Read More >>"> Sahara (15. Kuis Dadakan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sahara
MENU
About Us  

Bagi Hara, kuis dadakan merupakan  kesialan yang tidak berujung. Lelaki itu memainkan pensil mekaniknya, mengeluarkan dan memasukkan isi pensil dengan pikiran yang melayang ke tempat lain. Dia mendengus, sebal karena soal-soal Sejarah di depan sana tidak ada yang mudah sama sekali. Mendingan main voli, gampang, pikirnya sembari menuliskan jawaban. Menyontek pada Kemal yang sudah selesai nomor satu.

            “Loh, kok jawabannya Soekarno, Mal?” Hara membaca kertasnya sekali lagi. Memastikan bahwa jawaban yang ia tulis benar adanya.

            Kemal melirik Hara sebal. Cowok itu selalu banyak bertanya, padahal kerjaannya cuman nyontek tiap kali ujian atau kuis. “Ya emang itu yang nulis pancasila kan Soekarno, Har,” Kemal kembali menulis, mengabaikan pertanyaan lain dari Hara tentang ‘Kata siapa kalo yang nulis Soekarno? Lo emang pernah dikasih tau sama Soekarnonya, Mal?’

            Astaga. Mau nampol orang rasanya.

            Selama kuis, meja Hara dan Kemal selalu berisik membuat Pak Guntur menatap keduanya dengan tajam. Meminta mereka untuk diam atau kertas jawaban kuis akan ditarik paksa. Menyerah, Kemal benar-benar mengabaikan pertanyaan absrud Hara dan mulai mengerjakan soal dengan serius. Sedangkan Hara sejak tadi tidak berubah. Lelaki itu hanya memainkan pensil mekanik, menulis jawaban, kemudian bertanya tentang jawaban yang ditulis Kemal.

            Kuis pun selesai dengan Kemal yang berhasil menyelesaikan 5 pertanyaan kuis, dan Hara yang baru saja ingin menyelesaikan pertanyaan nomor 5. Lelaki itu mendengus keras, memandang kertas jawaban yang dibawa Pak Guntur keluar kelas disusul deringnya bel istirahat yang meramaikan sekolah. Ia pun memasukkan pulpennya ke dalam saku baju, kemudian membiarkan buku tulis Sejarahnya tergeletak di atas meja. Ia tinggalkan begitu saja.

            Seperti istirahat kebanyakan, kantin akan ramai dikelilingi manusia-manusia kelaparan sejak dimulainya waktu belajar. Hara langsung menempati tempat yang cukup untuk enam orang, jaga-jaga jika Yura tidak dapat tempat duduk. Laki-laki itu menyuruh Kemal untuk membelikannya nasi goreng dan jus jeruk, kemudian memandangan pintu kantin. Menunggu Yugo dan Taka yang akan datang dari kelas IPA.

            Selain Yugo dan Taka, sebenarnya Hara juga menunggu Yura. Tapi cowok itu tau bahwa gadis itu akan kekeuh untuk mencari tempat lain. Melihat gadis itu memasuki kantin, Hara buru-buru membenarkan posisi duduknya.       Kemal datang dengan nasi goreng miliknya serta jus jeruk yang terlihat segar. Lelaki itu menerimanya dengan sigap, kemudian memakannya dengan terburu-buru. Salah tingkah dilirik Yura sekilas.

            “Lo kenapa segila ini, sih? Kalo dilirik pacar sendiri,” Kemal sudah duduk dengan mie ayam yang dia beli, kemudian ikut makan dengan hikmat. Menghabiskan mie ayam di hadapannya lebih mengasyikkan dibandingkan melihat Hara harus salah tingkah hanya karena kekasihnya.

           Taka dan Yugo bergabung dengan makanan yang merak bawa. “Ngomongin apaan, nih?” Yugo ikut bertanya, bergabung dalam obrolan antara Hara dan Kemal.

            Kemal, sambil memakan mie ayamnya, menjawab. “Biasa, si Hara salting gara-gara dilirik Yura,” katanya dengan lugas, kemudian menyumpit mienya kembali, memasukkannya ke dalam mulutnya yang terbuka lebar.

            Hara mendengus, melirik Yura sekali lagi, sepertinya gadis itu berhasil menemukan kursi kosong. Kali ini Hara makan tanpa Yura duduk di sampingnya.

