Read More >>"> The War Galaxy (Kerajaan Deroky) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The War Galaxy
MENU
About Us  

Titanium J-10 telah mendarat disebuah terminal yang memang di khususkan untuk alat transportasi dari luar. Mereka keluar setelah Xeno memberikan aba-aba untuk keluar dari dalam Titanium J-10. Disana mereka disambut oleh sekumpulan prajurit tempur Android.

 Disana mereka disambut oleh sekumpulan prajurit tempur Android

Megaroid | Prajurit tempur di kerajaan Deroky

Mereka terlihat waspada saat satu persatu dari penghuni pesawat Titanium J-10 keluar. Dimulai dari Demian, Genio, Sinb, Mina dan Jennie sementara Xeno terlihat sedang berbicara dengan seseorang.

"Siapa mereka Xeno? Kenapa anda membawa makhluk asing ini kemari? Anda tau apa yang akan terjadi kalau Raja Baldwin sampai tau?" Ucap pria paruh bayah yang memakai baju terbuat dari logam anti pluru dengan kepala botak dan tubuh kekarnya.

"Aku tau, tapi mereka bukanlah dari kerajaan Mozarky. Mereka datang kemari untuk mengajak kita bekerja sama Alios." Dahi pria itu seketika mengkirut memandang bergantiang kelima orang asing tersebut.

"Kita tidak bisa mempercayai mereka begitu saja Xeno." Tekan Alios yang membuat Xeno seketika menghela nafas, kemudian segera mengangkat jari telunjuknya mengarahkan pada sosok Sinb.

"Wanita itu, dia mampu memecah perisai badai awan ku bahkan melawan pusaran badai angin ku dan gadis itu." Xeno kini menunjuk kearah Mina. "Dia bisa mengembalikan cuaca menjadi normal. Jika mereka mau? Mereka bisa mengalahkan ku dengan dua pria itu ikut andil, tapi mereka tidak melakukannya. Jadi aku membiarkan mereka untuk datang kemari." Terang Xeno membuatl Alios mengangguk mengerti.

"Baiklah, bawah mereka ke balai kota. Aku akan membantumu untuk mengawal mereka, setelah itu aku akan memberitahu Raja Baldwin untuk menemui mereka." Terang Alios yang seketika membuat Xeno mengangguk.

Akhirnya Xeno memerintahkan mereka untuk menaiki sebuah kendaraan untuk menuju balai kota kerajaan Deroky. Selama diperjalanan, baik Sinb, Jennie dan Mina tak henti-hentinya berdecak kagum melihat begitu indahnya kota ini.

"Andai bumi seindah dan secanggih ini? Ku pikir kehidupan ku akan sangat indah." Pikir Jennie yang mulai membayangkannya.

"Ku pastikan kau akan terkena obesitas." Cibir Sinb.

"Apa hubungannya obesitas dengan semua ini?" Tanya Jennie.

"Tentu saja ada, kau akan sangat malas melalukan apapun dan terus-terusan mengandalkan android untuk melakukan ini dan itu." Terang Sinb.

"Kau benar juga, selera makan ku sangat tinggi dan itu pasti akan berdampak pada diriku." Ungkap Jennie yang masih membayangkannya sementara Mina nampak berfikir.

"Dan ku pastikan manusia akan bertambah serakah dan bertindak semakin egois." Tambah Mina membuat kedua saudarinya itu mengangguk mengerti.

"Seperti apa seorang manusia itu?" Genio tiba-tiba bergabung dalam obrolan ketiga gadis ini.

"Ya, seperti kami." Jawab Jennie seenaknya membuat Genio tertawa.

"Sama saja, hanya ku akui makhluk di planet EXO ini lebih pintar dari pada makhluk di bumi. " Terang Sinb

"Kami ketinggalan sangat jauh dalam urusan teknologi." Mina menambahi dan kedua saudarinya itu mengangguk.

"Jadi kalian menggunakan alat seperti batu sebagai senjata?" Sindir Demian yang cukup membuat ketiga gadis itu kesal.

"No! Kenapa kau berfikiran seperti itu?" Protes Jennie yang sangat gemas ingin mendorong dahi Demian dengan telunjuknya.

"Itu adalah jaman prasejarah, nenek moyang kami memang melakukan itu tapi sekarang bumi sudah banyak kemajuan." Mina ikut bicara.

