Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sahara
MENU
About Us  

Seperti biasa, Yura duduk di kursi depan rumah dengan pakaian yang sudah siap kencan. Jeans abu-abu dengan kaus putih lengan pendek yang dipadukan jaket jeans berwaran biru agak tua. Gadis itu mengikat rambutnya yang sebahu. Kakinya dibalut sneaker berwarna putih dan kaus kaki se-mata kaki berwana abu-abu. Wajahnya hanya diberi bedak tipis dan lipbalm untuk melembabkan bibirnya yang pucat. Dia benar-benar siap, namun sejak tadi Hara belum datang. Membuat Yura merasa jengkel.

            “Oi, Sayur!” panggil laki-laki itu dari luar. Helmnya masih terpasang dan senyumnya terlihat di balik kaca helmnya. Dengan segera Yura pun berjalan keluar pagar rumahnya, kemudian menguncinya. Tadi pagi Ibunya kembali berangkat kerja, meninggalkan Yura sendiri di rumah.

            Setelah motor itu kembali melaju, Yura baru bertanya. “Kita makan siang dulu, Har?”

            Hara membelokkan motornya saat di pertigaan menuju sekolah. Jika sekolah mereka tinggal lurus mengikuti jalan, arah mal di mana teater bioskop berada dan satu tujuan Hara berada itu harus belok ke kiri. “Nggak, lah. Kita nonton voli bentar,” kata lelaki itu lugas, santai, sama sekali tidak merasa terganggu dari tatapan kaget gadisnya. “Kenapa? Belum makan lu? Kan kemarin udah gue bilang, kita nonton voli dulu,”  tanya Hara sembari melirik Yura dari kaca spion.

            Yura mendengus, sebal sendiri. Dia berpikir seharusnya tadi dia masak mie instan dulu sebelum berangkat. Sial sekali karena dia lupa bahwa kencan mereka akan selalu berbau voli dan semacamnya. Dia mulai bosan.

            “Iyalah, ogeb. Lo jadi cowok pekaan dikit kek, Ra,” keluhnya pada Hara yang terkikik geli melihat wajah sebal dari gadisnya.

            “Iya, maap deh,” ucapnya. “Yaudah nanti beli pempek dulu di depan lapangan. Pempeknya enak, tau,” kata Hara, berusaha membujuk Yura agar tidak marah padanya.

            Sekali lagi Yura mendengus. Percuma jika ia masih mengharapkan Hara akan berbaik hati pada dirinya untuk berbuat romantis. Hara bukan tipikal laki-laki seperti itu, dia lebih misterius. Lebih aneh. Yura yakin dalam kamus cowok itu, Hara nggak pernah berprilaku romantis pada siapapun.

            Sesampainya di lapangan voli daerah Senayan, Yura turun dan mengamati sekitar. Untungnya tempat ini tidak terlalu ramai. Terakhir kali Yura ke sini, tempat ini lebih penuh oleh lautan remaja yang ingin menonton. Yura harus menahan sesaknya antusiasme dari para penonton. Padahal yang mereka tonton cuman pertandingan voli! Bukan konser Korea kesukaan Nita atau setidaknya konser Shawn Mendes!

            “Ra,” Hara memanggil gadis itu, menyadarkannya dari lamunan. “Ayok, kita beli pempek sama minuman dingin sebelum masuk,” katanya sembari menggenggam tangan gadis itu, menghantarkan gelanyar aneh pada wajah Yura. Astaga, gadis itu tersipu! Catat, Yura tersipu karena Hara menggenggam tangannya.

            Habis membeli pempek beserta minuman, Hara kembali menarik kekasihnya untuk segera masuk dan menaiki tribun paling atas. Dari sini, Yura dapat melihat laki-laki berbeda seragam tengah memulai pertandingan dengan melempar koin. Permulaan yang klasik. Gadis itu mulai memakan pempeknya ketika pertandingan dimulai.

            Yura dapat melihat tatapan serius lelaki di sampingnya. Dari tampilan dan postur tubuh, sepertinya kali ini adalah pertandingan tim voli antar universitas. “Mereka dari univ mana aja?” tanya Yura langsung, tanpa bertanya apakah mereka dari SD. SMP, SMA, atau Mahasiswa.

            Hara melirik sekilas, sebelum kembali fokus menonton. “Anak UP sama UNJ,” katanya. Matanya sama sekali tidak bisa setidaknya melirik Yura lebih. Bagi Hara, bola voli seperti kekasih utamanya. Yura adalah selingkuhan. Tapi, bukankah itu terdengar tidak masuk akal?

