Reina tengah duduk di sebuah kafe yang terdapat di jogja. Begitu sunyi dan sendu. Sebuah lagu dari Anji yang berjudul “menunggu kamu tengah diputar disana”, yang membuat sabtunya kian sendu. Tiba-tiba seorang pria bersnelli putih berjalan mendekat. Wajahnya masih sama seperti tujuh tahun yang lalu, hanya saja kini ia sudah mengenakan snelli putih dan kacamata minus. Pria itu tersenyum lalu menarik kursi dihadapan Reina.
“Maaf telat, soalnya pasien banyak tadi di rumah sakit” ujarnya
“Bagaimana, kamu senang dijogja? Atau rindu rumah? Rindu Dia?” tanyanya penuh cemas.
Sebenarnya menanyakan pertanyaan seperti itu sama saja dengan melukai hati sendiri. Sebab jika jawaban Reina untuk pertanyaan tersebut adalah “Rindu Dia”. Maka luka dipastikan akan menghiasi sabtu siang ini. Namun tak ada satupun jawaban yang keluar dari bibir Reina. Ia hanya diam mendengarkan pertanyaan tersebut. Reina menolak, menolak untuk memberi jawaban, menolak hatinya untuk terbang ke masa silam, menolak untuk membiarkan airmatanya jatuh.
“Ram”
“Iya Rei”
“Mau pesan apa? Kamu pasti capek kan dari rumah sakit terus nemuin aku disini. Aku ngerepotin kamu terus ya. “ ujar Reina mengubah topik perbincangan siang itu
“ Air putih aja rei, kebetulan tadi udah makan di rumah sakit. Kamu engga pernah ngerepotin aku, sama sekali enggak pernah. Aku senang ketemu kamu di jogja, bisa jumpa kamu dan duduk di depan kamu, seperti mimpi yang membuat aku enggan untuk bangun. “
“ Hahaa, tapi ini engga mimpi kok Ram”
Reina lalu memanggil pelayan kafe tersebut dan memesan air putih untuk Rama dan Jus Alpokat untuk dirinya ditambah dengan kentang goreng jumbo.
“ Kamu engga makan nasi Rei? Diet ?”
“ Engga, tadi udah makan sebelum kesini”
“ Oh”
“ Oh aja?”
“ Jadi?”
“Jadi?”
Reina hanya tertawa kecil. Begitu juga Rama. Keduanya seolah hanyut bersama lagu Anji “Menunggu Kamu”.
“Lihat aku sayang,
sudah berjuang,
menunggumu datang,
menjemputmu pulang.
Ingat selalu sayang, hatiku kau genggam.
Aku takkan pergi, menunggu kamu disini.”
***
Reina dan Rama adalah teman masa SMA dulu. Keduanya dipertemukan di salah satu sekolah Swasta di kota Medan. Tidak ada yang spesial di awal pertemuan mereka. Keduanya malah begitu asing, tidak pernah bertegur sapa atau sekedar tersenyum. Meski mereka sekelas, tetapi keduanya seolah punya dunia yang berbeda. Rama dengan dunia buku-bukunya dan Reina dengan dunia teman-teman se-gengsnya. Hingga kemudian waktu memainkan kekuatannya, mendekatkan mereka menjadi teman sekelompok berulang-ulang. Dimulai dari kelompok agama, keduanya mulai saling berkenalan, bertegur sapa, membagi senyum dan bertukar pikiran. Meski percakapan mereka hanya seputar tugas kelompok, namun setidaknya hal itulah yang menjadi awal pertemanan mereka hingga sekarang. Menjadi awal kisah keduanya dimulai.
Perlahan Reina mulai kagum dengan sosok Rama, pria dingin yang sangat pintar dan berwibawa. Rama juga adalah pria yang rajin sholat. Hal istimewa lainnya tentang Rama adalah ia tidak pernah memamerkan harta orangtuanya, ia bahkan tidak malu harus membawa minum dan bekal ke sekolah saat tidak ada satupun anak laki-laki yang mau melakukan itu. Pokoknya Rama itu beda, dan kalian pasti akan jatuh cinta saat jumpa dengannya !
“ Masih ingat enggak Ram, dulu kita satu kelompok teruskan pas SMA?” ujar Reina mengingat
“ Hahaa, iya Rei. Engga tahu kenapa guru selalu buat nama kita barengan. Sampe-sampe kalau uda pembagaian kelompok, pasti dalam hati aku bilang, udah tahu siapa temen sekelompoknya “ ujar Rama
“ Terus kamu bosan satu kelompok sama aku?”