"Mungkin kau perlu mengupgrade pengetahuanmu tentang makhluk bumi, ku pikir pengetahuanmu itu lebih kuno dari nenek moyang kami. Kau bisa meminta data kepada Genio." Sindir Sinb yang seketika membuat Demian memandangnya tajam dan Genio, Mina bahkan Jennie hanya tertawa melihat mereka berdua.

"Jadi? Kalian berasal dari mana?" Xeno yang semenjak tadi mendengarkan percakapan mereka, ikut masuk kedalam pembicaraan mereka.

"Kami adalah sisa dari kerajaan Mamluksy, aku adalah keturunan Klan Ksatria Demian Pyroky pengendali api, dia adalah Genio Hydroy pengendali air." Tunjuknya pada Genio, kemudian arah pandang Demian berganti kepada ketiga gadis tersebut.

"Dan ketiga gadis ini adalah keturunan Raja Lev. Putri Reika dia memiliki kekuatan dapat mengendalikan semua unsur kekuatan dari ke dua belas klan ksatria." Tunjuk Demian kepada Sinb, kemudian pandangannnya teralih pada Mina.

"Putri Sierra, ia adalah sang penyembuh, ia mampu mengembalikan apapun yang telah rusak dan dapat mengembalikan semuanya seperti semula." Dan kali ini pandangan Demian terjatuh pada sosok Jennie.

"Putri Lexia, ia adalah pemilik kekuatan besar yang sesungguhnya. Ku pikir jika ia memaksimalkan kekuatannya, bahkan ia mampu mengangkat satu kota sekalipun untuk di jadikan kota diatas awan seperti kerajaan Deroky saat ini." Terang Demian yang tanpa sadar seolah membanggakan ketiga gadis itu, tentu saja Genio tertawa dibuatnya sementara Sinb, Mina dan Jennie melongo. Biasanya Demian tidak pernah berhenti mengejek mereka tapi kali ini apa? Membanggakan mereka? Sungguh pria aneh yang susah ditebak dan itu hanya di miliki oleh seorang Demian yang menyebalkan!

"Aku tidak pernah berfikir akan bertemu dengan kalian. Selama ini aku berfikir untuk melupakan semuanya dan fokus untuk melindungi kerajaan ini. Tapi aku juga tidak bisa menjamin bahwa aku bisa terus melindungi kerajaan ini karena cepat atau lambat Czar akan mengirim pasukannya kemari." Terang Xeno yang membuat mereka semua mengangguk mengerti.

"Iya kami mengerti." Balas Demian yang kali ini Xeno memandang mereka bergantian dengan serius. Sementara semenjak tadi ia tidak pernah tersenyum, terus menunjukkan wajah datarnya itu.

"Apakah kalian dapat ku percaya?" Tanya Xeno dan kelimanya mengangguk.

"Ku peringatkan sekali lagi, jangan bermain-main dengan ku. Aku sudah membawa kalian kemari dengan mempertaruhkan nama baik ku tapi jika kalian berulah, ku pastikan kalian akan mati disini!" Ancam Xeno yang membuat baik Demian dan Genio menghela nafas sementara Sinb, Mina dan Jennie saling berpegangan tangan merasa takut.

 Aku sudah membawa kalian kemari dengan mempertaruhkan nama baik ku tapi jika kalian berulah, ku pastikan kalian akan mati disini!" Ancam Xeno yang membuat baik Demian dan Genio menghela nafas sementara Sinb, Mina dan Jennie saling berpegangan tan...

Balai Kota Kerajaan Deroky

"Kita sudah sampai." Kata Xeno dan seketika pintu kendaraan itu terbuka dan menampakkan berjajar bangunan unik khas kerajaan Deroky.

"Woah, aku ingn memfoto tempat ini." Kagum Jennie.

"Lalu kau akan membual tentang bagaimana petualangan mu disini?" Cibir Sinb dan Jennie mengangguk.

"Why? Tentu saja? Mereka tidak akan pernah memiliki pengalaman seperti kita." Ucapnya kegirangan.

"Dan kau akan dijuluki gadis gila oleh mereka haha." Ejek Sinb yang seketika membuat Jennie menyentil dahi gadis itu lagi dan...

BLLLAAASHHHH

BLEEEDUUUMMM

Tubuh Sinb terhantam pada sebuah bangunan membuat bangunan itu berlubang dan tentu saja itu cukup mengundang perhatian penghuni kerajaan itu.

