Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sahara
MENU
About Us  

Yura membuat nasi goreng penuh semangat karena hari ini adalah pengumuman babak pertama untuk lomba puisi, dan Yura nggak sabar dijemput Hara pagi ini. Gadis itu menuangkan nasi gorengnya ke atas piring, kemudian mulai memakan sarapanya dengan nikmat. Menikmati tiap menitnya sebelum Hara menjemputnya nanti.

            Selesai dengan sarapannya, Yura mengenakan kaus kaki kemudian sepatu, kemudian menyampirkan tali tasnya. Gadis itu keluar dari rumah dan mengunci pintu, lalu duduk di depan rumah menunggu si cowok nyebelin yang suka banget telat. Tapi Yura lagi nggak mau marah-marah, dia terlalu gugup untuk menunggu hasil pengumuman yang akan dipajang di mading pagi ini.

            Lima belas menit Yura menunggu, tapi Hara tak kunjung menampakkan diri. Gadis itu melirik ponselnya, balasan dari Hara yang mengatakan “OTW” sunggub bulshit jika Yura baca kembali. Hara, dengan segala kengaretannya sudah membuat Yura pusing pagi-pagi. Padahal Yura berharap pagi ini akan terasa lebih berbeda.

            Lima menit kemudian, tepat di pukul enam lebih 25 menit, motor Hara terparkir manis di depan rumahnya. Gadis itu segera bangkit kemudian membuka pagar lalu menguncinya. “Lama,” gerutu Yura sebelum naik ke atas motor. “Cepetan jalan!” Dia mulai marah.

            Dengan cepat Hara pun kembali menjalankan motornya, cukup ngeri melihat Yura yang mulai tidak sabar. Oke, Hara tau hari ini adalah hari yang penting untuk gadis itu, tapi jangan segalak ini dong!

            Sampai di sekolah, tanpa melirik Hara, Yura segera berlari menuju mading terdekat. Dia menyelip di antara tumpukan siswa yang memenuhi mading, mencari namanya dengan teliti sebelum membulatkan kedua bola matanya. Namanya ada di urutan ke enam, dengan total sepuluh nama yang lolos untuk babak terakhir. Babak final.

            “Alhamdulillah! Gila lah, sumpah gila!” Yura kegirangan. Dia keluar dari kerumunan siswa dan menatap Hara yang memandangnya dengan senyum lebar. Awalnya, Yura pikir hari ini adalah akhir hidupnya, merasakan kekalahan untuk keberapa kalinya dan melihat Hara di akhir pertandingan dengan senyum mengembang. Namun hari ini, Yura harus percaya bahwa usaha tidak pernah menghianati hasil.

            “Bener, kan?” Hara mengikuti Yura yang tengah gembira menuju kelas. “Aku udah bilang, kamu pasti lolos babak selanjutnya. Toh, puisi kamu keren-keren,” kata lelaki itu kemudian bersandar di kusen pintu kelas Yura, menatap gadis itu dengan kerlingan jahil. “Udah ya, jelek!”

            Yura terdiam saat Hara mencubit pipinya, kemudian meneriaki cowok itu dengan murka karena bilang kalau Yura jelek. “Dasar cowok gila voli!” teriak Yura di tengah alunan bel yang berdering, membuat banyak siswa berlari tergesa-gesa menuju kelas mereka. Takut jika guru sudah masuk kelas.

            Sedangkan Yura sudah duduk manis di kursinya. Tunggu, dia lupa kalau hari ini ada jadwal upacara, dan kelas Hara yang akan menjalankan tugas menjalankan upacara dari pembawa bendera sampai pemimpin upacara. Dengan cepat Yura mengeluarkan topinya lalu menarik Nita agar segera turun ke lapangan. Upacara sudah mau dimulai.

            Di lapangan, Yura dapat melihat Hara dibarisan paduan suara. Lelaki itu baris paling depan, dengar-dengar karena Hara paling pendek, jadilah lelaki itu ditaruh di depan. Biar keliatan.

