Seminggu berlalu. Akan tetapi selama seminggu Nicho tidak melihat gadis itu sama sekali. ?Kemanakah gadis itu? umpatnya dalam hati. Tanpa ia sadari kini dirinya merindukan wajah mungil nan mempesona itu. Terlebih ia rindu akan suara jazzynya. Iapun masih penasaran siapakah nama gadis itu.
?Hei Bro.. Diam aja, mikirin siapa?? Erlangga menghancurkan lamunannya. Nicho tak menjawab, hanya melirik Erlangga sembari menghembuskan nafas, mencoba memperbaiki posisi duduknya dan kembali menatap kosong ke depan. Erlangga merasa terabaikan, terlebih kini sikap Nicho berubah tak ada lagi keceriaan dan pesona yang ia tebarkan keseluruh penjuru campus. Hanya kesedihan, diam, murung yang terpampang jelas di wajahnya.
?Gua rindu gadis yang diperpus minggu lalu,? Tiba-tiba saja Nicho membuka mulut. Mengucapkan sebait kalimat lalu mengatupkannya kembali. Imajinasinya terbang di bawa angan menjelajahi dunia semu akan kejadian satu minggu yang lalu. Kejadian yang sangat memalukan dirinya sekaligus kejadian pertama ketika dirinya ber-adu argumen dengan gadis idaman hatinya.
?Oh itu! Itumah Calista teman gua semasa SMA,? ucap Erlangga acuh.
Nicho memfokuskan pikirannya. Mencoba mencerna kembali kalimat yang baru saja Erlangga ucapkan. ?Hah!! Apa lu bilang? Calista? Teman SMA??
?Iya. Emangnya kenapa sih? Lu suka sama dia? Kaya gitu selera lu??
?Ah enggak!! Tapi kenapa ya gua tertarik sama dia. Siapa namanya tadi? Kok lu ga pernah tegur sapa??
?Weits woles dong satu-satu nanyanya jangan kaya kereta gitu.?
?Haha maaf yaudah jawab!? Nicho sangat antusias. Ia ingin sesegera mungkin mengetahui profile gadis idamannya yang kini ia ketahui namanya. Nicho merasa dunia seakan sempit. Kemanapun ia melangkah, tanpa ia sadari bahwa dirinya sedang berbalik arah. Hingga ia akan bertemu dengannya pada kesempatan yang berbeda.
?Kok lu bisa sih tertarik sama dia. Lu liat dari sudut pandang apa,Bro? Calista namanya. Gua ga akrab cuma sekedar kenal karena dia terkenal dulu di SMA,?
?Hei kalian!! Lagi bahas apa sih? Gabung dong,? Ferrel mengacaukan suasana.
?Iniloh dia lagi kepoin cewek yang waktu itu di perpustakaan,?
?Ihs udah diem!! Kalau Ara dengar bisa berantakan. Dia kayanya polos dan cantik bisa kali ah gua kotorin,? ucap Nicho berbisik, kini gairah hidupnya kembali hadir ketika membahas Calista.
?Wish gila lu bro! Jangan ah kasian anak orang,? sergah Ferrel.
?Udah lu santai aja gua ga akan apa-apain dia kok paling cuma nyicipin dikit.?
?Ihs jangan dia temen gua,tapi dulu!? ucap Erlangga memamerkan sederetan giginya yang putih bersih.
?Tapi ga deketkan??
?Iya sih. Tapi...,?
Ketika Erlangga akan meneruskan ucapannya sontak ia balik ketempat duduknya, karena dosen sudah memasuki ruangan. Tanpa mereka sadari bahwa Silly mendengarkan percakapan mereka. Silly sebagai anggota The Angel segera melaporkannya kepada Ara. Sontak Ara langsung penasaran ingin rasanya ia menghampiri Nicho tetapi ia takut karena dosen ini cukup killer.
Ketika jam mata kuliah telah usai, Ara langsung menghampiri Nicho. Nicho tak memperdulikan kehadiran Ara di sebelahnya. Karena ia sedang sibuk membereskan buku dan ingin segera mencari tau keberadaan gadis itu. Seminggu saja serasa sebulan bagi Nicho, karena ia sangat merindukan gadis itu.
?Nic.. Nic.. tunggu!!? Ara berlari ke arah Nicho yang meninggalkannya begitu saja.
?Apa?!? jawabnya acuh.
?Lu mau kemana? Masih marah? Gua denger denger lu lagi tertarik sama yang namanya Calista. Siapa dia??
?Ga perlu tau!? Pergi meninggalkan Ara.
?Tunggu...,? meraih tangan Nicho dan menahannya. ?Apa lu mau gua bantuin? Lu taukan seberapa terkenalnya The Angel di campus ini.? sambungnya.