            Pertandingan pun dimenangkan oleh tim hitam. Yura tidak tahu yang mana UP, yang mana UNJ. Tapi bila diliat dari warna seragam, sudah pasti bahwa tim hitam adalah UP. Sedangkan yang hijau tua adalah UNJ. Yura menenggak sisa minumannya sebelum ikut bangkit mengikuti Hara. Lagi-lagi cowok itu menggenggam tangannya, tidak memperdulikan tatapan sekitar yang melihat mereka aneh.

            Setelah keluar dan mereka sudah berada di parkiran, Yura merasa sedikit lega. Setidaknya habis ini mereka nonton, dan itu lebih baik dibandingan harus berlama-lama di sini.

            “Loh, bocah kecil?”

            Yura terdiam, dia menoleh dan menemukan sosok laki-laki tinggi yang tampan. Yura kenal cowok itu. Dia adalah Fandi, senior Kemal semasa SMP.

            Hara melihat Fandi dengan tatapan sebal. “Jangan panggil gua bocah kecil, elah. Mentang-mentang tinggi. Nggak adil,” balasnya.

            Yura terkekeh. Ternyata Hara bisa selucu ini.

            Fandi tertawa lalu melirik Yura dengan tatapan menilai, senyumnya mengembang kemudian melihat Hara kembali. “Ternyata walaupun masih kecil selera lo hebat juga,” katanya lalu pergi meninggalkan Hara yang sudah menghardik cowok itu dengan umpatan kasar.

            Yura tidak bisa menyembunyikan pipinya yang bersemu. Gadis itu menatap Hara yang juga menatapnya, kemudian Hara memberikan helm dan menaiki motor. Gadis itu tidak mengerti mengapa Hara menjadi sensi seperti ini. Tapi satu hal yang pasti, Hara akan selalu menggemaskan!

***

Semakin sore, mal yang Yura dan Hara datangi semakin ramai. Selepas menunggu Hara salat, keduanya pun berjalan ke arah teater film karena lima belas menit lagi film tersebut dimulai. Yura menunggu Hara yang sedang membeli pop corn dan minuman untuk mereka, kemudian keduanya memasuki teater 2 yang akan menayangkan film tersebut.

            Benar yang dikatakan Ayah Hara, film ini sepertinya sangat menarik penonton karena sudah ramai bahkan Yura dapat menemukan kursi mereka dengan mudah karena tinggal dua kursi tersebut yang kosong di barisan mereka.

           “Sayur,” Hara berbisik. “Kok gua mulai merinding, ya?” kata cowok itu, membuat Yura merasa geli dan sebal.

            “Ya lagian, kenapa lo malah terima aje sih,” balas gadis itu sebal. “Mending nonton film yang lain,” katanya.

            Hara menegakkan tubuhnya ketika lampu teater mulai dimatikan, kemudian layar di hadapan mereka mulai menyala. Meskipun masih iklan, tetap saja Hara merasa agak takut. Tapi, Hara nggak boleh terlihat benar-benar takut. Dia harus bisa sedikit jaga image di depan kekasihnya.

            Film pun dimulai penuh dengan ketegangan. Suara musik yang keras dan menakutkan membuat Yura berkali-kali memakan pop cornnya dengan tidak sabar. Kadang, gadis itu menutup mata, menarik Hara untuk melindunginya, atau meremas tangan cowok itu karena takut.

            Selama satu jam tiga puluh menit Yura menyiksa cowok itu, kadang saat Yura hampir berteriak, Hara akan menyumpal mulut gadisnya dengan pop corn rasa asin yang dia beli. Yura benar-benar penakut dengan film ini, dan sebenarnya Hara lebih takut jika kalian bertanya.

            “Gila dah, sumpah demi apapun gila!” sembur gadis itu ketika film telah usai. Yura menatap Hara yang berjalan santai di sampingnya. “Sumpah ya, Bapak lo bisa aja milih filmnya,” ujar gadis itu.

            Hara mengangguk. “Hm.”

            Yura melirik cowok itu, merasa aneh. “Kenapa? Kok balesannya singkat?” jarang sekali Hara mengabaikan kalimatnya. Biasanya juga Hara akan bawel atau mengusilinya. Tapi selesai dari menonton film, cowok itu seperti menutup diri dari keramaian bioskop.