"Apa yang terjadi?" Xeno memandang tak percaya kedua gadis itu bergantian.

"Kenapa kalian ribut di kerajaan orang?" Omel Demian menatap mereka kesal. Seperti seorang ayah yang menegur ketiga putrinya karena bersikap nakal.

"Putri Reika, apa kau baik-baik saja?" Tanya Genio khawatir dan Sinb melambaikan tangannya seolah mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

"OMG! Sorry Sinb..." Pekik Jennie.

"Kau ini bagaimana? Seharusnya kau mengontrol kekuatanmu!" Omel Mina yang kini melayang menuju Sinb, membantu gadis itu berdiri kemudian mulai menggerakkan tangannya untuk mengembalikan bangunan berlubang itu kebentuk semula. Semua yang memperhatikan mereka cukup tercengang dengan kekuatan ketiga gadis ini.

"Apa kau tidak bisa menghindarinya?" Bahkan kini Mina menyembunyikan semua luka memar pada tubuh Sinb.

"Gerakannya semakin cepat. Ku pikir ia harus segera mengontrolnya dengan baik." Keluh Sinb yang membuat Mina menghela nafas kemudian mereka berdua memandang Jennie dengan khawatir.

Kini mereka telah sampai di dalam balai kota. Masih memandang takjub segala hal baru yang terdapat di negeri ini.

"Kalian istirahatlah dulu baru nanti kita akan bertemu di ruang makan. Ingat! Jangan melakukan sesuatu yang membahayakan kalian karena diluar gedung ada ribuan megaroid belum lagi pasukan dengan senjata. Jadi jangan melakukan hal bodoh!" Pinta Xeno membuat Jennie menghela nafas.

"Kenapa kau terus mengoceh?" Keluhnya Jennie.

"Kami tidak akan sebodoh itu!" Bahkan Sinb menyahut.

"Kita datang bukan untuk melakukan hal bodoh." Entah Mina kenapa semakin banyak bicara sekarang, mungkin karena sering diremehkan oleh makhluk di Planet EXO membuatnya kesal.

"Sudahlah, sebaiknya kalian istirahat." Tidak biasanya Demian menjadi penengah seperti ini membuat Genio sedikit tersenyum.

Mereka pun akhirnya menuruti ucapan Demian untuk masuk ke kamar masing-masing sampai Xeno mengatakan sesuatu.

"Putri Sierra, bisakah kau ikut dengan ku?" Tanya Xeno yang seketika membuat semua orang menoleh. Demian dan Genio saling melirik.

"Untuk apa?" Dengan cepat Sinb bertanya.

"Membantuku melakukan sesuatu." Ungkap Xeno tanpa mau menerangkannya secara rinci membuat Sinb memandangnya tidak suka.

"Kau harus menjelaskannya secara detail karena kami tak akan mengijinkannya jika itu sesuatu yang membahayakan, sama sepertimu yang masih belum mempercayai kami dan kami juga melakukan hal yang sama, harus tetap berhati-hati." Terang Sinb panjang lebar yang kali ini membuat Xeno memandangnya tak suka.

"Tunggu, aku akan mengijinkannya..."

"Tidak! Apa kau gila!" Bentak Sinb yang memotong ucapan Demian.

"Gadis ceroboh! Dengarkan ucapan ku dulu! Aku membolehkan Xeno membawanya, asalkan aku juga ikut dengannya." Lanjut Demian yang berhasil membungkam mulut Sinb. Bahkan kini gadis itu saling berpandangan dengan Jennie merasa tak percaya.

"Apa kamu serius?" Tanya Jennie untuk memastikannya lagi.

"Tentu saja, aku bertanggung jawab untuk keselamatan kalian." Ucap Demian dengan santai yang kali ini membuat Genio, Mina, Sinb dan Jennie saling berpandangan, ucapan Demian membuat mereka menganga tak percaya.

"Jadi, aku mengizinkan mu membawa Putri Sierra asalkan kau membawa serta diriku." Kata Demian pada Xeno yang kali ini dahinya terlihat berkirut, seolah berfikir sesaat.

"Baiklah, ikuti aku!" Pada akhirnya Xeno menyerah dan mulai berjalan meninggalkan mereka.

Sebelum pergi Demian mengatakan sesuatu kepada mereka.

