Rizal sangat kaget dengan apa yang dia lihat di depan rumah Ningsih. Namun lagi-lagi Rizal mengalihkan pandangan dari wanita itu dan langsung pamit pulang kepada Ningsih dan ibunya Ningsih yang saat itu juga ada di sana.
Rizal selalu bertanya-tanya ada hubungan apa Ningsih dengan wanita itu? Kenapa wanita itu ada dirumah Ningsih Dan kenapa Ningsih tidak pernah menceritakan tentang wanita itu?
Keesokan harinya saat di kantor Rizal sedang menunggu Ningsih untuk menanyakan perihal siapakah wanita itu yang membukakan pintu rumah Ningsih. Datang terlambat adalah suatu kebiasaan dari Ningsih namun tak biasa Ningsih datang sangat telat.
“Apakah Ningsih gak dateng ya?” tanya Rizal dalam hati. Lalu Rizal menuju kemeja kerja mbak Lina dan Rizal pun menanyakan perihal Ningsih.
“Mbak Lina, aku mau tanya. Apakah hari ini Ningsih gak masuk atau sengaja datang telat?”
“Ya hari ini Ningsih gak masuk, tadi dia bilang kalau hari ini dia ada kepentingan keluarga gitu yang memang gak bisa dia tinggalin. Dan kepentingan apa aku juga gak ngerti, eh kan lu temen emnag dia gak ngomong gitu?”
“Gak, ya udah terima kasih ya mbak.” Rizal pun langsung pergi meninggalkan mbak Lina dan kembali kemeja kerjanya. Dan tanpa pikir panjang dia langsung mengambil smartphonenya dan langsung mencoba menghubungi Ningsih, berulang kali Rizal mencoba menelpon Ningsih namun Ningsih tidak merespon panggilan maupun membalas pesan dari Rizal. “Setelah pulang kerja apa aku harus kerumah Ningsih langsung aja ya?” tanya Rizal lagi dalam hati.
Jam kerja pun telah selesai namun belum juga ada telpon maupun chat dari Ningsih, sesuai rencana Rizal pun langsung pergi kerumah Ningsih. Awalnya Rizal hanya penasaran tentang siapa wanita itu dan ingin bertanya banyak kepada Ningsih namun kini berubah menjadi kekhawatiran karena tidak biasanya Ningsih tidak menjawab panggilan maupun membalas pesan dari Rizal.
Sesampai di rumah Ningsih ternyata rumahnya tertutup, Rizal mencoba memanggil dan mengetuk rumah Ningsih berulang kali namun rumah itu terlihat kosong namun motor Ningsih ada di depan rumah. “Kemana Ningsih?” tanya Rizal dalam hati. Tak lama kemudia ada sebuah mobil datang masuk kedalam pekarang rumah Ningsih. Setelah mobil berhenti pas didepan rumah, tiba-tiba keluarlah wanita cantik itu dari mobil itu. Lagi-lagi Rizal kaget dan tertegun melihat wanita itu. Setelah wanita itu keluar, lalu disusul lah Ningsih keluar dari mobil yang sama.
“Rizal??? Ngapain lu kesini?” Tanya Ningsih penuh heran.
“Ya aku kesini. Hari ini kamu gak masuk kerja?” Tanya Rizal dengan sedikit terbata-bata.
“Ya hari ini aku gak masuk kerja tapi aku sudah minta ijin sama bos dan aku juga minta tolong sama mbak lina menghandle pekerjaanku untuk hari ini. Emangnya ada apa?”
“Lalu kenapa aku telpon berkali-kali gak lu jawab bahkan pesanku juga gak lu balas?”
“Ya sorry HP ku ketinggalan di rumah jadi gak kebawa, ya udah masuk dulu entar aku jelasin!” Ningsih pun langsung mengajak Rizal untuk masuk kedalam, namun Rizal menolak.
“Emmm sorry Ning, sebaiknya aku balik. Nanti aku telpon kamu aja ya.”
“Oke, tapi kenapa lu terburu-buru gitu?”
“Gak apa-apa, nanti aku call lu. Tadi aku cuma khawatir aja. Ya udah aku pamit pulang dulu ya, eh salam juga buat ibu dan dia.”
“Ya nanti aku sampekin kenapa gak sekalian aja langsung kenalan.”
“Gak terima kasih, kapan-kapan aja. Ya udah aku pulang dulu. Assalamu alaikum.”