          Hara melirik Yura, mukanya seperti menunjukkan bahwa dia tengah menahan sesuatu. “Eum, itu.. gimana ya,” dia melirik kanan dan menemukan sesuatu yang sejak penayangan film tadi dia tunggu-tunggu. “Aku kebelet, Ra. Serius, dah,” katanya lalu berlari ke kamar mandi. Meninggalkan Yura yang sudah tertawa geli tanpa memperdulikan tatapan aneh dari para pengunjung bioskop  yang tengah menunggu dibukanya teater.

***

Sesampainya di rumah, gadis itu segera membersihkan diri sebelum kembali duduk di kursi belajarnya. Dia punya satu niat terpendam, yang selama ini hanya dapat Yura diamkan tanpa berkeinginan untuk melanjutkan niatnya tersebut. Gadis itu duduk kemudian membuka laptopnya, mencari file lama kemudian meng-kliknya, membuat file tersebut terbuka. Menampilkan sederet kisah yang telah lama terhenti, bisa dibilang belum dilanjutkan kembali.

            Baru saja Yura hendak membaca karya lama tersebut, teleponnya berdering. Nama Nita tercetak jelas di sana, membuat dahi Yura berkerut dalam kemudian mengangkat telepon tersebut.

            “Kenapa?” Yura langsung menyembur Nita dengan pertanyaan tanpa menunggu gadis itu mengatakan keinginannya.

            Nita mendengus. “Buka pc napa, Yur,” katanya. “Gue udah di mcd deket rumah lo. Gece ke sini, Ra. Ada yang mau gue omongin,” ucap gadis itu mendiktaktor Yura agar segera menemuinya di McDonald dekat rumah gadis itu.

            Yura tersedak air liurnya sendiri. Dia menatap teleponnya yang masih tersambung dengan Nita, kemudian mendekatkannya lagi ke telinga kiri. “What? Seriously? Lo gila, apa?!” tanyanya.

            Nita tertawa. “Gua nggak gila, anjir. Udah sih, siniii. Gua mau curhat!”

            “Curhat apaan?” Yura bertanya sembari bangkit dan mengambil jaket jeans yang sebelumnya ia kenakan saat kencan dengan Hara. Dengan celana training dan hanya mengenakan sandal jepit, gadis itu keluar rumahnya. Masih dengan menelepon Nita.

            “Curhat tentang Taka. Penting!”

            Tapi bagi Yura, sama sekali tidak penting![]

a.n

Akhirnya bisa update. Muehehehe. Soalnya kemarin ku sibuk latihan buat menyambut maba-maba wkwkwkwk, jadinya udah keburu capek karena jalan dari lapangan rektorat ke venue yang paling jauhhh itu melelahkan sekali :(( eh udah ya curhatnya, semoga kalian puas dengan chapter 7 ini. Eheheheh

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (13)
  • wizardfz

    @[plutowati wahh emang ku buat manis manis biar abis itu kalian aku kasih pait paitnya dari cerita ini :v

    Comment on chapter Prolog
  • plutowati

    suka sama akhirnya, manis aja gitu

    Comment on chapter Prolog
  • DekaLika

    Ya udah besok janjian di kelas ya :p

    Comment on chapter Prolog
  • wizardfz

    @Sherly_EF waw makasihh wkwkwk, Yura bilang katanya sini kalo berani maju :'D wkwkwk

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • DekaLika

    Yura jangan nantang deh, rayuanku lebih mujarap dari puisimu wkwkwk

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • DekaLika

    Ter ter aku cuka, aku cuka :* :*
    Cerita bagus hihi

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • wizardfz

    @Sherly_EF wkwk iyaa kayak nama jepang jepang gitu hehe, btw kalo mau jadi pacar Hara harus adu puisi sama Yura dulu kata Yura wkwk

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • DekaLika

    Aah gitu. Iya sih Hara itu kayak nama2 jepang kan yaa hehe

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • DekaLika

    Hara kamu sweet, jadi pacar aku ajaa haha aku ga sensian kayak Yura kok wkwkwk

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • wizardfz

    @Sherly_EF Soalnya aku mau nama yang beda dari tokoh cowok lain kebanyakan, makanya pake nama dari Maehara alias dipanggil Hara hehehe