"Ingat, selalu berhati-hati. Lebih baik kumpul dalam satu kamar karena sepertinya kita tidak bisa mempercayai dia sepenuhnya." Semua mengangguk mengerti tanpa banyak bertanya.

"Ayo putri Sierra." Ajak Demian.

"Jaga diri kalian!" Ucap Sinb yang kini memandang keduanya dengan khawatir, sementara Jennie terus menggigit bibir bawahnya merasakan cemas.

"Mereka akan baik-baik saja kan Genio?" Jennie bertanya pada Genio.

"Kita harus percaya pada Demian karena kita adalah satu team." Nasehat Genio yang seketika membuat Sinb menghela nafas panjang.

"Kita masih belum menghadapi pasukan Czar yang pasti penuh dengan kelicikan, tapi aku sudah merasa was-was seperti ini. Ku pikir, aku tidak memiliki mental yang kuat." Keluh Sinb dan Genio seketika menepuk pundaknya.

"Tidak, kau sudah melakukannya dengan baik sepanjang kau berada disini. Jennie, ku rasa kau harus berlatih untuk mengendalikan kekuatanmu agar hal seperti tadi tidak terulang lagi." Kata Genio membuat baik Sinb maupun Jennie mengangguk.

---***---

Demian dan Mina terus mengikuti langkah Xeno yang melewati beberapa lorong dengan dipenuhi cat putih dan dinding dari kaca dengan sinar lampu neon sepanjang lorong yang terang benderang, keadaan ini berbanding terbalik dengan di Hector yang lebih terlihat gelap.

Demian dan Mina terus mengikuti langkah Xeno yang melewati beberapa lorong dengan dipenuhi cat putih dan dinding dari kaca dengan sinar lampu neon sepanjang lorong yang terang benderang, keadaan ini berbanding terbalik dengan di Hector yang lebih ...

Mina jelas saja terkagum, sama seperti halnya jika itu Sinb atau pun Jennie yang melihat pemandangan ini. Sampai akhirnya Xeno menghentikan langkahnya disebuah ruangan dengan banyak alat yang saling bertautan membuat Mina tercengang.

Didalam kaca berbentuk tabung itu, ada seorang wanita paruh bayah berbaring dengan bantuan banyak alat, sepertinya wanita paruh baya itu koma

Didalam kaca berbentuk tabung itu, ada seorang wanita paruh bayah berbaring dengan bantuan banyak alat, sepertinya wanita paruh baya itu koma.

"Ini ruangan medis?" Tanya Mina pada Demian.

"Apa itu medis?" Tanya Xeno yang ikut bertanya. Demian menggendikkan bahunya kearah Xeno.

"Umm...Seperti tempat untuk merawat orang yang sakit atau terluka." Mina yang selama ini tak banyak bicara, sedikit kesulitan untuk menjelaskannya. Xeno tersenyum mendengarnya sementara Demian nampak berfikir.

"Apa yang ingin kau minta dari Putri Sierra?" Sepertinya Demian mulai mengerti dengan keinginan Xeno dan tanpa mereka duga Xeno membungkuk seperti seseorang yang memberi penghormatan.

"Tolong, selamatkan ibuku, Putri Sierra." Xeno meraih tangan Mina yang membuat gadis itu tersentak. Mina segera melirik Demian dengan bingung dan Demian mengangguk seolah mengizinkan gadis itu untuk memenuhi permintaan Xeno.

"Baiklah..." Jawab Mina terbata-bata, masih memandangi tangannya yang di pegang oleh Xeno.

Akhirnya Xeno mengangkat kepalanya dan menatap Sierra dengan senyum bahagianya, untuk pertama kalinya pria ini tersenyum dengan manisnya membuat Mina terkagum-kagum karena seketika ketampanan pria itu nampak.

"Terima kasih." Kali ini bahkan Xeno memeluk Mina yang membuatnya seketika shock. Demian yang tidak mempedulikan adegan roman itu lebih memilih mengamati wanita paruh bayah itu dengan pandangan menerawang.

"Sudah berapa lama ia berbaring?" Pertanyaan Demian membuat adegan roman itu berakhir dengan Mina dan Xeno yang terlihat kikuk.

"Semenjak runtuhnya kerajaan Mamluksy." Jawab Xeno dengan terbata-bata. Demian tersenyum, kemudian menepuk bahu Xeno beberapa kali.