“Wa alaikum salam,”
Setelah Rizal pergi, Ningsih langsung masuk kedalam rumahnya dan ternyata wanita itu sudah ada di dekat jendela yang mencoba mengintip perbincangan Rizal dan Ningsih.
“Ngapain lu disini? Kenapa penasaran ya sama dia?” tanya Ningsih kepada wanita itu.
“Itu pacar mbak?”
“Eh,,, bukan dia cuma temen mbak. Temen kerja.”
“Tapi kayaknya kalian berdua sangat akrab dan dia juga sangat mengkhawatirkan mbak. Gak mungkin kalau kalian hanya sebatas teman biasa.”
“Hahahaha….. Putri.. Putri…. Kami itu memang sebatas teman biasa, lagian dia itu usianya lebih muda dari mbak jadi gak mungkin kita saling tertarik. Dia bukan tipe mbak dan mbak juga bukan tipe dia. Kalau dia perhatian itu mah sudah biasa, dia itu orangnya kalau sudah akrab sama seseorang dia akan sedikit posesif dan gampang khawatiran.”
“Oh..”
“Dan nama dia itu Rizal.”
“Ya aku tahu.” Jawab putri dengan nadah lirih.
“Apa??”
“Hmm… gak ada. Aku gak ngomong apa-apa. Ya udah mbak mau makan apa, biar putri siapin.”
“Terserah kamu saja, apapun yang kamu masak semuanya sedap. Oke kalu gitu kita langsung kedapur aku bantuin kamu masak bentar lagi ibu pulang.”
Wanita itu bernama Putri, adik sepupu Ningsih. Selama ini dia tinggal di Batam ikut bersama suaminya namun hari ini Putri sedang mungurus perceraian dengan suaminya tersebut. Putri adalah salah satu korban dari perjodohan orang tuanya. Selama pernikahannya dia selalu mendapat penyiksaan dari suaminya. Dan kini dia datang kepada Ningsih untuk meminta tolong untuk mengurus percerainnya tersebut dan mengambil hak asuh anak yang kini ada di tangan suaminya. Ningsih mempunyai beberapa teman yang berprofesi sebagai advokat, jadi Putri minta tolong untuk itu. Orang tua Putri sudah menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Putri. Apapun yang di lakukan Putri, orang tuanya mendukung sebagai bentuk rasa bersalah di masa lalu.
Setelah sholat isya’ tiba-tiba smartphone Ningsih berbunyi. Dan ternyata itu panggilan masuk dari Rizal.
“Hallo assalamu alaikum, ada apa Zal?”
“Wa alaikum salam, gak ada Ning Cuma iseng telpon aja.”
“Gak mungkin kalau cuma iseng, aku tuh tahu kamu. Ada apa?”
“Hahahaa,, emang ya lu itu gak bisa dibohongi. Sebenarnya aku ada hal yang ingin aku tanyakan sama kamu.”
“Mau tanya apa? Insya allah nanti aku jawab.”
“Kalau boleh tahu siapa wanita yang bersamamu?”
“Oh jadi kamu penasaran sama dia to?? Dia itu namanya Putri.”
“Ada hubungan apa kamu dengan dia?”
“Dia adik sepupu aku. Emang kenapa? Lu naksir ya sama dia? Cie cie.”
“Gak …”
“Gak salah lagi,,, udah gak apa-apa kok kalau lu naksir. Dan kalian itu sama, sama-sama suka penasaran. Tadi saat lu pulang dia juga tanyai tentang lu.”
“Dia tanya tentang aku, tanya tentang apa.”
“Hari senin aja deh kalau sudha di kantor gue ceritanya, malam ini aku ngantuk banget. Mau tidur.”
“Wah kelamaan, Besok lu ada acara gak?”
“Gak ada, kenapa?”
“Besok kita keluar yuk, cari angin segar. Buat nyegerin otak yang sudah penat dengan pekerjaan.”
“Oke, besok lu jemput. Apa sekalian aku ajak Putri?”
“Gak usah, kita berdua aja.”
“Ya udah kalau gitu aku mau tidur dulu, assalamu alaikum.”
“Wa alaikum salam.”
Setelah mengucapkan salam, panggilannya langsung ditutup. Saat Ningsih meletakan telpon genggamnya, lalu dia melihat Putri berada di depan pintu sambil tersenyum.
Nah gimana kelanjutannya ceritannya, ditunggu aja ya...!!
Dan jangan lupa like dan comment dibawah....!!
Terima kasih