            Gadis itu menahan tawa saat Hara terus diledek oleh beberapa teman sekelasnya, bilang kalau Hara imut sekali padahal lelaki itu anggota voli.

            Setelah barisan siswa dirapihkan, upacara pun dimulai dengan tenang. Langit biru dengan sinar matahari yang terasa hangat seakan tanda  bahwa hari ini menjadi hari yang paling berarti bagi Yura. Pertama kalinya dia lolos dalam perlombaan, pertama kali dia dapat melihat namanya menjadi salah satu nama yang berhak menang, pertama kali dia tau bahwa setiap orang punya kesempatan untuk menjadi sang juara.

            Yura mulai lupa bahwa perjalanannya masih panjang, dan setiap perjalanan itu akan ada tantangan yang lebih berat dari pada dikalahkan. Yaitu terlupakan.

***

Selama menunggu bel istirahat, Yura menatap langit biru yang mulai berubah abu-abu. Sepertinya akan turun hujan, padahal Yura berpikir bahwa ini adalah hari terbaiknya. Gadis itu memutar pulpennya, menatap Bu Tiwi dengan pandangan bosan. Meskipun lima menit lagi bel istirahat akan terdengar, tapi sepertinya pelajaran Pkn masih terasa panjang. Meskipun pembahasannya hanya soal PKI yang penuh perdebatan dengan beberapa temannya yang menyukai kisah tersebut.

            “Kapan sih, Bu Tiwi sadar kalo kita butuh istirahat,” keluh Nita sembari menelungkupkan wajahnya. Menatap halaman buku cetak Pkn dengan pandangan jenuh. “Setidaknya gue mau makan, abis itu gak apa deh ngomongin PKI lagi,” ucapnya.

            Yura mengangguk setuju, dia juga lapar, dan haus. Tapi setelah lima menit bel istirahat terdengar  nyaring, mengusik Bu Tiwi dengan pembahasan PKInya, wanita yang hampir berkepala empat itu masih kekeuh dengan mengajar. Baru sepuluh menit setelahnya, kelas Yura diperbolehkan istirahat. Menyisakan lima belas menit waktu istirahat yang sama sekali tidak mencukupi.

            Menyebalkan.

            “Hah! Setidaknya gue bisa makan bakmi,” celoteh Yura ketika mereka berhasil mendapatkan bakmi yang  tempatnya dipenuhi beberapa siswa lainnya. Gadis itu melirik kursi yang baru saja ditinggalkan, jauh dari Hara dan tiga temannya. Yura tersenyum dan menoleh pada Nita yang tengah menatap Taka dari jauh, mendengus. “Woi, Nit! Ayuk, ih. Sebelum kursinya diambil orang,” Yura menarik Nita dengan sebal, mengajak gadis itu untuk duduk di kursi mereka.

            Tapi sayang, baru saja lima langkah mendekati kursi tersebut, kursi itu malah diduduki teman sekelasnya. Dengan malas akhirnya Yura menuruti Nita, duduk di kursi yang sama dengan Hara dan lainnya. Aduh, Yura masih berharap ini hari terbaiknya. Jauh dari Hara, setidaknya sampai bel pulang nanti.

            “Eh, Ra, gue denger lo lolos babak pertama ya?” Yugo bertanya setelah menghabiskan jus jeruknya. Menatap Yura yang langsung tersenyum lebar lalu mengangguk. “Wah, hebat! Katanya babak finalnya dinilai dari vote siswa. Votenya mulai kapan, Ra?” Yugo bertanya lagi.

            Kemal yang tengah mengunyah es batu lantas menyahut. “Katanya mulai besok,” dia menelan es batunya, kemudian kembali berbicara. “Gue baca grup OSIS, sih.”

            “Iyalah. Lo kan anggotanya,” balas Hara sembari terkekeh. “Pokoknya kalian harus vote pacar gue!” lelaki itu menatap ketiga temannya dengan pandangan menuntut.