?Bantu? Dengan cara?? Berpaling menatap Ara.
?Gua punya ide bagus. Gimana kalau kita bicarakan ini di cafe biasa,?
?Ga usah manfaatin suasana dah! Apalagi berani-berani nipu gua,? Nicho menatap Ara dengan tatapan menukik, dirinya tak ingin terjebak oleh muslihat Ara.
?Loh siapa yang manfaatin keadaan. Kalau ga mau yaudah.? Ara melenggang pergi meninggalkan Nicho dengan harapan palsu. Nicho tak ingin hal itu terbuang sia-sia. Tak ada lagi kesempatan kedua. Hingga ia yakini dirinya untuk menahan Ara.
?Eh iya iya mau ayo!!?
Sebenarnya Nicho malas jika harus berurusan dengan cewek ini lagi. Tapi demi tawaran bagusnya itu, ia berani menyanggupi tawaran ke cafe siang ini. Dengan menancap gas, ia berlalu ke cafe. Ia sengaja memacu mobil sportnya karena tak ingin berlama-lama dengan Ara.
?Hmm mau mesen apa?? tawar Nicho pada Ara.
?Kayak biasa aja deh,? jawab Ara dengan nada manja.
?Mas ? Pesen Ice Chocolate 2 dan Spaghettinya 2!!? Perintah Nicho kepada sang waiters.
?Oke ? Tunggu sekitar 5 menitan ya mas,? waiters itu merekahkan senyuman di wajahnya dan segera bersungit pergi.
?Jadi ? Apa rencana bagus lu??
?Gini loh ? Kan banyak banget kandidat yang ingin gabung di The Angel, tapi ga ada seorangpun yang kita terima. Jadi gimana kalau gua deketin dia dan ajak dia bergabung.?
?Ya ? Terus?? ucapnya cuek.
?Terus yang gua tau diakan ga terkenal dan ga gaul, gimana kalau kita bikin dia gaul tapi jadi Badgirl ??
?Dengan cara?? Tanya Nicho sedikit penasaran.
?Ahh.. itumah gampang deh,?
?Kalau dia gak mau gimana? Emangnya apa sih motivasi lu buat bantu gua??
?Emm.. apa ya? Gua sih gak mau munafik. Gua cuma mau lu bantu gua buat jadian sama Ferrel.?
?HAH?!! Gila lu.. Belum puas sama Bagus? Jangan PHO!! Dia tuh udah 2 tahun sama Tasya,? ucap Nicho dengan nada tinggi.
?Ah males gua sama Bagus. Jadi gak mau nih??
?Maaf ini mas makanannya,? ucap waiters sembari meletakkan makanan di meja mereka.
Kedatangan waiters itu sangat mengganggu percakapan diantara mereka. Karena makanan sudah didepan mata, maka tanpa fikir panjang Nicho memberi aba-aba kepada Ara untuk makan terlebih dahulu. Merekapun sibuk dengan makanan masing-masing. Mereka saling bertatapan tapi pikiran diambang kebingungan. Nicho terus mempertimbangkan keputusannya. Ia tak ingin merelakan sahabatnya demi urusan pribadinya. Tetapi ia ingin Calista segera berada di genggamannya. Ketika 15 menit berlalu, merekapun selesai.
?Jadi.. Lu terima ga tawaran gua?? Ara kembali membuka pembicaraan.
?Emm.. Gimana ya? Gua fikir-fikir dulu deh. Besok gua kasih jawaban!? Nicho menjawabnya tegas.
?Oh oke kalau gitu gua tunggu jawaban lu,?
?Yaudah kalau gitu ayu balik!! Mas ... minta billnya.”
?Oh ya sebentar, atas nama siapa?? sang waiters mulai menghampiri mereka.
?Nicho.?
?Oh ya sebentar ya mas,? ucapnya lalu pergi. ?Ini mas.? sambungnya ketika kembali ke meja mereka.
?Ini uangnya.? Nicho menyerahkan sejumlah uang yang harus dibayarkannya.
?Makasih.?
Tanpa fikir panjang, merekapun segera ke mobil sport milik Nicho. Lalu mobilpun melesat secepat kilat ke rumah Ara. Ketika sampai di depan rumah, Ara memberi kecupan hangat di pipi Nicho sebagai ucapan terima kasih karena telah menerima tawaran makan siang bersamanya. Akan tetapi, Nicho merasa risih akan sikap sang mantan kekasihnya itu. Ketika Ara sudah menutup pintu mobil, iapun segera melesat ke rumah Ferrel untuk membahas hal yang baru saja ia bicarakan bersama Ara.