“Iya sih,dikit”
“ Yauda sekarang kan kita engga pernah sekelompok lagi. Kamu bebas”
“ Bebas, engga perlu dengerin cerita kamu lagi, ngelihat tingkah kamu dan teman-teman se-gengs kamu, bahkan bebas engga perlu ngelihat kamu debat sama kelompok lain sampe itu kelompok tidak bisa bilang apa-apa.” ujar Rama sambil menahan tawa
“ Terus aja kamu ledek aku”
“ Tapi sekarang, aku justru kangen dengan itu semua Rei. Dengan sifat-sifat konyol kamu yang buat aku engga ngerti kenapa tapi tetap aja aku ikutin” Ujar Rama
Reina langsung menatap ke arah Rama, Menampikkan senyumnya yang paling indah, membuat rona merah diwajahnya kian lebar.
“ Kamu itu dokter ter-sweet yang pernah aku kenal Ram”
“ Memang ada dokter lain yang kamu kenal selain aku?”
“ Engga ada sih. Soalnya mereka engga mungkin mau temenin sama cewek nyebelin kayak aku”
“ Bagus deh kalo gitu, biar engga ada saingan”
Keduanya kembali saling menatap lalu tertawa. Sabtu itu, langit lebih biru dari biasanya, tidak ada tanda-tanda hujan. Hanya kecerahan yang terlihat sejauh mata memandang. Seolah langit ingin menggambarkan suasana hati Reina. Matanya yang biasanya penuh airmata, hari ini justru brersinar terang. Seakan hujan tidak pernah singgah disana, dan itu karena dokter koas dihadapannya.
Suara adzan tiba-tiba saja berkumandang dari ponsel Rama. “Sudah waktu ashar,” ujar Rama. Reina yang mendengar itu pun kian menampikkan senyum lebarnya. Entah kenapa namun hal-hal seperti inilah yang membuatnya tidak bisa berhenti kagum dengan sosok Rama, tidak saat tujuh tahun yang lalu ataupun sekarang, Rama masih terus menjadi seseorang yang paling sempurna di mata Reina. Bahkan tak jarang Reina berharap bisa mendapatkan jodoh seperti Rama. Walaupun memimpikan hal tersebut sama saja dengan siap untuk jatuh dari tebing tinggi. Sebab menurut penelitiannya, tidak ada dokter yang akan menikah dengan pendidik. Kalaupun ada pasti hanya sedikit, rata-rata dokter pasti akan menikah dengan dokter. Engga tau deh, kalo Rama mikirnya gimana.
“ Sholat dulu yok Rei, kamu lagi bisa sholat kan?” ujar Rama bangkit dari bangkunya
“ Iya bisa kok. Mushollah disini dimana Ram?”
“ Dibelakang ada sih, tapi kecil. Kalau mau sholat di masjid, kita ke rumah sakit aja, tempat aku praktek koas. Mau?
Reina menganggukan kepalanya tanda setuju
“ Nanti pesanan kita aku suruh pelayannya antar ke taman belakang rumah sakit aja “
Reina kembali menganggukan kepalanya tanda setuju
“ Ngangguk-ngangguk aja sih Rei, bilang iya kek gitu”
“ Iya Ram, iya”
Rama lalu tersenyum dan mereka pun berjalan keluar dari kafe tersebut. Jarak dari kafe ke rumah sakit tidaklah jauh. Hanya sekitar 50 meter jika berjalan kaki. Untuk ukuran dokter seperti Rama berjalan 50 meter bukanlah sesuatu yang luar biasa. Dia sudah terbiasa berjalan jauh. Bahkan terkadang jika pasien sedang banyak dirumah sakit. Dia bisa berdiri seharian tanpa ada duduk dan istirahat. Berbeda dengan Reina, yang jarang sekali jalan dan mudah lelah. Setidaknya begitulah Reina yang dulu di kenal Rama. Namun sekali ini Reina tidak terlihat lelah untuk berjalan, ia juga tidak menggerutu seperti yang biasa dia lakukan. Ia justru terlihat begitu tenang dan adem.
“ Kamu enggak capek Rei?”
“ Enggak kok”
“ Tumben. Dulu, pas sma setiap pulang sekolah dan kita jalan ke masjid yang ada di samping gang sekolah. Kamu kan selalu aja gerutu bilang capek, lama kali nyampenya, pegal dan sebagainya”
“ Terus kamu bakalan bohong dengan bilang, udah mau dekat tapi tetap aja engga sampe-sampe iyakan, hahaa”
“ Kalo anak kecil dibawa jalan harus dibilang gitu Rei, biar berhenti ngomelnya”
“Harusnya kamu siapkan chiki buat aku Ram,biar aku makan aja jadi engga ngomel”
“ Tapi sekarang kamu udah berubah ya”
“ Ram kita udah sampe, itukan masjidnya” ujar Reina melihat masjid di hadapannya
“ Iyaa Rei, cepat ya”
“ Iya Ram”
Mereka pun masuk ke masjid tersebut. Rama berjalan ke tempat wudhu laki-laki dan Reina ketempat wudhu perempuan. Sebelum berpisah Rama sempat berpesan kepada Reina jika nanti sudah siap sholat mereka akan kembali bertemu di teras masjid. Reina pun mengangguk dan meninggalkan Rama.