            Taka yang sejak tadi hanya diam pun menyahut. “Bawel,” balasnya, kemudian kembali memakan cikinya dengan kalem.

            “Kalo menang, emang dapet apaan?” tanya Yugo, penasaran. Dia sebenarnya nggak terlalu tau dengan perlombaan puisi dan lomba lainnya yang tengah diadakan sekolah. Seperti lomba Kimia, Fisika, Matematika, atau lomba karya seni seperti lomba baca puisi yang akan diadakan besok di aula, dan lomba karikatur, lomba nyanyi, dan masih banyak lagi.

            Kemal, selaku anggota OSIS yang bergerak di bidang olahraga dan kesenian pun menjawab. “Itu buat persiapan OSN sama FL2SN. Kedua lomba tersebut adalah lomba yang paling ditunggu-tunggu banyak sekolah, buat nambah prestasi bidang akademik maupun non akademik seperti puisi dan nyanyi,” dia menghirup sisa es teh manisnya, kemudian kembali bersuara. “Lomba yang kita ikutin yaitu O2SN merupakan salah satunya. Lomba non akademik, lomba olahraga. Selain voli, sekolah kita juga ikut lomba basket, tenis meja, bulu tangkis, sepak bola, dan catur.”

            “Wah, hebat juga ya. Pantes si Taka ditawarin buat ikut lomba Matematika sama wali kelas,” ucap Yugo sembari menunjuk Taka yang terlihat santai.

          Nita membulatkan matanya, tidak percaya. “Demi apa? Wih, keren deh! Ternyata Taka jago Matematika, ya?” gadis itu menatap Taka dengan pandangan kagum. Sedangkan laki-laki yang ditatap mencoba menghindar dari tatapan itu, karena dia merasa risih dan bingung mau merespon seperti apa.

            “Emang si Takajelek itu pinter,” sahut Hara tidak suka. “Tapi gue lebih pinter, kok!” dia tersenyum bangga, melirik Yura yang hanya mendesah sembari memakan bakminya dengan nikmat.

            “Pinter apaan?” Taka menatap cowok itu, pandangan meremehkan.

            “Pinter kabur dari pelajaran! Hahahaha,” kata Kemal lalu tertawa, kemudian mulutnya langsung dibekap oleh Hara yang kebetulan duduk di hadapannya.

            Hara melirik Yura yang sudah kehilangan kesabaran. Gadis itu benar-benat lupa bahwa ini adalah hari terbaiknya. Karena mendengar Hara yang masih sering kabur dari kelas, Yura pikir mencubit Hara sebentar tidak apa-apa.

            “Maehara!”

***

Sepulang sekolah, Yura kaget saat melihat Ibunya yang tengah memasak di dapur. Gadis itu ingat sekali percakapan mereka semalam, bahwa Ibunya akan pulang dua Minggu lagi. Tapi kenapa malah lebih cepat dari dugaannya?

            “Kok udah pulang?” tanya Yura sembari duduk di meja makan, memperhatika Ibunya yang tengah memasak.

            Wanita itu menoleh, tersenyum. “Kebetulan penelitiannya tinggal buat proposal, jadi Ibu pulang bentar buat ngeliat kamu. Besok harus balik lagi,” kata Ibu sembari menuangkan tumis kangkung ke atas piring. “Kamu mandi gih, udah sore. Nanti abis maghrib kita makan.”

            Yura mengangguk mantap, menaiki tangga dengan perasaan senang tidak karuan. Malam ini dia nggak harus masak pasta, atau mie, atau memesan melalui grabfood jika sudah malas untuk bergerak ke dapur. Gadis itu membuka pakaiannya, kemudian mulai melakukan ritual mandi.

            Yura keluar dari kamar dengan mengenakan celana pendek selutut dengan kaus polos berwarna merah muda. Gadis itu menyalakan televisi, menonton acara komedi di depannya sambil menunggu disuruh makan.

            Sehabis salat maghrib, Ibu memanggil Yura yang masih asik menonton untuk ke meja makan. Mereka akan makan malam bersama, dan Yura dengan semangat sudah duduk di kursi dan mulai menyendok nasi. Masakan Ibunya selalu menjadi nomor satu yang paling terenak.