"Kau sudah berusaha cukup keras dan Putri Sierra sekarang saatnya kau memberikan hadiah untuk usahanya." Mina yang mengerti perkataan Demian segera berjalan masuk kedalam ruangan itu.

Ia mengelilingi tubuh wanita paruh bayah itu kemudian berakhir dengan menyentuh kaca berbentuk tabung tersebut dan seketika alat-alat itu bergerak dan memecah tabung tersebut menjadi dua bagian. Kali ini Mina bisa melihat sosok wanita paruh bayah yang masih terlihat cantik secara langsung, tanpa banyak bicara Mina langsung menempelkan tangannya di dahinya.

Xeno dan Demian memperhatikan apa yang dilakukan oleh Mina.

"Bagaimana dengan kedua orang tuamu?" Tanya Xeno yang seketika membuat Demian tertawa getir.

"Mereka mengorbankan dirinya untuk ku dan aku berakhir dengan menyalahkan diriku sepanjang waktu." Lirih Demian, kali ini bahkan ia tak sungkan menunjukkan kesedihannya membuat Xeno termenung, teringat kejadian tragis yang menimpa mereka dimasa silam.

"Kau yakin untuk melakukan ini?" Mata Xeno masih terus menatap Mina dengan pikiran berkecambuknya.

Demian cukup mengerti dengan apa yang dikatakan Xeno. "Kalau kita tidak pernah mencoba, bagaimana kita berfikir untuk menyerah? Mereka bertiga ditakdirkan untuk kemari dan membuat sejarah baru di planet ini." Ucap Demian dan Xeno terlihat yakin sembari terus menatap Mina yang masih berusaha untuk menyembuhkan ibunya.

---***---

Sinb mondar-mandir dengan cemas, sementara Jennie terlihat asyik dengan makanannya yang terlihat lezat. Makanan di negeri Deroky ini lebih bervariasi dengan visualisasi sup kental yang beraneka macam warnanya, baunya sungguh menggugah selera.

"Ini sudah lebih dari 2 jam, tapi mereka belum kembali!" Keluh Sinb yang terlihat mulai tak sabar. Genio memerhatikannya sembari mengitak-atik sesuatu benda ditangannya.

"Menurutmu, berapa lama kita harus bertindak kalau mereka tak kembali?" Lagi, Sinb bertanya lagi kepada Genio.

"5 jam, aku menyesuaikannya dengan ukuran bumi." Jawab Genio santai yang seketika membuat Sinb kesal.

"YAK! Apa kau tidak peduli dengan mereka? 5 jam yang benar saja? Dalam waktu selama itu mungkin saja mereka telah lenyap. Hanya dengan waktu 15 menit saja pembunuh bisa menghabisi korbannya, apa lagi di planet ini? Planet yang dipenuhi dengan mahkluk aneh yang bisa terbang atau apapun yang makhluk planet ini punya, bukankah ini sangat berbahaya?" Omel Sinb tak mau berhenti yang seketika membuat Genio tersenyum dan tangannya menunjukkan sesuatu.

"Coba lihat ini." Sebuah benda kotak yang semenjak tadi sibuk ia perbaiki kini memperlihatkan Xeno dan Demian yang berdiri seolah memunggungi membuat baik Sinb atau pun Genio tak dapat melihat apa yang terjadi.

"Kedepan Eve!" Pinta Genio dan secara otomatis kamera bergerak dan menampakkan sosok Mina dengan wanita paruh bayah

"Kau menggunakan mici? Tapi itu cukup berbahaya." Sinb memperingatkan Genio.

"Tidak, tenang saja Eve adalah nyamuk bayangan yang ku buat. Itu seperti Android dengan kecerdasan buatan jadi mereka cukup berfikir." Guman Genio sambil tersenyum membuat Jennie kini memandanginya.

"Are you crazy? Bukannya mereka sudah memperingatkan kita untuk tidak melakukan hal bodoh? Bagaimana kalau mereka tau?" Teriak Jennie yang seketika membuat baik Genio dan Sinb terkejut.

"Kecilkan suaramu bodoh! Kau juga akan menjadi salah satu penyebab mereka bisa tau!" Kata Sinb memandang Jennie kesal dan gadis itu seketika membekap mulutnya sendiri.

"Aku sudah meretas semua alat yang hampir mirip dengan mici disini, hanya untuk sampai 10 jam kedepan mereka akan melihat kita nampak normal, jadi tenang saja." Ucapan Genio seketika membuat kedua gadis itu bernafas lega.