***
Ketika kemarin seusai dari Cafe bersama Ara, Nicho tidak dapat menemui Ferrel dikarenakan Ferrel sedang jalan bersama kekasihnya yaitu Tasya. Nichopun berniat hari ini untuk menemui Ferrel di campus.
?Eh Erlang ... Lu liat Ferrel ga?? Nicho bertanya dengan wajah cemas. Matanya kini melempar pandangan ke beberapa sudut. Namun naas, tak ditemukan batang hidungnya.
?Enggak. Padahal udah jam segini. Biasanya dia datang pertama.?
?Nah... Makanya itu! Coba telfonin dia dah!? seru Nicho menukik tajam ke arah Erlangga. Erlanggapun meraih ponselnya yang berada di saku kanan sweater hitam, bermotif putih yang ia kenakan. Berkali-kali di telfon tidak aktif, di BBM pun hanya ceklis. Akhirnya ia meninggalkan pesan melalui SMS yang berisi bahwa seusai mata kuliah berakhir, dirinya dan Nicho akan segera bergegas menuju rumah Ferrel.
?Oh ya.. Ngomong-ngomong ngapain lu nanyain Ferrel?? Erlangga menyisakan segaris kernyitan di kening. Erlangga heran oleh temannya yang satu ini. Biasanya Nicho hanya menyibukkan diri dengan cewek-cewek disekitarnya. Menebar pesona dengan senyuman khasnya yang dapat membuat sederetan orang berdecak kagum. Namun, kali ini berbeda. Mencari Ferrel dengan wajah kepalang. Seakan ada sesuatu yang disembunyikan.
?Ga.. Gua cuma heran aja tuh anak kemana! Ada hal yang ingin gua bicarakan sama dia,?
?Hah!! Tentang apa??
?Jadi Ara minta tolong sama gua buat bikin dia jadian sama Ferrel.?
?HAH!! Gila juga tuh cewek. Ga laku apa? Bukannya dia sama Bagus? Terus lu mau bantuin dia?? Erlangga terus bercuap dengan sederetan pertanyaan. Rasa penasaran yang terus menghantuinya kini datang secara bersamaan. Tentunya Erlangga tak ingin ketinggalan informasi, oleh sebab itu pertanyaan yang beruntut keluar dari bibirnya.
?Tau tuh. Ya gua si tergantung Ferrelnya,?
?Terus sebagai imbalannya apa?? Erlangga menaikan sebelah alis, meremehkan Ferrel melalui sorotan matanya.
?Dia mau bantuin gua buat deket sm Calista.? Nicho menjawab dengan santai. Dirinya menyeringai tajam. Hanya pipi kanannya yang terkembang. Tergambar jelas bahwa muka itu penuh teka-teki. Hanya dirinyalah yang tau apa yang akan terjadi.
?Ya ampun Bro!! Lukan playboy, masa ga bisa naklukin dia sih? Masa minta bantuan sama Ara!?
?Lu gak tau apa-apa bro!! Cukup segini aja yang lu tau. Lihat aja nanti kelanjutannya.? sambung Nicho dengan senyum devil. Tak henti Ferrel bertanya-tanya dalam hati. Mencoba menyelidiki tatapan yang penuh dengan kemantapan hati, yang tak bisa terungkap lagi.
***
Ketika pelajaran usai, Ara mendatangi ruang Calista. Disana di dapatinya gadis mungil berparas cantik yang sibuk membereskan satu persatu buku miliknya. Ara dan The Angel hanya dapat mengintai dari balik bingkai jendela serta segera merapat di depan pintu untuk menghalanginya agar tidak keluar.
?Eitss ... Tunggu!! Lu yang namanya Calista kan?? Ara melipat kedua tangannya di depan dada. Membusungkan dada seolah ingin dipandang wibawa. Kedua bola matanyapun mengintai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Namun hal tersebut justru membuat Calista risih. Tak ada sedikitpun senyuman yang terukir di wajah manis Calista.
?Ya gua Calista! Kenapa? Kalian siapa? Ada urusan apa? Kok tau nama gua?? Calista menjabarkan seluruh isi hatinya ketika pertama kali melihat mereka. Cewek yang ga suka cari gara-gara tiba-tiba saja dijemput oleh para malaikat maut. Itu tentu membuat Calista penasaran.
?Gapapa.. Hello!! Lu gak tau kita siapa? Kita tuh The Angel.? ucap mereka serentak. Sembari mengeja kata ?The Angel?. Bibir yang terlihat merah merona dihiasi kata yang terdengar tabu oleh Calista membuat Calista ingin tertawa. Perutnya seperti digelitiki oleh sekerumunan orang. Calista hanya menahan tawa dalam-dalam agar tak lagi timbul masalah yang baru.