            “Gimana sekolah? Lomba puisi kamu, gimana?” Ibu memulai pembicaraan sembari menuangkan air ke gelas Yura, kemudian memulai makannya.

            Yura mengulum senyum. “Aku lolos babak pertama, besok mulai voting. Tiga puisi yang memiliki voting paling banyak, dia yang ikut lomba FL2SN, Bu!” seru Yura antusias. Dia menyuapkan tumis kangkungnya, melanjutkan aktivitas makannya.

            Wiwit, Ibu Yura, sangat terkejut mendengar kabar itu. Pasalnya selama Yura mengikuti lomba puisi atau karya tulis lainnya, gadis itu tak pernah lolos sekalipun hanya babak pertama. Selalu gugur. Wanita itu mengusap pipi anak gadisnya, merasa bangga. “Alhamdulillah, Nak. Ibu seneng dengernya,” ucap wanita tersebut penuh syukur. Wiwit jarang melihat anaknya segembira ini hanya karena lomba kepenulisan.

            Yura mengangguk penuh kegirangan. “Iya, Bu. Pokoknya Ibu doain Yura, yah. Biar Yura bisa ikutan FL2SN mewakili sekolah! Yura pengin kayak Hara, Bu,” ungkap gadis itu, kemudian kembali makan.

            Wiwit tersenyum kecil, mengangguk. Wanita itu sekali lagi menatap anak gadisnya, berharap kali ini setidaknya Yura menemukan jati dirinya. Wanita itu berharap meskipun nanti jika Yura tidak lolos, tekat gadis itu untuk menjadi penulis tak pernah pudar. Tapi Wiwit selalu berdoa, kali ini Yura berhasil menjadi juara di sekolahnya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (13)
  • wizardfz

    @[plutowati wahh emang ku buat manis manis biar abis itu kalian aku kasih pait paitnya dari cerita ini :v

    Comment on chapter Prolog
  • plutowati

    suka sama akhirnya, manis aja gitu

    Comment on chapter Prolog
  • DekaLika

    Ya udah besok janjian di kelas ya :p

    Comment on chapter Prolog
  • wizardfz

    @Sherly_EF waw makasihh wkwkwk, Yura bilang katanya sini kalo berani maju :'D wkwkwk

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • DekaLika

    Yura jangan nantang deh, rayuanku lebih mujarap dari puisimu wkwkwk

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • DekaLika

    Ter ter aku cuka, aku cuka :* :*
    Cerita bagus hihi

    Comment on chapter 4. Hara Semakin Sibuk
  • wizardfz

    @Sherly_EF wkwk iyaa kayak nama jepang jepang gitu hehe, btw kalo mau jadi pacar Hara harus adu puisi sama Yura dulu kata Yura wkwk

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • DekaLika

    Aah gitu. Iya sih Hara itu kayak nama2 jepang kan yaa hehe

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • DekaLika

    Hara kamu sweet, jadi pacar aku ajaa haha aku ga sensian kayak Yura kok wkwkwk

    Comment on chapter 3. Latih Tanding
  • wizardfz

    @Sherly_EF Soalnya aku mau nama yang beda dari tokoh cowok lain kebanyakan, makanya pake nama dari Maehara alias dipanggil Hara hehehe