"Apa Mina berusaha menyembuhkannya?" Entah sejak kapan? Jennie sudah berdiri dihadapan Genio dan Sinb, ia memperhatikan sosok Mina yang masih berusaha untuk membangunkan sosok wanita paruh bayah itu.

"Syukurlah, dia baik-baik saja. Ku pikir wanita itu adalah keluarga Xeno, wajahnya terlihat mirip bukan?" Duga Sinb dan Genio segera mengangguk mengerti.

"Ya, mereka sangat mirip. Jadi, kalian tidak perlu khawatir lagi." Ungkap Genio membuat baik Sinb dan Jennie tersenyum.

---***---

Beberapa menit kemudian, Mina, Demian dan Xeno kembali menemui ketiganya di dalam kamar tersebut. Sinb segera mendekati Mina, untuk mengecek keadaan saudarinya itu.

"Kau baik-baik saja?" Mina mengangguk kemudian Sinb melirik Demian secara diam-diam, berusaha mencari tau apakah pria itu baik-baik saja?

"Kau tidak bertanya bagaimana keadaan ku?" Tanya Demian yang seketika membuat Sinb menatapnya malas yang sesungguhnya gadis ini hanya berusaha untuk menutupi kegugupannya yang tertangkap basah sedang memperhatikan Demian.

"Sepertinya kau baik-baik saja, kenapa aku harus bertanya keadaanmu?" Cibir Sinb yang seketika membuat Demian tertawa.

"Kau tidak sedang mencari perhatiannya kan?" Genio berusaha menyimpulkan dengan wajah tidak sukanya.

"Hey, kenapa kalian jadi berdebat seperti ini?" Protes Jennie kesal. Sementara Xeno masih saling curi-curi pandang dengan Mina.

"Jadi kapan kita akan berangkat untuk mencari Ksatria selanjutnya?" Sinb berusaha mengalihkan topik yang seketika membuat Demian tertawa.

"Apa kami harus bertemu dengan rajamu dulu?" Kali ini Demian bertanya pada Xeno, sesungguhnya mereka harus segera cepat bergerak sebelum Czar melakukan pergerakan lebih besar lagi.

"Kenapa kau bertanya? Apa kalian tidak ingin bertemu dengannya?" Tanya Xeno tak mengerti.

"Tidak seperti itu, kami tidak mempunyai banyak waktu ku rasa. Bahkan aku mendapatkan kabar mereka sedang mempersiapkan sesuatu untuk menghancurkan beberapa kerajaan kecil, mereka mulai bergerak sekarang. Ku rasa rencana mereka adalah menyatukan seluruh kerajaan di Planet EXO dan seluruh Planet dengan kekuasaan penuh dari kerajaan Mozarky. Bukan seperti itu Demian?" Duga Genio dan Demian mengangguk yang seketika membuat Xeno terlihat terkejut sementara ketiga gadis itu semakin khawatir.

"Baiklah, kalau begitu aku akan mengurus semuanya. Kalian tunggu saja disini, kalau aku berhasil meyakinkan Raja Baldwin berarti malam ini kita akan berangkat." Terang Xeno yang seketika membuat kelima orang itu mengangguk dengan setuju.

Akhirnya Xeno pun pergi meninggalkan mereka.

"Apa Raja Baldwin itu akan mempercayai ucapan Xeno? Pria yang bernama Alios saja terlihat tidak mempercayai kita, apa lagi seorang Raja sepertinya? Lalu, jika Xeno pergi bersama kita bagaimana dengan kerajaan ini? Siapa yang akan melindunginya?" Sinb mulai cemas.

"Ku pikir ia akan mempercayainya." Ungkap Mina dengan yakin.

"Kenapa kau bisa seyakin itu?" Tanya Jennie kali ini.

"Aku telah menolong ibunya..." Jawab Mina yang seketika membuat kedua saudarinya itu mengkirutkan keningnya tak mengerti.

"Lalu apa hubungannya dengan ibunya? Ayolah Mina, Xeno itu rakyat biasa sama seperti kebanyakan orang!" Ungkap Jennie yang juga disetujui oleh Mina sementara Demian dan Genio nampak membuat percakapn sendiri tak menghiraukan ketiga gadis ini.

"Raja Baldwin adalah kakak dari Xeno dan itu berarti ibu Xeno adalah ibunya juga kan?" Jennie dan Sinb mengangga terkejut sekaligus tak menyangka jika ternyata Xeno adalah seorang pangeran.