?Ooooo...?
?Cuma O? HAHAHA.? Mereka menertawakan Calista dengan saling melempar pandang. Calista sangat membenci ketika dirinya diperlakukan seperti itu. Calista menganggap dirinya bukanlah pelawak atau komika yang wajib ditertawakan. Namun dirinya ialah sosok cewek yang bernilai estetika tinggi, bermoral, dan tentunya terpandang oleh beberapa dosen di kampus.
?Ada urusan apa ya?? Kini Calista memberhentikan tawaan mereka, lantas mereka menoleh sembari menaikan sebelah alisnya.
?Jadi gini.. Kita kan terkenal banget! Nah, kalau kita analisa lu tuh modis dan cantik jadi kita mau nawarin lu. Mau ga gabung sama kita? Biar terkenal dan banyak cowok yang lirik.? Ara mempromosikan genknya. Dengan rasa bangga yang menggebu di dada dirinya berkata semena-mena tanpa memperdulikan pendapat orang dihadapannya.
?Nah iya.. bener banget tuh!! Gabung aja jarang-jarang loh kita mau nawarin orang gabung.? sambung Silly salah satu anggota mereka.
?Maaf ga minat.? jawab Calista acuh mengedarkan pandangan ke objek lain. Dirinya tak ingin melihat muka cewek-cewek centil ini berubah menjadi setan tak berperingai.
?Apa lu yakin? Pasti nyesel deh! Kita kan anak dancer jadi kita banyak event nantinya.?
Ketika mendengar sebuah kata, Calista segera memfokuskan kedua matanya kepada Ara. Dirinya sangat terkejut mendengar hal tersebut. ?Dancer? Boleh juga.?
?Jadi lu mau gabung?? seru Silly menatap Calista dengan penuh harap. Entah hanya sandiwara belaka atau tulus dari hati.
?Emmm.. Gimana ya? Boleh deh gua coba. Kalau ga asik, gua keluar ya??
?Iya, oke. Tenang aja pasti menyenangkan kok gabung sama kitamah.? Ara menjawabnya dengan senyuman hangat. Meskipun senyuman itu terlihat tulus tapi Calista yakin bahwa senyuman itu tak lagi bermakna senyuman hangat, melainkan senyuman membara yang menyambutnya pada dunia baru. Dunia yang akan ditempuh beberapa waktu kedepan. Dunia yang berbeda dengan kehidupan yang nyata.
Jauh dilubuk hati Ara, dirinya menyesal melakukan perjanjian dengan Nicho. Ara menganggap bahwa Calista ialah sosok yang lugu, baik hati, dan penurut. Jauh diluar ekspetasinya selama ini bahwa sesungguhnya Calista cewek yang dingin, judes dan jutek. Arapun penasaran dengan Calista perihal hubungan yang sebenarnya dengan dance. Sebab kata itulah yang membuat Calista menjadi berubah pikiran dan menjadi motivasi terbesarnya.
Calista pula tertegun, menatap tak percaya atas yang baru saja terjadi. Tak ada hujan, tak ada angin, namun mereka tiba-tiba saja menyelinap ditengah kesunyian ruangan. Menyeruak masuk ke dalam kehidupannya yang sepi. Memberi jejak yang menggetarkan hati. Membuka cakrawala dalam memandang dunia. Dirinyapun hanya tertarik oleh desakan hati. Hati yang tak bisa dikhianati jika kaki telah berkehendak, tangan telah bergoyang, dan badan menari gemulai. Ia tak bisa lepas dari masa lalu yang pernah digelutinya hingga menjadi anak emas. Masa lalu yang sangat indah karena bakat yang terpendam. Namun hal tersebut itu pula yang menyeretnya kedalam belenggu di relung hati.
***
Ketika Nicho dan Erlangga sampai di rumah Ferrel, mereka dapati Ferrel yang terbaring di atas ranjang kamarnya dengan penampilan yang sangat kacau. Baju yang terlihat tak karuan, muka yang terlihat kusut bagaikan benang serta rambut yang terurai dengan sangat berantakan. Matanyapun terdapat kantung mata bagaikan tidak tidur sebulan. ?Oh tuhan, kenapakah sahabat yang satu ini? umpat Nicho dalam hati.
?Eh hei Bro! Gila.. lu kenapa?? Nicho memukul pundak Ferrel. Erlangga hanya menatap tak percaya. Ferrel, sosok cowok periang kini menjadi hancur berantakan seketika. Matanya yang sayu menjelaskan bahwa terdapat masalah yang amat mendalam.
