.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Axel pada Jennie, gadis itu seketika menggeleng.

"Kalian tidak akan bisa kabur begitu saja dari sini! Sebelum kalian dihukum. Bawa mereka!" Ucap orang itu yang kini beberapa pasukan sudah menyeret mereka berdua.

"Kirim pesan pada Genio!" Pinta Jennie yang membuat Axel segera mengecek Neobilenya tapi alat itu tak berfungsi.

"Kenapa?" Tanya Jennie saat melihat raut wajah Axel yang kesal.

"Jaring-jaring ini dapat merusak semua alat-alat ini." Katanya membuat Jennie mendesah, memandangi Blue Sheen yang Genio berikan.

"Kita hanya bisa berharap pada gelang ini, agar mereka bisa menemukan kita." Lirih Jennie karena percuma kalau ia melawan, meskipun ia begitu kuat tapi ia tak sanggup menghadapi sengatan listrik.

Sementara Genio dan Linux pergi kearah utara kota Baracky. Mereka berjalan cukup jauh sembari bercakap-cakap tentang pencapaian yang diperolah oleh kota ini.

"Mereka benar-benar menggunakan tenaga petir sebagai energi." Ucap Genio kagum.

"Jadi fungsi petir selain sebagai perisai juga untuk tenaga pembangkit seluruh kota." Linux berusaha untuk menduga.

"Ku rasa, eh itu apa? Kenapa ramai sekali disana?" Genio menunjukkan jarinya pada keruman orang membuat Linux juga memandangnya.

"Tidak ada salahnya jika kita melihatnya bukan?" Usul Linux yang malah tanpa bersetujuan Genio, pria itu segera melenggang menuju kerumunan tersebut.

"SIAPA LAGI YANG INGIN DISEMBUHKAN PENYAKITNYA? DISINI ADA AIDEN SI TANGAN DEWA YANG DAPAT MENYEMBUHKAN PENYAKIT APAPUN!" Teriak salah satu bocah yang mengeluarkan gambar-gambar 3D dari sebuah alat yang ia pegang, seperti sebuah layar proyeksi untuk periklanan.

Hal ini tidak terlalu mengejutkan karena di Planet EXO seluruh negeri sudah banyak menggunakan sejenis hologram untuk semua papan periklanan

Hal ini tidak terlalu mengejutkan karena di Planet EXO seluruh negeri sudah banyak menggunakan sejenis hologram untuk semua papan periklanan. Genio dan Linux memperhatikan seseorang dengan rambut karamel sedang menggerak-gerakkan tangannya pada seseorang yang terlihat kesakitan dan ajaibnya orang itu langsung sembuh.

"Bagaimana bisa?" Linux tak dapat mempercayainya.

"Kekuatannya sama seperti Putri Sieera." Guman Genio.

"Jangan katakan? Dia Klan Ksatria?" Duga Linux.

Mata kedua pria ini membelalak saat mereka melihat sang penyembuh itu sudah berada dihadapan mereka. Menatap mereka penuh selidik.

"Kalian? Siapa kalian? Kenapa aku merasakan energi yang begitu besar dari kalian?" Tanyanya membuat Genio dan Linux saling melirik bingung mau menjawab apa?

"Emm...Kami hanya ingin singgah disini sebentar dan mencari teman kami." Jawab Genio yang jelas jawabannya tidak sesuai dengan keinginan pria dihadapannya ini.

"Ku rasa kau belum menjawab pertanyaanku?" Tanyanya lagi membuat Genio mulai waspada.

"Kau! Bagaimana bisa kau memiliki kekuatan penyembuh? Apa kau dari Klan Ksatria?" Tanpa takut Linux melayangkan pertanyaannya yang semenjak tadi ia tahan.

Mata pria itu membulat seperti halnya Linux yang memang memiliki mata yang bulat.