"Itu berarti Xeno adalah seorang pangeran?" Pekik Jennie dan Mina mengangguk dengan tersenyum.

"Woah Awasome!" Ungkap Jennie kagum.

"Mulai Genio dengan otak jeniusnya, Demian dengan Kekayaannya dan sekarang Xeno dengan wajah tampan seorang pangeran, entah nanti Ksatria selanjutnya memiliki latar apa lagi? Ini lebih menegangkan dan membuat penasaran lebih dari film fantasy mana pun!" Omel Sinb.

"Bagaimana jika Ksatria selanjutnya seorang yang buruk?" Jennie menduga.

"Maka dia tidak bisa ikut dengan kita!" Tentang Mina.

"Karena kita sendiri yang harus melenyapkannya? Apa maksudmu seperti itu?" Tanya Jennie.

"Lebih tepatnya kita harus menakhlukannya, sama seperti saat kita meyakinkan Xeno. Karena kita masih membutuhkan mereka semua untuk menghancurkan Czar dan membuat kita kembali menjalani kehidupan normal kita dibumi, apa kalian benar-benar tak merindukan aroma masakan bumi?" Ucapan Sinb seketika membuat baik Mina dan Jennie termenung kemudian menghela nafas.

"Aku merindukkan Mommy..." Lirih Jennie yang mulai berkaca-kaca.

"Sekarang musim bunga sakura di jepang..." Ucap Mina.

"Jadi, ayo lebih serius lagi untuk menyelesaikan misi ini dan segera kembali kebumi." Sinb berusaha menyemangati dirinya dan juga kedua saudarinya.

Malam pun tiba, saat mereka duduk santai dengan memandang langit gelap dengan taburan bintang yang nampak begitu terang dengan bulan berukuran penuh yang menggantung disana.

"Lihatlah, aku ingin memetik bintang itu!" Teriak Jennie membuat Genio tertawa.

"Genio tidak bisakah kau memetiknya untuk ku?" Rengek Jennie.

"Berhenti berbuat konyol, fokuslah dengan kekuatanmu. Kau harus bisa mengontrolnya dan jangan sampai kau membuat keributan lagi nanti!" Cibir Demian membuat Jennie seketika mendengus sebal, Sinb dan Mina hanya menertawakannya.

"Kalian disini rupanya?" Seseorang masuk membuat mereka semua menoleh dan pria itu adalah Alios

"Kenapa kau yang kemari? Dimana Xeno?" Tanya Demian.

"Xeno sudah menunggu kalian di terminal dan sudah mempersiapkan banyak hal disana. Xeno menyuruhku untuk menjemput kalian." Kelimanya seketika saling berpandangan.

"Kalau Xeno adalah seorang pangeran? Kenapa kau tak menyebutnya dengan pangeran Xeno?" Tanya Jennie yang tak mengerti membuat Alios tertawa.

"Karena ia akan membunuh ku jika aku memanggilnya dengan sebutan itu. Nama Xeno itu sendiri adalah sebuah kebanggaan baginya jadi ia lebih suka di panggil dengan nama itu." Terang Alios.

"Dasar, pangeran aneh!" Cibir Jennie.

"Pada dasarnya, kerajaan kecil ini adalah pecahan dari kerajaan Mamluks yang sudah runtuh. Kami masih beranggapan Raja yang paling agung adalah Raja Lev dan keturunan kerajaan yang paling kami hormati adalah keturunan Raja Lev, mungkin karena itu kami semua tidak dapat dibandingkan dengan keturunan Lev meskipun kita telah mendirikan kerajaan sendiri. Ini hanya bersifat sementara sampai kami bisa menyatukan semuanya." Terang Demian membuat semuanya terdiam.

"Ayo, aku antar kalian Tuan Putri dan dua Ksatria." Kata Alios yang kali ini lebih sopan. Kali ini mereka semua mengikuti langkah kaki Alios untuk segera mempertemukan mereka dengan Xeno.

"Apa yang sebenarnya Xeno siapkan? Kita tidak perlu banyak hal untuk perjalanan ini karena kita sudah mempersiapkannya." Kata Genio kepada Demian.

"Itu kenapa kau perlu sekali-kali untuk berpetualang. Dibawah sana, ada sebuah daerah larangan yang tidak boleh untuk dilewati tapi kita harus melewatinya." Terang Demian.