?Gu .. gua... Abis putus!!? ucapnya tegas. Tertatih. Ferrel berusaha mengangkat kepalanya yang terlentang dikasur. Untuk sekedar membalikkan badan saja terasa sakit dan sulit, terlebih jika harus bersitatap dengan kedua sahabatnya.
“What!! Gila lu kan udah 2 tahun jalin hubungan sama dia, masa putus.? sambung Erlangga dengan mata membelalak. Kini tatapan matanya tak lagi kosong, pikirannya tak lagi melayang dibawa angan tapi kini semua tertuju pada sang terdakwa.
?Makanya itu...,? jawabnya lirih menahan rasa sakit yang tertahan diujung bibir. Menahan sakit yang menggenang dimata namun tak kuasa untuk menumpahkannya. Menahan sakit luar biasa yang tak pernah ia rasakan seumur hidupnya. Kini kisah kasih yang telah ia jalin hancur, kandas, hilang. Tak ada lagi keraguan akan keputusan. Hanya tersisa kepingan hati yang kusam.
?Dia mutusin lu atas dasar apa?!? Erlangga mulai kesal. Marah. Kalap. Erlangga tak memperdulikan apapun. Tak memandang siapa cewek itu, yang jelas ia telah membuat sahabatnya hancur berantakan.
?Di.. Dia... Selingkuh.?
?Hah? Sejak kapan? Wah parah ya Tasya!!! Lu selingkuhin balik aja.? Ide bodoh itu terbesit dalam pikiran Erlangga, lantas segera dikemukukakannya di depan umum. Tak lagi berfikir panjang, kini dirinya terbawa suasana.
?Dia si ngakunya udah sebulan. Gua benar-benar frustasi,?
?Yaudahlah tenang Sob! Masih ada Ara yang sayang sama lu. Mending mandi gih, ayo kita keluar cari kebahagiaan.? tutur Nicho dengan penuh semangat. Tak menggubris Erlangga yang tersulut api hati. Dirinya hanya memanfaatkan keadaan demi melancarkan rencananya dengan Ara.
?Hah?!! Apa lu bilang? Ara? Sayang sama gua?? Ferrel menoleh, menatap Nicho sejenak. Mencari jawaban dari raut wajah Nicho yang tak dapat ditebak oleh siapapun.
?Iya.. Nanti gua ceritain makanya mandi gih!!?
?Oke wait, udah gih kalian tunggu bawah aja.? ucap Ferrel seraya mendorong kedua temannya kebingkai pintu. Dirinya ingin segera membersihkan badan dan menghela nafas sejenak sebelum menatap indahnya langit. Ferrel tak ingin langit menjadi saksi kesedihannya. Ferrel tak ingin bunga yang indah merasakan sakit hatinya yang tergambar oleh raut wajah. Ferrel tak ingin pula terlihat kusut di hadapan cewek cantik diluar sana.
?Cepet ya!!? Teriak Erlangga dan Nicho dari luar pintu kamar ketika Ferrel membanting daun pintu.
Setelah mandi dan bersiap, mereka bergegas ke Mall untuk menghibur diri mereka. Terutama untuk membuat Ferrel lebih rileks. Tanpa mereka ketahui, Nicho telah membuat agenda pertemuan dengan Ara. Sembari melakukan pertukaran informasi. Sesampainya di tempat mereka berjanjian, Nicho segera menghubungi Ara untuk cepat datang ke lokasi. Tanpa Nicho ketahui, Ara membawa Calista ke tempat itu untuk mengenalkannya kepada Nicho. Ara sengaja mengatur semuanya, ia berkata pada Calista untuk merayakan bergabungnya Calista, maka ia mengajak The Angel ke Mall. Tanpa berfikir panjang, Calistapun menuruti permintaan mereka dan bergegas pergi bersama.
Sesampainya Ara di lokasi, Nicho sangat terkejut. Ia tak menyangka, bahwa Ara dengan mudah mengambil hati Calista. Disitulah terjadi perkenalan di antara mereka. Arapun terkejut ketika mendapat kabar dari Nicho, bahwa Ferrel baru saja putus dengan kekasihnya. Maka mulai detik itupun, Ara mendekat pada Ferrel sebagai langkah awalnya untuk menuju jenjang selanjutnya.
“Guys.. udah kenal semuakan? Oke sekarang makan yuk, laper nih.? rayu Ara seraya melirik kedai makanan di sebrang.
?Hmm.. boleh juga.? jawab Erlangga menatap beberapa orang disana.
?Oke ayo. Kalian pesan aja apa yang kalian mau, hari ini gua dan Nicho yang teraktir.? sambung Ara melirik Nicho. Merekahkan senyuman terindah sembari menaikan sebelah alisnya.