"Ba-ba-gai-ma-na kalian tau?" Tanyanya terbata-bata yang entah membuat Genio dan Linux menghela nafas. Bolehkan mereka percaya bahwa pria dihadapannya ini bukanlah musuh? Mereka sangat yakin karena reaksi yang di berikan pria ini sama seperti reaksi para ksatria yang mereka temukan beberapa saat lalu, itu menurut Genio.

"Kau klan Vitay kan?" Tebak Genio yang kali ini membuat mulut pria itu menganga.

"Astaga! Bagaimana kalian tau? Seberapa banyak kalian tau?" Tanyanya dengan terbata dengan ekspresi lucu, berbeda dengan beberapa saat lalu yang terlihat penuh kemisteriusan.

"Beritahu identitasmu dan setelah itu kami akan menceritakannya." Syarat dari Linux dan sepertinya pria itu mau menurutinya.

"Perkenalkan, nama ku AIDEN VITAY dari klan ksatria dengan kekuatan penyembuh." Ucapnya sedikit berbisik kepada Genio dan Linux.

"Bagaimana bisa kau ada dinegeri ini?" Linux bertanya

"Bagaimana bisa kau ada dinegeri ini?" Linux bertanya.

"Em...Aku hanya ingin menemui sahabat lama ku dan sedikit mencari bekal untuk pulang." Katanya sembari menggarukkan kepalanya yang tak gatal.

"Siapa sahabatmu? Apa ia dari Klan Ksatria?" Tanya Genio dan Aiden mengangguk.

"Ya, dia penguasa di Baracky ini. Apa kalian ingin menemuinya? Ini akan menjadi reunian paling keren sepanjang abad Planet EXO." Katanya yang terdengar aneh dan berlebihan yang entah membuat Genio geli sendiri sementara Linux tetap memasang muka datarnya.

"Baiklah, ayo kita pergi menemuinya." Ajak Linux dan Genio mengangguk menyetujui.

---***---

PAILY...

Demian dan Aaron sudah berada disebuah ruangan penghangat lengkap dengan tempat tidur dan ornamen yang cukup unik untuk menghangatkan tubuh mereka sembari bersandar untuk beristirahat sejenak

Demian dan Aaron sudah berada disebuah ruangan penghangat lengkap dengan tempat tidur dan ornamen yang cukup unik untuk menghangatkan tubuh mereka sembari bersandar untuk beristirahat sejenak. Aaron sudah terlelap beberapa menit lalu tapi Demian tidak, pikirannya berkelana disaat-saat terakhir ia bertemu Sinb.

"Kenapa kau tak mengatakannya saat itu? Atau aku yang tak mengerti dengan maksud ucapanmu?" Guman Demian, hatinya sangat gundah. Tidak seperti biasanya saat menghadapi musuh setangguh apapun ia tidak pernah seperti ini.

"Berhenti menyalahkan dirimu, kau sudah berusaha mencarinya sampai sejauh ini. Sebaiknya kau beristirahat sekarang dan kita akan pergi besok." Kata Aaron dengan suara seraknya.

"Aku tidak bisa, seharusnya aku yang bertanggung jawab penuh kepadanya. Jika Zakline tau ini, dia pasti akan kecewa kepadaku." Ucap Demian sambil mendesah.

"Aaron...Demian...Kalian masih terjaga?" Panggil seseorang dari luar ruangan yang tak lain adalah Denta yang kini sudah memasuki ruangan dimana Demian dan Aaron beristirahat.

"Ada apa?" Tanya Aaron.

"Radarku mendeteksi sebuah benda disekitar sini. Ku pikir, aku harus memberitahu kalian.

"Kau tau benda apa itu?" Tanya Demian dan dijawab dengan gelengan kepala oleh Denta.

"Aku tidak tau, cukup aneh karena kami tidak bisa melihat wujudnya. Kurasa mereka menggunakan kekuatan hingga tak bisa dilihat dengan mata atau alat sekali pun." Terang Denta yang masih nampak berfikir. "Mungkinkah mereka yang membawa temanmu itu?" Duga Denta.