            “Muka lu lesuh amat, njir,” Yugo menyenggol Hara, berusaha menghibur cowok itu. “Jangan alay, Har, malu sama umur,” dia berniat bercanda, tapi raut wajah Hara semakin tertekuk. Yugo bungkam.

            Taka yang sejak tadi diam pun mendengus, sebal. “Najis,” kemudian makan lagi dalam diam, dan Hara melirik lelaki itu sembari mendelik.

            “Ngomong-ngomong, hubungan lo sama Nita gimana, Ka?”

            Pertanyaan Hara sukses membuat lelaki pendiam itu tersedak batagornya. Tenggorokannya sakit, dia seger meminum air mineral yang dibelinya kemudian menatap wajah tanpa dose Hara dengan penuh minat. Minat untuk ditampol.

            “Kok lo bacot?” Taka balas mendelik, benar-benar jengkel.

            Hara melotot. “Lo duluan, anjing,” hujatnya, dengan kalimat kasar.

            Taka balas melotot. “Yee, bangsat. Cowok lemah, dasar. Mainnya ngegas doang, tingkah lakunya kayak bocah,” dia kembali memakan batagornya, membiarkan Hara yang merasa panas dan berniat memukul kepala lelaki itu sebelum Kemal menahannya.

            “Udah, udah. Kok lo berdua jadi berantem gini dah,” Kemal merasa heran, memukul kepala kedua temannya itu agar sadar bahwa mereka sedang berada di kantin. Apalagi seluruh mata siswa sempat memperhatikan cek cok keduanya, terutama kedua gadis yang duduk tidak jauh dari kursi mereka. Pertengkaran Hara dan Taka yang panas tadi sempat mencolok, tapi Kemal segera mendinginkannya.

            Yugo mengangguk, wajahnya pucat karena dia takut kedua temannya itu akan berakhir adu jotos hanya karena saling mengejek. “Jangan berantem dong, udah gede. Malu.”

            Taka mendengus, dia kembali tidak peduli dengan memakan batagornya lagi. Begitu pula Hara yang langsung melirik Yura yang tengah menatapnya. Lelaki itu tersenyum, sadar bahwa dirinya selama ini memang masih kekanakan. Dia pun menatap Taka yang sejak tadi berubah tidak peduli, memukul kepala lelaki itu dengan santai.

            “Sori, gue kekanakan tadi,” Hara berkata, meminta maaf atas sikapnya. “Minggu depan kita ada pertandingan, gue nggak mau atmosfer tim rusak gegara pertengkaran kecil kita,”cowok itu menyelesaikan masalahnya dengan damai, membuat senyum kecil Taka terbit meski sekilas.

            “Hm.”

            “Btw, Ka. Lo beneran gak ada hubungan apa-apa sama Nita?” Hara kembali bertanya, kini nadanya benar-benar normal dan polos.

            Kemudian Taka benar-benar memukul kepala lelaki itu telak, sangat jengkel dengan pertanyaan menyebalkan itu.

***

Hara memukul bolanya dengan telak. Bunyi Tak! menggema di seluruh lapangan voli, membuat sunyi yang sempat tercipta kembali bersuara. Lelaki itu kembali baris ke depan, menunggu gilirannya memukul bola lagi.

            “Har,” Yugo yang berdiri di belakangnya memanggil cowok itu. “Itu, di pintu lapangan ada cewek lo. Kok belum pulang, ya?”

            Hara menoleh kala Yugo memberitahukan keberadaan Yura di pintu masuk lapangan voli. Gadis itu benar-benar berdiri di sana, dengan tas tangan menggenggam minuman penambah energi.

            Langkah kaki Hara membawa lelaki itu menuju gadis itu yang semakin bergetar, entah merasa takut karena diperhatikan oleh banyak cowok, atau gugup karena kedatangan Hara yang mendatanginya. Hara berhenti, menatap gadis di hadapannya sembari menunggu sapaan gadis itu.

            “Nih,” Yura mendorong botol minuman itu dengan terburu-buru, lantas mundur selangkah. “Jangan kemaleman pulangnya, nanti masuk angin,” lalu gadis itu hendak berbalik sebelum Hara menahan tangannya.

            “Makasih, ya,” kata lelaki itu, kemudian berlari ke tempat peletakan tas, memasukkan minuman penambah energi ke dalam tas, lantas kembali berlatih.

            Yura memerhatikan setiap langkah Hara, gerakan lelaki itu berlari kemudian memukul bola dengan keras. Tanpa ampun. Seakan bola voli berharis biru itu melakukan keasalahan.