***
Tepat tujuh tahun yang lalu, Reina dan Rama juga pernah berjalan bersama menuju masjid. Saat itu mereka tengah duduk di kelas 3 SMA, keduanya sudah sangat dekat. Tidak seperti awal mereka berjumpa. Reina dan Rama adalah dua buah nama yang seolah tengah disatukan oleh waktu. Reina menemukan banyak kebahagian saat mengenal Rama dan kebahagian tersebut terus menemaninya selama tiga tahun. Pertama kalinya, ia merasakan bagaimana ada seseorang yang berjuang untuknya, rela berlarian untuknya, rela menunggunya berjam-jam, bahkan Rama membuat Reina merasakan sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya dan Rama pun melakukan sesuatu hal yang sebelumnya tak pernah ia lakukan kepada siapaun. “Reina itu berbeda, dia unik. Engga tahu kenapa, mungkin karena ia suka tertawa”. Pikir Rama
Reina sudah selesai mengambil wudu, ia kemudian masuk kedalam masjid tersebut dan melaksanakan shalat berjamaah dengan yang lainnya. Begitu juga Rama yang berada diantara makmum pria didepan sana. Setelah selesai sholat, Reina pun berdoa dan bersalaman dengan jamaah wanita yang kala itu ikut shalat bersamanya. Ditatap Reina wajah mereka, putih dan bersih. Mereka lalu melepas mukenahnya, seragam warna putih menghiasi tubuh mereka. Seragam yang sama seperti Rama. “Ternyata mereka dokter, atau masih dokter koas kayak Rama “ gumam Reina pelan
Reina lalu keluar dari masjid. Di depan, terlihat Rama yang tengah berbincang-bincang dengan seorang pria yang juga mengenakan snelli putih. Reina yang merasa segan pun memilih duduk di tepi masjid dan menunggu Rama. “ Rei sini “ teriak Rama. Reina pun bangkit dan berjalan ke arahnya
“ Rei, kenalkan ini dokter Nugraha”
“ Nug, ini Reina”
“ Reina temen lo pas SMA. Jadi ini orangnya, cantik dan baik”
Reina hanya senyum. Sejujurnya ia merasa bingung ketika berjumpa dengan orang baru dan orang tersebut selalu bilang jika ia adalah wanita yang baik. Bagaimana bisa seseorang dikatakan baik, jika kamu belum mengenalnya. Tapi mungkin Nugraha sudah mengenal tentang Reina dari Rama yang membuatnya bisa mengatakan demikian.
“Nug, duluan ya” ujar Rama
“ Jadi aku ditinggal nih setelah ada Reina”
“ Apaan sih nug “
“ Rei , kamu kok kuat sih dekat dekat sama pria dingin kayak gini
“ Nug”
“ Oke , sampai ketemu di ruang operasi lagi” ujar Nugraha yang pergi meninggalkan Reina dan Rama
Reina terus berjalan mengikuti Rama. Tanpa berkata sepatah apapun, ia mengikuti kemana kaki Rama melangkah. Ke kanan ya Reina ke kanan, Ke kiri ya ke kiri. Belok ya Reina juga belok.
“ Kamu engga nanya kita mau kemana? Dulu kan selalu ribut rei”
“ Engga ah, aku percaya kok sama kamu Ram”
“ Kita ke taman rumah sakit ya. Tadi aku udah minta pelayan kafenya buat ngantarin pesanan kita kesana”
“ Benerkan pasti aman kalau ikut kamu Ram”
“ Hati kamu juga aman kok kalau sama aku”
“ Apaa?”
“ Engga apa-apa”
“ Oiya kamu enggak ada terpincut gitu sama dokter di rumah sakit ini. Tadi aku jumpa di masjid dokter dokter wanita muda, wajahnya putih kinclong Ram. Cantik banget”
“ Kamu juga cantik kok. Macam bidadari surga malah”
“ Hahaaa”
“ Kumat gilaknya kan” ujar Rama
“ Ram” teriak Reina kesal
Rama lalu lari sambil tertawa melihat Reina dan Reina mengejarnya dari belakang….