"Dimana lokasinya?" Tanya Demian.

"Disebelah utara gedung ini." Jawab Denta membuat Demian berdiri.

"Kau ingin kesana sekarang?" Aaron bertanya.

"Tentu saja, Denta usahakan beberapa orang untuk berjaga disana." Pinta Demian.

"Baiklah, aku akan menghubungi beberapa pasukan ku dan kalian berdua ikut aku. Kita akan pergi menggunakan kendaraan ku." Ucap Denta membuat Demian dan Aaron mengangguk menyetujui.

"Semoga itu benar-benar Reika." Cemas Demian.

"Kenapa kau harus secemas ini." Tanya Aaron.

"Gadis itu, selain keras kepala? Ia hanya gadis manja yang tak tau apapun! Mereka pasti akan berlaku kasar kepadanya, bahkan lebih dari itu." Kata Demian.

"Baiklah, kita pergi sekarang!" Denta datang lagi dan mengintruksikan mereka berdua untuk mengikutinya. Tanpa banyak tanya lagi, keduanya langsung mengikuti mereka.

---***---

Kendaraan yang Nero jalankan sudah mendarat diatas tumpukan salju, beberapa menit lalu akhirnya mereka memutuskan untuk keluar dari persembunyiaannya yaitu ruang virtual.

"Bangun!" Nero menepuk-nepuk pipi Sinb membuat gadis itu terkejut sementara Tristan duduk tak jauh dihadapan mereka masih terus memandangi Sinb, entah apa yang di pikirkan pria itu.

Sinb mendesah, memandang bergantian keduanya dengan kesal.

"Wae? Apa yang kalian inginkan?" Tanyanya malas.

"Ikut kami untuk memeriksa sekitar." Kata Nero membuat Sinb mengangkat satu alisnya.

"Wae? Apa kalian takut aku kabur? Ckck...Dasar penakut!" Ejek Sinb membuat Nero mendengus sementara Tristan bangkit dari duduknya, berjalan mendekat.

"Yak! Apa yang kau lakukan?" Pekik Sinb saat Tristan mengangkat dengan mudah tubuh mungilnya dan membawanya keluar membuat Nero terheran sekaligus geli.

"Lepaskan aku brengsek!" Sinb tak berhenti berteriak.

Tristan berhenti berjalan, memandang Sinb tajam. "Aku bisa melakukan apapun kepadamu sekarang! Bahkan melucuti bajumu disini!" Ucapnya tak senonoh, membuat Sinb langsung menutupi dadanya dengan kedua tangannya.

"Dasar byuntae sialan!" Umpatnya yang membuat Nero terbahak.

"Apa itu umpatan yang cukup terkenal dari Planet mu?" Tanya Nero.

"Turunkan aku!" Sinb bersikeras dan sepertinya Tristan mengabulkannya.

Brug

Sinb terjatuh tepat diatas tumpukan salju membuatnya seketika keinginan.

"Apa kau merasa kedinginan? Sekarang kau tau, apa alasanku menggendongmu?" Kata Tristan yang membuat Sinb mendengus. Pria ini susah ditebak, kadang ia terlihat kejam dan terkadang ia terlihat memiliki kepedulian tapi Sinb selalu merasa waspada dan terkadang takut saat mata kelam itu menatapnya intens. Sangat berbeda dengan Demian, ia cukup kritis tapi bertanggung jawab, selalu membuat Sinb merasa nyaman meskipun setiap saat mereka selalu berdebat.

Ah...Sinb merindukan Demian! Apakah pria itu merindukannya.

"REIKA! APA KAU DISINI!" Teriak seseorang membuat Sinb terhenyak. Ia sangat mengenali suara itu.

"Hei, gadis cerewet!" Sinb juga mengenali suara ini.

"Demian...Aaron..." Guman Sinb yang masih tak mempercayai mereka berada disini.

"Sialan! Bagaimana ini kapten?" Tanya Nero.