            “Semangat!” teriaknya dengan keras membuat lapangan voli senyap sejenak, termasuk Hara yang melotot melihat Yura telah berlari meninggalkan lapangan. Menyisakan tawa mengejek serta menggoda, membuat wajah serta kedua telinga Hara memerah.

            “Aduh, manis banget.”

***

 

Hara pulang pukul 8 malam. Makan malam sudah selesai setengah jam lalu ketika dia bertanya pada Mama yang tengah menonton televisi di ruang keluarga, bersama Ayahnya yang asik mengetik sesuatu di laptop. Hani juga sudah tidur ketika Hara menengok ke kamarnya. Tumben sekali cepat tidurnya.

            Lelaki itu membersihkan dirinya kemudian salat dan turun ke bawah, makan malam sendirian sembari menonton pertandingan voli di ponselnya.

            “Kamu nggak capek apa, Har? Pulang malem tiap hari, terus makan malem sendirian, latihan lagi di rumah, baru deh tidur,” Mama tiba-tiba saja duduk di hadapannya, membawa piring berisi dua potong puding cokelat. “Abis makan nasi, makan ini ya. Biar makin semangat latihannya,” wanita itu bangkit berdiri, mengusap kepala Hara lembut sebelum kembali menonton televisi.

            Kalau boleh jujur, Hara sebenarnya mulai lupa apa itu lelah. Dia terlalu bersemangat sepanjang hari untuk bermain voli. Tidak pernah terpikirkan bahwa ada saatnya fisiknya akan menurun, kemudian dia jatuh sakit. Tapi sampai saat ini Hara nggak pernah sakit karena kelelahan, palingan juga sakit kepala gara-gara soal Sejarah dan Matematika.

            Selesai makan, lelaki itu membuka aplikasi Line miliknya. Membuka kontak Yura kemudian menelepon gadis itu. Sudah menjadi kebiasaan Hara untuk menelepon Yura malam-malam, entah apakah ini termasuk kebiasaan buruk atau baik. Yang jelas suara Yura selalu menjadi semangat untuknya buat latihan malam ini. Ditemani sepiring puding yang dibawakan Mama tadi.

            “Hai,” Hara menyapa, menatap langit malam yang sepi kemudian bola voli yang tergeletak di bawah ring basket. “Lagi ngapain?”

           “Belajar,” Yura menjawab dengan singkat. Sepertinya Hara ingat kalau besok Yura ada ulangan harian Fisika. Pasti gadis itu tengah belajar ekstra, padahal otaknya pas-pasan.

            “Suaranya lemes banget, deh. Semangat dong!” Lelaki itu mengambil bola voli yang tergeletak tersebut, kemudian melemparnya untuk dimasukkan ke ring basket. “Aku juga besok ada ulangan. Ekonomi. Bikin pusing.”

            “Kenapa nggak belajar?” kini nadanya lebih khawatir.

            “Males.” Jawaban yang santai, tapi Hara nggak peduli. Dia memang malas dengan Ekonomi, cuman bikin mual.

            “Belajar gih! Jangan main voli mulu!”

            “Kalo nggak mau, gimana?” Cowok itu tersenyum kecil, dia membayangkan wajah Yura yang berubah masam.

            “Yaudah aku tutup teleponnya!” Kemudian sambungan terputus, Hara tertawa geli mengetahui tingkah laku Yura saat ngambek. Lelaki itu kembali menelepon gadisnya, menunggu beberapa deringan sebelum kembali diangkat oleh gadis itu.

            “Apa lagi?!”

            “Eh, santai nyai,” Hara bergurau. “Iya, abis latihan belajar kok.”

            “Bagus deh.”

            “Belajar mencintaimu,” kemudian Hara tertawa kencang, membayangkan wajah Yura yang sudah mirip kepiting rebus.

            “Maehara!”