    Comment on chapter 2. Percakapan Aneh Kemal
Similar Tags
KAFE IN LOVE
1516      905     1     
Romance
Ini adalah cerita mengenai Aura dan segudang konfliknya bersama sahabatnya Sri. Menceritakan Kisah dan polemik masa-masa remajanya yang dia sendiri sulit mengerti. belum lagi, kronik tentang datangnya cinta yang tidak ia duga-duga. Lalu bagaimanakah Aura menyelesaikan konflik-konflik ini? Dan bagaimanakah akhir kisah dari cinta yang tak diduga?
Bertemu di Akad
3903      1102     1     
Romance
Saat giliran kami berfoto bersama, aku berlari menuju fotografer untuk meminta tolong mendokumentasikan dengan menggunakan kameraku sendiri. Lalu aku kembali ke barisan mahasiswa Teknik Lingkungan yang siap untuk difoto, aku bingung berdiri dimana. Akhirnya kuputuskan berdiri di paling ujung barisan depan sebelah kanan. Lalu ada sosok laki-laki berdiri di sebelahku yang membuatnya menjadi paling ...
Hidup Tanpa Bunga (Puisi)
492      316     2     
Short Story
Karya asli oleh abellani_
Apakah Kehidupan SMAku Akan Hancur Hanya Karena RomCom?
3808      1101     1     
Romance
Kisaragi Yuuichi seorang murid SMA Kagamihara yang merupakan seseorang yang anti dengan hal-hal yang berbau masa muda karena ia selalu dikucilkan oleh orang-orang di sekitarnya akibat luka bakar yang dideritanya itu. Suatu hari di kelasnya kedatangan murid baru, saat Yuuichi melihat wajah murid pindahan itu, Yuuichi merasakan sakit di kepalanya dan tak lama kemudian dia pingsan. Ada apa dengan m...
Bandung
23626      2877     6     
Fan Fiction
Aku benci perubahan, perubahan yang mereka lakukan. Perubahan yang membuat seolah-olah kami tak pernah saling mengenal sebelumnya - Kemala Rizkya Utami
The Bet
16311      2493     0     
Romance
Di cerita ini kalian akan bertemu dengan Aldrian Aram Calton, laki-laki yang biasa dipanggil Aram. Seperti cerita klise pada umumnya, Aram adalah laki-laki yang diidamkan satu sekolah. Tampan? Tidak perlu ditanya. Lalu kalau biasanya laki-laki yang tampan tidak pintar, berbeda dengan Aram, dia pintar. Kaya? Klise, Aram terlahir di keluarga yang kaya, bahkan tempatnya bersekolah saat ini adalah mi...
Puggy Humphry and the Mind Box
83956      9995     295     
Action
Prancis. Suatu negeri dari nafsu pada keunggulan pribadi. Penelusuran benang merah kasus pembunuhan seorang arkeolog muda, menyeret detektif wanita eksentrik, menjadi buronan internasional. Alih-alih melarikan diri setelah membunuh seorang agen DCPJ, Puggy Humphry dan Flora Elshlyn terbang ke London untuk melanjutkan investigasi. Pertemuan tak sengaja Flora dengan McHarnough, dewa judi Ingg...
The Difference
8748      1896     2     
Romance
Diana, seseorang yang mempunyai nazar untuk berhijab setelah ada seseorang yang mengimami. Lantas siapakah yang akan mengimami Diana? Dion, pacar Diana yang sedang tinggal di Amerika. Davin, sahabat Diana yang selalu berasama Diana, namun berbeda agama.
Cinta untuk Yasmine
2098      916     17     
Romance
Yasmine sama sekali tidak menyangka kehidupannya akan jungkir balik dalam waktu setengah jam. Ia yang seharusnya menjadi saksi pernikahan sang kakak justru berakhir menjadi mempelai perempuan. Itu semua terjadi karena Elea memilih untuk kabur di hari bahagianya bersama Adam. Impian membangun rumah tangga penuh cinta pun harus kandas. Laki-laki yang seharusnya menjadi kakak ipar, kini telah sah...
Cinta Tak Terduga
4967      1550     8     
Romance
Setelah pertemuan pertama mereka yang berawal dari tugas ujian praktek mata pelajaran Bahasa Indonesia di bulan Maret, Ayudia dapat mendengar suara pertama Tiyo, dan menatap mata indah miliknya. Dia adalah lelaki yang berhasil membuat Ayudia terkagum-kagum hanya dengan waktu yang singkat, dan setelah itupun pertemanan mereka berjalan dengan baik. Lama kelamaan setelah banyak menghabiskan waktu...