"Tentu kita pergi dari sini." Kata Tristan yang kini menggendong Sinb kembali.

"YAK! YAK! LEPAS AKU! DEMIAN! AARON! AKU DISINI!" Teriak Sinb.

"Tutup mulutnya!" Pinta Tristan pada Nero yang kini membawa sebuah benda lentur yang kini sudah berhasil membekap mulut Sinb.

"Kau tidak akan bisa kemana-mana!" Kata Nero sambil menyeringai.

Sinb hanya mampu menendang-nendang udara kosong sambil terus merancau tak jelas.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
LUCID DREAM
432      305     2     
Short Story
aku mengalami lucid dream, pada saat aku tidur dengan keadaan tidak sadar tapi aku sadar ketika aku sudah berada di dunia alam sadar atau di dunia mimpi. aku bertemu orang yang tidak dikenal, aku menyebutnya dia itu orang misterius karena dia sering hadir di tempat aku berada (di dalam mimpi bukan di luar nyata nya)
HER
532      301     2     
Short Story
Temanku yang bernama Kirane sering memintaku untuk menemaninya tidur di apartemennya. Trish juga sudah biasa membuka bajunya sampai telanjang ketika dihadapanku, dan Nel tak jarang memelukku karena hal-hal kecil. Itu semua terjadi karena mereka sudah melabeliku dengan julukan 'lelaki gay'. Sungguh, itu tidak masalah. Karena pekerjaanku memang menjadi banci. Dan peran itu sudah mendarah da...
Loker Cantik
477      357     0     
Short Story
Ungkapkan segera isi hatimu, jangan membuat seseorang yang dianggap spesial dihantui dengan rasa penasaran
Percikan Semangat
831      441     1     
Short Story
Kisah cinta tak perlu dramatis. Tapi mau bagaimana lagi ini drama yang terjadi dalam masa remajaku. Cinta yang mengajarkan aku tentang kebaikan. Terima kasih karena dia yang selalu memberikan percikan semangat untuk merubahku menjadi lebih baik :)
Cinta (tak) Harus Memiliki
4498      1158     1     
Romance
Dua kepingan hati yang berbeda dalam satu raga yang sama. Sepi. Sedih. Sendiri. Termenung dalam gelapnya malam. Berpangku tangan menatap bintang, berharap pelangi itu kembali. Kembali menghiasi hari yang kelam. Hari yang telah sirna nan hampa dengan bayangan semu. Hari yang mengingatkannya pada pusaran waktu. Kini perlahan kepingan hati yang telah lama hancur, kembali bersatu. Berubah menja...
Under a Falling Star
577      348     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Gerhana di Atas Istana
10092      4513     2     
Romance
Surya memaksa untuk menumpahkan secara semenamena ragam sajak di atas kertas yang akan dikumpulkannya sebagai janji untuk bulan yang ingin ditepatinya kado untuk siapa pun yang bertambah umur pada tahun ini
Bukan Kamu
12892      1994     7     
Romance
Bagaimana mungkin, wajahmu begitu persis dengan gadis yang selalu ada di dalam hatiku? Dan seandainya yang berada di sisiku saat ini adalah kamu, akan ku pastikan duniaku hanyalah untukmu namun pada kenyataanya itu bukan kamu.
Foto dalam Dompet
475      323     3     
Short Story
Karena terkadang, keteledoran adalah awal dari keberuntungan. N.B : Kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan semata
Be Yours.
1670      902     4     
Romance
Kekalahan Clarin membuatnya terpaksa mengikuti ekstrakurikuler cheerleader. Ia harus membagi waktu antara ekstrakurikuler atletik dan cheerleader. Belum lagi masalah dadanya yang terkadang sakit secara mendadak saat ia melakukan banyak kegiatan berat dan melelahkan. Namun demi impian Atlas, ia rela melakukan apa saja asal sahabatnya itu bahagia dan berhasil mewujudkan mimpi. Tetapi semakin lama, ...