?Nah iya bener banget! Kamu mau pesen apa Cal?? Nicho memandang lembut Calista dengan seksama. Calista tersipu malu, dirinya mendapat perhatian dari cowok. Sudah lama dirinya menutup diri sehingga tak ada perhatian kecil yang mewarnai harinya. Selain dari ibundanya tak ada lagi kasih sayang dari cowok disekitarnya.
?Ekhem yang baru kenalan mah ngomongnya aku kamu! Ditanya lagi mau pesen apa. Guamh apa atuh cuma pajangan cafe.? Silly meringis, memamerkan sederetan gigi yang dipasangi behel warna-warni. Meskipun terkesan alay, namun terlihat manis jika dipandang sebab yang memakai ialah cewek secantik Silly.
?Hahaha sedih banget si lu Sil, ga kok sayang cup cup.? Ara meledek Silly. Sontak gelak tawa pecah diantara mereka.
Tanpa mereka duga dan rencanakan, bahwa kebersamaan itu begitu indah nan menyenangkan. Ingin rasanya waktu diberhentikan agar mereka dapat berlama-lama akan kebersamaan itu. Karena waktu semakin larut malam, maka merekapun memutuskan untuk segera pulang ke rumah masing-masing. Dengan segala rencana yang ada, Nicho mengantarkan Calista sampai rumah agar ada waktu bersama. Arapun tak mau kalah, ia meminta kepada Ferrel untuk mengantarnya pulang. Erlangga dan Silly memutuskan pulang bersama. Dua personil The Angel lainnya memutuskan untuk shooping terlebih dahulu.
Calista nampak bahagia. Senyum terukir jelas diwajahnya, dirinya takluk oleh Nicho. Biasanya ia hanya bergulat dengan buku, namun sekarang duduk manis di kursi mobil sport yang keren itu, berdua pula dengan cowok yang jago gombal. Awalnya Calista memandang Nicho hanyalah cowok yang suka tebar pesona sehingga terkesan menjijikan, namun dirinya terhanyut oleh muslihat Nicho.
Jika dipandangipun Nicho sangat tampan, membuat Calista semakin berdebar setiap kali bersama. Calista bingung oleh hati dan pikirannya, apakah untuk kedua kalinya dia membuka diri. Namun tak mungkin Calista mencintai orang yang baru saja ia kenal, dirinya merasa itu hanya suatu perasaan tentang mengagumi seseorang.
?Hmm.. Jadi kita masih lurus nih?? tanya Nicho menghancurkan lamunannya.
?Hah! Iya iya.. Sebentar lagi juga ada belokan gang rumah gua kok.?
?Oh oke, deh.? ucap Nicho sembari menatap mata Calista lekat-lekat.
“Stop! Ini rumah gua.? Calista mengagetkan Nicho, hingga dirinya mendadak menginjak pedal rem. Sontak semua terkejut.
?Oh iya iya.? Nicho berusaha mengendalikan mobilnya yang berhenti mendadak.
"Thanks ya udah bayarin dan nganterin pulang." Calista menatapnya dengan senyum sumringah.
***
Sebelum tertidur, Calista membayangkan kejadian indah yang telah lama tak ia rasakan. Tak dapat dipungkiri bahwa kehadiran Nicho sangat membuat dirinya nyaman. Ia sangat membenci dirinya sendiri karena ia terhanyut dalam kenikmatan dunia semata. Karena ia takut masa lampaunya terulangi. Semenjak kejadian lampau itu, ia selalu mengabaikan cowok-cowok yang berusaha mendekatinya. Tapi kenapakah kali ini ia tertarik? Apakah ia merasakan jatuh cinta lagi? Ia tak ingin merasakan cinta yang salah lagi. Iapun lelah memikirkan itu semua dan ia memutuskan untuk tidur. Calista yakin semua pertanyaannya akan terjawab seiring berjalannya waktu.
Setelah sepertiga malam ia habisi untuk beristirahat, kini waktunya ia beranjak bangkit dari mimpi-mimpinya. Bertekad untuk merubah semua angan menjadi nyata. Kini dirinya lunglai, terbayang kejadian yang telah lama ia abaikan. Kejadian nyata yang seakan semu. Seketika dirinya terdiam pada satu titik, meratapi nasib dibawah pohon rindang campus, dengan ditemani semilir angin yang berhembus serta rumput yang bergoyang.
