Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
Aku memang terjatuh dari sepeda dan bisa bangkit kok.
Aku tenggelam dalam lautan luka dalam
Di pinggir jalan sih bukan di lautan.
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
Aku gak tersesat kok! Bahkan jika dia menurunkanku di sini, aku tahu arah jalan pulang.
Aku tanpamu, butiran debu
Biasa aja sih!!
Kenapa aku merasa lagu ini menyindir peristiwa yang tadi ya?
***
Tiba-tiba lagu itu menghilang, tidak terdengar suara pria dengan khas serak basahnya saat menyanyi. Aku melihat dia sedang menarik tangannya menuju ke arah setir mobil. Oh, rupanya dia yang mematikan radio tadi.
Diantara kami, tidak ada yang memilih bersuara maupun memulai sebuah percakapan hanya untuk sekedar basa-basi. Dan hasilnya, suasana di dalam mobil lebih hening. Aku tidak tahu akan berbicara atau membahas sesuatu padanya karena aku sendiri tidak mengenal pria yang di sampingku ini.
Bodoh sekali aku ini, langsung menuruti orang yang sama sekali tidak aku kenal. Dilihat dari seragamnya, dia satu sekolah dengan aku. Kenapa pagi-pagi begini dia ke sekolah? Mungkin anak OSIS? Atau ada kepentingan lain seperti mengerjakan pr di sekolah?
Kenapa aku memikirkan hal yang tidak penting seperti ini. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku mengusir pikiranku yang tidak-tidak. Lalu aku memilih mengalihkan pandanganku pada pemandangan yang berada di sebelah kiri. Pemandangan perkotaan yang masih pagi dengan dihiasi kabut tipis. Jalanannya sendiri masih terbilang cukup lancar meskipun sudah ada beberapa kendaraan yang melintas.
Dengan ditemani keheningan selama diperjalanan, akhirnya mobil kami berbelok ke kanan dan sebuah gerbang tinggi berwarna hitam menyambut kami. Itu tandanya kami sudah sampai berada di area sekolah.
"Masih sepi." gumamnya lirih sambil memarkirkan mobilnya secara paralel.
Aku menoleh ke arahnya, heran. Ini masih jam 6 lebih 5 menit dan tentu saja masih sepi. Aku memutar bola mataku dan membuka pintu mobil untuk keluar. Kulihat dia juga melakukan hal sama. Tetapi aneh, belum aku menginjakkan kaki di atas tanah, dia sudah berada didepanku.
"Bisa berdiri?" tanyanya sambil menyodorkan tangan kanan untuk membantuku berdiri. Sebelum aku membalas perkataannya, dia sudah memasukkan tangan kanannya ke bawah kedua lututku, menggendongku ala bridal style dan aku terkejut oleh ulahnya.
"Apa yang lo lakuin? Turunin gue!" perintahku sambil memukul bahunya.
"Jalan ke mobil gue aja lo lama banget apalagi keluar dari mobil. Gue gak mau mengotori mobil gue gara-gara darah lo." jawabnya ketus.
"Yang nabrak gue juga siapa yang ngomel juga siapa." jawabku tak kalah ketus.
"Gue bersihin luka lo dulu." katanya sesaat sampai di dalam uks.
Tunggu, ruang ukskan berada di lantai 2 dan aku sudah mencium bau obat-obatan sekarang. Secepat itukah kami sampai? Atau memang ini "masih" perasaanku saja?