    Comment on chapter 2. Percakapan Aneh Kemal
Similar Tags
NAZHA
445      336     1     
Fan Fiction
Sebuah pertemuan itu tidak ada yang namanya kebetulan. Semuanya pasti punya jalan cerita. Begitu juga dengan ku. Sang rembulan yang merindukan matahari. Bagai hitam dan putih yang tidak bisa menyatu tetapi saling melengkapi. andai waktu bisa ku putar ulang, sebenarnya aku tidak ingin pertemuan kita ini terjadi --nazha
Fusion Taste
163      150     1     
Inspirational
Serayu harus rela kehilangan ibunya pada saat ulang tahunnya yang ke lima belas. Sejak saat itu, ia mulai tinggal bersama dengan Tante Ana yang berada di Jakarta dan meninggalkan kota kelahirannya, Solo. Setelah kepindahannya, Serayu mulai ditinggalkan keberuntunganya. Dia tidak lagi menjadi juara kelas, tidak memiliki banyak teman, mengalami cinta monyet yang sedih dan gagal masuk ke kampus impi...
Premium
Beauty Girl VS Smart Girl
11551      2919     30     
Inspirational
Terjadi perdebatan secara terus menerus membuat dua siswi populer di SMA Cakrawala harus bersaing untuk menunjukkan siapa yang paling terbaik di antara mereka berdua Freya yang populer karena kecantikannya dan Aqila yang populer karena prestasinya Gue tantang Lo untuk ngalahin nilai gue Okeh Siapa takut Tapi gue juga harus tantang lo untuk ikut ajang kecantikan seperti gue Okeh No problem F...
Pangeran Benawa
38227      6368     6     
Fan Fiction
Kisah fiksi Pangeran Benawa bermula dari usaha Raden Trenggana dalam menaklukkan bekas bawahan Majapahit ,dari Tuban hingga Blambangan, dan berhadapan dengan Pangeran Parikesit dan Raden Gagak Panji beserta keluarganya. Sementara itu, para bangsawan Demak dan Jipang saling mendahului dalam klaim sebagai ahli waris tahta yang ditinggalkan Raden Yunus. Pangeran Benawa memasuki hingar bingar d...
Believe
881      544     5     
Short Story
\"To be a superhero isn’t shallow-mindedly about possessing supernatural abilities; it’s about the wisdom one shares and the lives of other people one ameliorates.\" -TinLit
Because I Love You
1393      773     2     
Romance
The Ocean Cafe napak ramai seperti biasanya. Tempat itu selalu dijadikan tongkrongan oleh para muda mudi untuk melepas lelah atau bahkan untuk menghabiskan waktu bersama sang kekasih. Termasuk pasangan yang sudah duduk saling berhadapan selama lima belas menit disana, namun tak satupun membuka suara. Hingga kemudian seorang lelaki dari pasangan itu memulai pembicaraan sepuluh menit kemudian. "K...
Renata Keyla
6812      1576     3     
Romance
[ON GOING] "Lo gak percaya sama gue?" "Kenapa gue harus percaya sama lo kalo lo cuma bisa omong kosong kaya gini! Gue benci sama lo, Vin!" "Lo benci gue?" "Iya, kenapa? Marah?!" "Lo bakalan nyesel udah ngomong kaya gitu ke gue, Natt." "Haruskah gue nyesel? Setelah lihat kelakuan asli lo yang kaya gini? Yang bisanya cuma ng...
She's (Not) Afraid
1965      867     3     
Romance
Ada banyak alasan kecil mengapa hal-hal besar terjadi. Tidak semua dapat dijelaskan. Hidup mengajari Kyla untuk tidak mengharapkan apa pun dari siapa pun. Lalu, kehadiran Val membuat hidupnya menjadi lebih mudah. Kyla dan Val dipertemukan ketika luka terjarak oleh waktu. Namun, kehadiran Sega mengembalikan semua masalah yang tak terselesaikan ke tempat semula. Dan ketika kebohongan ikut b...
Simbiosis Mutualisme
312      205     2     
Romance
Jika boleh diibaratkan, Billie bukanlah kobaran api yang tengah menyala-nyala, melainkan sebuah ruang hampa yang tersembunyi di sekitar perapian. Billie adalah si pemberi racun tanpa penawar, perusak makna dan pembangkang rasa.
Alvira ; Kaligrafi untuk Sabrina
14337      2597     1     
Romance
Sabrina Rinjani, perempuan priyayi yang keturunan dari trah Kyai di hadapkan pada dilema ketika biduk rumah tangga buatan orangtuanya di terjang tsunami poligami. Rumah tangga yang bak kapal Nuh oleng sedemikian rupa. Sabrina harus memilih. Sabrina mempertaruhkan dirinya sebagai perempuan shalehah yang harus ikhlas sebagai perempuan yang rela di madu atau sebaliknya melakukan pemberontakan ata...