"Apa itu? Bardolf adalah sebuah perkampungan gelap para perampok. Disana apapun di jual, untuk masuk kesana, kita juga harus membawa sesuatu untuk dijual sekaligus melakukan penyamaran." Demian mengungkapkan rencananya pada Genio.

"Tapi kenapa? Kita tidak seharusnya repot-repot datang kesana kan? Kita hanya perlu melalui jalur udara bukan?" Tanya Geno yang masih tak mengerti.

"Tapi jalur udara juga di jaga ketat oleh mereka dan aku mendengar bahwa salah satu ketua kelompoknya memiliki kekuatan yang unik."

"Unik seperti apa maksudmu?" Genio masih tak mengerti.

"Ia bisa berteleport kemana pun dengan mudah tanpa menggunakan portal seperti kita, kau cukup tau bukan kalau itu salah satu kekuatan yang dimiliki klan Keyholy." Genio segera mengangguk mengerti.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
LUCID DREAM
432      305     2     
Short Story
aku mengalami lucid dream, pada saat aku tidur dengan keadaan tidak sadar tapi aku sadar ketika aku sudah berada di dunia alam sadar atau di dunia mimpi. aku bertemu orang yang tidak dikenal, aku menyebutnya dia itu orang misterius karena dia sering hadir di tempat aku berada (di dalam mimpi bukan di luar nyata nya)
HER
532      301     2     
Short Story
Temanku yang bernama Kirane sering memintaku untuk menemaninya tidur di apartemennya. Trish juga sudah biasa membuka bajunya sampai telanjang ketika dihadapanku, dan Nel tak jarang memelukku karena hal-hal kecil. Itu semua terjadi karena mereka sudah melabeliku dengan julukan 'lelaki gay'. Sungguh, itu tidak masalah. Karena pekerjaanku memang menjadi banci. Dan peran itu sudah mendarah da...
Loker Cantik
477      357     0     
Short Story
Ungkapkan segera isi hatimu, jangan membuat seseorang yang dianggap spesial dihantui dengan rasa penasaran
Percikan Semangat
831      441     1     
Short Story
Kisah cinta tak perlu dramatis. Tapi mau bagaimana lagi ini drama yang terjadi dalam masa remajaku. Cinta yang mengajarkan aku tentang kebaikan. Terima kasih karena dia yang selalu memberikan percikan semangat untuk merubahku menjadi lebih baik :)
Cinta (tak) Harus Memiliki
4498      1158     1     
Romance
Dua kepingan hati yang berbeda dalam satu raga yang sama. Sepi. Sedih. Sendiri. Termenung dalam gelapnya malam. Berpangku tangan menatap bintang, berharap pelangi itu kembali. Kembali menghiasi hari yang kelam. Hari yang telah sirna nan hampa dengan bayangan semu. Hari yang mengingatkannya pada pusaran waktu. Kini perlahan kepingan hati yang telah lama hancur, kembali bersatu. Berubah menja...
Under a Falling Star
577      348     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Gerhana di Atas Istana
10092      4513     2     
Romance
Surya memaksa untuk menumpahkan secara semenamena ragam sajak di atas kertas yang akan dikumpulkannya sebagai janji untuk bulan yang ingin ditepatinya kado untuk siapa pun yang bertambah umur pada tahun ini
Bukan Kamu
12892      1994     7     
Romance
Bagaimana mungkin, wajahmu begitu persis dengan gadis yang selalu ada di dalam hatiku? Dan seandainya yang berada di sisiku saat ini adalah kamu, akan ku pastikan duniaku hanyalah untukmu namun pada kenyataanya itu bukan kamu.
Foto dalam Dompet
475      323     3     
Short Story
Karena terkadang, keteledoran adalah awal dari keberuntungan. N.B : Kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan semata
Be Yours.
1670      902     4     
Romance
Kekalahan Clarin membuatnya terpaksa mengikuti ekstrakurikuler cheerleader. Ia harus membagi waktu antara ekstrakurikuler atletik dan cheerleader. Belum lagi masalah dadanya yang terkadang sakit secara mendadak saat ia melakukan banyak kegiatan berat dan melelahkan. Namun demi impian Atlas, ia rela melakukan apa saja asal sahabatnya itu bahagia dan berhasil mewujudkan mimpi. Tetapi semakin lama, ...