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (13)
  • wizardfz

    @[plutowati wahh emang ku buat manis manis biar abis itu kalian aku kasih pait paitnya dari cerita ini :v

    Comment on chapter Prolog
  • plutowati

    suka sama akhirnya, manis aja gitu

    Comment on chapter Prolog
  • DekaLika

    Ya udah besok janjian di kelas ya :p

    Comment on chapter Prolog
  • wizardfz

    @Sherly_EF waw makasihh wkwkwk, Yura bilang katanya sini kalo berani maju :'D wkwkwk

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • DekaLika

    Yura jangan nantang deh, rayuanku lebih mujarap dari puisimu wkwkwk

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • DekaLika

    Ter ter aku cuka, aku cuka :* :*
    Cerita bagus hihi

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • wizardfz

    @Sherly_EF wkwk iyaa kayak nama jepang jepang gitu hehe, btw kalo mau jadi pacar Hara harus adu puisi sama Yura dulu kata Yura wkwk

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • DekaLika

    Aah gitu. Iya sih Hara itu kayak nama2 jepang kan yaa hehe

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • DekaLika

    Hara kamu sweet, jadi pacar aku ajaa haha aku ga sensian kayak Yura kok wkwkwk

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • wizardfz

    @Sherly_EF Soalnya aku mau nama yang beda dari tokoh cowok lain kebanyakan, makanya pake nama dari Maehara alias dipanggil Hara hehehe

    Comment on chapter 2. Percakapan Aneh Kemal
Similar Tags
Secret Garden
234      199     0     
Romance
Bagi Rani, Bima yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Bima, Rani yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar jiwa?
Iblis Merah
8033      2205     2     
Fantasy
Gandi adalah seorang anak yang berasal dari keturunan terkutuk, akibat kutukan tersebut seluruh keluarga gandi mendapatkan kekuatan supranatural. hal itu membuat seluruh keluarganya dapat melihat makhluk gaib dan bahkan melakukan kontak dengan mereka. tapi suatu hari datang sesosok bayangan hitam yang sangat kuat yang membunuh seluruh keluarga gandi tanpa belas kasihan. gandi berhasil selamat dal...
14 Days
796      575     1     
Romance
disaat Han Ni sudah menemukan tempat yang tepat untuk mengakhiri hidupnya setelah sekian kali gagal dalam percobaan bunuh dirinya, seorang pemuda bernama Kim Ji Woon datang merusak mood-nya untuk mati. sejak saat pertemuannya dengan Ji Woon hidup Han Ni berubah secara perlahan. cara pandangannya tentang arti kehidupan juga berubah. Tak ada lagi Han Han Ni yang selalu tertindas oleh kejamnya d...
Not Alone
466      226     3     
Short Story
Mereka bilang rumah baruku sangat menyeramkan, seperti ada yang memantau setiap pergerakan. Padahal yang ku tahu aku hanya tinggal seorang diri. Semua terlihat biasa di mataku, namun pandanganku berubah setelah melihat dia. "seseorang yang tinggal bersamaku."
Dear Vienna
334      253     0     
Romance
Hidup Chris, pelajar kelas 1 SMA yang tadinya biasa-biasa saja sekarang jadi super repot karena masuk SMA Vienna dan bertemu dengan Rena, cewek aneh dari jurusan Bahasa. Ditambah, Rena punya satu permintaan aneh yang rasanya sulit untuk dikabulkan.
Unexpected You
347      245     0     
Romance
Pindah ke Indonesia dari Korea, Abimanyu hanya bertekad untuk belajar, tanpa memedulikan apapun. tapi kehidupan tidak selalu berjalan seperti yang diinginkannya. kehidupan SMA terlalu membosankan jika hanya dihabiskan untuk belajar saja. sedangkan Renata, belajar rasanya hanya menjadi nomor dua setelah kegemarannya menulis. entah apa yang ia inginkan, menulis adalah pelariannya dari kondisi ke...
Ketos pilihan
441      293     0     
Romance
Pemilihan ketua osis adalah hal yang biasa dan wajar dilakukan setiap satu tahun sekali. Yang tidak wajar adalah ketika Aura berada diantara dua calon ketua osis yang beresiko menghancurkan hatinya karena rahasia dibaliknya. Ini kisah Aura, Alden dan Cena yang mencalonkan ketua osis. Namun, hanya satu pemenangnya. Siapa dia?
A D I E U
1837      675     4     
Romance
Kehilangan. Aku selalu saja terjebak masa lalu yang memuakkan. Perpisahan. Aku selalu saja menjadi korban dari permainan cinta. Hingga akhirnya selamat tinggal menjadi kata tersisa. Aku memutuskan untuk mematikan rasa.
Sweet Scars
222      185     1     
Romance
TRAUMA
73      68     0     
Romance
"Menurut arti namaku, aku adalah seorang pemenang..akan ku dapatkan hatimu meskipun harus menunggu bertahun lamanya" -Bardy "Pergilah! Jangan buang waktumu pada tanaman Yang sudah layu" -Bellova