Hiruk-pikuk campus seakan tak berarti, dirinya bimbang menata langit-langit hati yang kian diambang kegelisahan. Matanya menatap kosong ke depan dengan tatapan penuh kesedihan. Disaat itu pula sahabatnya datang menghampiri. Ya, Riri! Cewek berparas cantik yang sering disapa kutu buku ini ialah sahabat terbaik Calista. Meskipun mereka tak selalu bersama namun mereka memiliki ikatan yang sangat kuat layaknya saudara.
Riri heran melihat sahabatnya duduk termenung sendirian menatap awan, terlebih kali ini dirinya akan membahas satu topik yang sangat menggetarkan satu atmosfer campus. Tentu, perihal hubungannya dengan The Angel. Riri mencoba mendekati Calista dan mengejutkannya dengan candaan kecil, namun itu tak berhasil membuat Calista bergeming. Dirinya masih sibuk menatap kedepan, Riri sangat tau bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Calista. Rasa curiga kian menggerogoti akal pikiran Riri, segera dirinya mencari cara untuk menghancurkan lamunan Calista.
?Kebakaran? kebakaran!!!? ucap Riri dengan suara lantang, sontak semua orang yang berada di sekitarnya ikut menatap kearahnya. Itu sangat mempermalukan dirinya, naas Calista tak terkejut hanya menoleh lalu mengembalikan posisinya seperti semula. Sementara Riri sibuk menanggung malu dan mempertanggungjawabkan ulah konyolnya. Riri hanya meringis malu memperlihatkan sederetan giginya lekas menarik Calista pergi dari tempat itu.
Calista hanya menoleh dan dengan sigap mengikuti setiap langkah kaki Riri. Calista tau bahwa sahabatnya kali ini membutuhkan pertolongan, jika dirinya bersikukuh untuk tetap disana entah apa yang akan terjadi. Meskipun Calista sedikit jengkel dengan ulah Riri yang sangat mengganggunya, dirinya hanya bisa tersenyum di hadapan sahabatnya itu. ?Lu kenapa si Ri??
Tak ada satupun alasan yang ia berikan, dirinya sibuk mengalihkan pembicaraan perihal kedekatan Calista dengan The Angel. Calista pura-pura tak mengetahui rumor yang sudah tersebar hampir diseluruh kalangan mahasiswa-mahasiswi di campus. Itu membuat Riri semakin jengkel, ia terus mengutarakan pendapatnya mengenai The Angel yang ia lihat dari seluruh aspek kehidupan. Terlebih dirinya menyamakan sosok The Angel dengan beberapa genk yang ada di novel-novel yang telah ia baca. Sungguh itu sangat membosankan sekaligus menyebalkan.
Sebab Calista harus mendengar ocehan cewek jenius yang sedang bedah buku di hadapannya dengan kecepatan berbicara seperti kecepatan cahaya. Dirinya pusing mendengar berjuta kata yang telah dikeluarkan oleh sahabatnya itu, lantas dirinya segera pamit untuk pergi demi menepati janjinya dengan The Angel.
Riri sangat emosi diacuhkan dengan Calista. Tak pernah hal itu terjadi, biasanya Calistalah orang yang sangat sabar untuk mendengarkannya bedah buku, bercerita hingga mendongeng. Tapi kali ini Calista berubah. Ia bukan lagi Calista yang seperti dulu. Semenjak Calista hadir diantara cewek nenek sihir itu Calista berubah. Riri sangat miris oleh keadaan Calista saat ini.
Calista tak memperdulikan sahabatnya kali ini. Ia sibuk memberi celah bagi kakinya untuk terus berjalan ke arah parkiran campus. Ketika di parkiran tak di dapati Ara dan yang lainnya, yang ia temukan hanyalah Nicho yang terlihat sedang menunggu seseorang.
?Hei Nic! Ara dan yang lainnya mana?? Calista cemas, menatap kebeberapa sudut parkiran.
?Mereka barusan aja jalan. Gua disuruh nungguin lu. come on beib kita ke mobil having fun.? Nicho menatap Calista lekat-lekat sembari menarik tangan mungil Calista.
Tanpa ia duga bahwa Nicho segitu baiknya memperlakukan dirinya bagaikan sang putri. Dibukakan pintu mobil itu lalu Nicho duduk di belakang kemudi. Dengan cepatnya mereka sirna dari parkiran itu.
?Emm... Kok diam aja sih,? Nicho kini mencoba menggoda Calista yang sedari tadi hanya diam seribu kata. Calista hanya menoleh dengan tersenyum. Calista sibuk menata hati dan pikiran, tak menyangka untuk kedua kalinya ia dapat berdua, bersama, tak ada satupun yang dapat mengganggu mereka.
Calista bingung kenapa mereka enggan sampai-sampai padahal waktu sudah bergulir selama 20 menit. Setelah dirinya menerka-nerka perasaan negative yang menghantui dirinya, akhirnya merekapun sampai di Studio 77. Disana terlihat The Angel dan yang lainnya sedang latihan dance. Ruangan itu sangat luas, indah dan menarik untuk latihan dance. Tak hanya perempuan saja, disana juga terlihat cowok- cowok yang jago dance.
?Nah tuh dia!? Ara menunjuk Calista yang baru saja hadir di tengah mereka.
?Dari mana aja lu Bro?? sergah Ferrel.
?Biasa muter dulu! Ra, make over gih!? Nicho menatap Ara seraya melirik kearah Calista.
?Oh ya. Calista ikut gua yu ke ruang ganti.? ucap Ara sembari menarik tangan Calista.
?Nih ambil bajunya terus ganti.? Ara kini memberikan paperbag yang berisi kostum kepada Calista. Cara Ara memberikannya dengan cara melempar membuat Calista tersulut api yang membara di dada.
Dengan rasa penasaran, Calista segera membuka paperbag itu lalu mengeluarkan beberapa barang yang berada tepat di dalamnya. ?Loh. Apa ini? Celana pendek? Baju cropty??
?Iya. Udah cepet ganti!!? bentak Ara dengan nada tinggi. Namun Calista menolak perintah itu, karena dirinya selalu memakai pakaian yang sopan dimanapun ia berada. Ara sangat jengkel dengan sifat Calista yang terus menerus menguji kesabarannya. Ara merendahkan penampilan Calista, Calista ialah anak yang tahu sopan santun sehingga ia menolak dan menyanggahnya secara halus. Tapi desakan dari beberapa anggota The Angel membuat Calista kalah, dengan terpaksa Calista menuruti kemauan mereka.
Setelah 10 menit berlalu, akhirnya Calista keluar dengan pakaian itu. Ia tampak cantik dibalik pakaian minim itu, tetapi sangat terlihat bahwa dirinya risih dan tak nyaman. Ara dan Calistapun segera ke ruang latihan. Sontak semua orang disana tertuju pada Calista yang berbalut celana levis pendek dengan baju cropty biru.
“Hei hei guys!! Merapat!? teriak Ara. ?Kenalin ini member baru kita. Namanya Calista,? Calista hanya bisa menahan malu yang tiada tara sebab kini dirinya menjadi pusat perhatian dengan pakaian yang tak semestinya.
?Iya kenalin ini cewek gua.? sambung Nicho sembari merangkul Calista di depan umum. Nicho terlihat sangat bangga ketika merangkul Calista, namun Calista sangat risih. Dirinya menggeliat untuk melepaskan tangan Nicho dari pundaknya.
?Wish keren juga Bro cewek baru lu.? ucap Kiky teman satu squad Nicho.
?Iyalah!? Nicho tersenyum bangga, kesenangan yang tiada tara bergelayut diwajahnya.
?Oke kalau gitu sekarang kita mulai latihan. Calista lu sama Silly.? Ara menatap Calista dan Silly secara bergantian.
?Calista lu gua ajarin tekhnik dasar aja ya. Terutama dalam sexy dancer.?
?What? Sexy dancer?? teriak Calista tak percaya. Dirinya sangat terkejut.
Selama 3 jam latihan, Calista diajarkan sexy dancer. Ia sangat ilfiil terlebih ketika harus mengaplikasikan ke hadapan cowok atau berpasang-pasangan. Dirinya mendapat pasangan yaitu Nicho, sepertinya ini semua sudah direkayasa. Ia menyadari akan hal itu tetapi menghiraukannya. Tak disangka, ia terhanyut dalam irama musik dan setiap gerakannya terlebih Nicho jago dalam menyesuaikan gerakan Calista.
Ternyata Calista ialah gadis yang cepat mencerna hal baru sehingga ia lihai menarikan gerakan demi gerakan. Semua bagian sangat menarik baginya terutama ketika ia menari dengan gaya shaking up, yaitu dengan menggoyangkan pinggul dan seluruh tubuhnya kekanan dan kekiri dari bawah ke atas dihadapan Nicho. Terdengar menjijikan tetapi itu ialah paksaan dan resiko yang harus di terimanya.
Seusai latihan hari itu, ia lekas kembali kerumah tentu dengan kostum pertamanya. Ia pulang lagi-lagi bersama Nicho. Nicho terus mengagumi dan menikmati setiap gerakan Calista tadi, sehingga ia terus-terusan melontarkan pujian selama di dalam perjalanan. Setelah beberapa lama di mobil sport yang nyaman itu, akhirnya sampailah Calista di rumah kesayangannya. Karena terlalu lelah, ia tak mengerjakan tugas dan segera tidur.