Pagi yang cerah ini sepertinya mentari tersenyum manis kepada Adia. Ia sibakkan selimutnya kesamping badannya. Hari ini hari dimana Adia harus berangkat sekolah. Ini adalah kedua kalinya ia harus ke Starlight, sekolah barunya. Ia sekarang menjadi siswi baru di sekolah favorit.
Wajah Adia nampak murung. Bagaimana jika dia nanti tidak mendapatkan teman? Sementara kehidupan Adia sangat sederhana. Ia buang jauh-jauh pikiran jelek yang sedari tadi terngiang-ngiang di kepalanya.
Lima belas menit menuju Starlight. Adia memakai sepeda ontel yang diberi kakeknya. Saat Adia menuju parkiran, ia terngganga. Melihat siswa-siswi Starlight membawa motor dan mobil. Malu hati Adia. Mengecil hatinya. Serasa terbakar dalam neraka jahanam.
"Tin... Tin... Tin..."
"Woy, cewek cupu! Minggir lo!" teriak Adnan.
Adia yang tak sadar akan hal itu. Ia terlanjur terkena semprot seorang siswa ganteng yang hendak memarkirkan mobilnya. Dengan sigap, Adnan turun dari mobil dan mendekati Adia yang sudah meminggirkan diri.
"Lo itu sebenarnya budek apa gimana? Udah tau aku mau parkir, kenapa lo masih jadi patung aja tadi disitu?" tanya Adnan.
"Nyatanya aku udah minggir," sahut Adia.
"Beraninya anak ini nyolot, mau lo apa sih?" tutur Adnan.
Sebelum Adnan mendengar jawaban Adia. Ia terlebih dahulu meninggalkan Adnan karena suara bel masuk kelas sudah berbunyi. Adia tak mau terlambat masuk kelas.
"Sialan banget tuh cewek!" desis Adnan.
***
"Assalamualaikum. Selamat pagi anak-anak," sapa guru cantik.
"Waalaikumsalam Bu," sahut siswa-siswi.
Guru cantik itu, Bu Dara menjelaskan tata tertib sebagai siswa-siswi baru dan meminta para siswa memperkenalkan dirinya.
Tak lama dalam perkenalan. Saat hendak bergantian. Suara ketukan pintu berbunyi.
"Maaf Bu saya terlambat. Ada urusan di parkiran tadi," ucap Adnan.
Karena Adnan terlambat, ia diminta Bu Dara memperkenalkan diri dahulu. Pandangan Adnan terhenti dalam satu cewek yang berdiri dilanjut duduk yang diminta Bu Dara untuk membatalkan perkenalannya.
"Cewek itu!" batin Adnan.
Teguran Bu Dara mengagetkan Adnan hingga teman sekelasnya tertawa.
"Perkenalkan, nama saya Adnan Arkana. Bisa dipanggil Adnan," ucap Adnan.
Sepuluh menit berlalu Adnan berkenalan. Inilah saatnya Adia memperkenalkan dirinya. Disaat Adnan dan Adia berpapasan, Adnan sengaja menabrak bahu Adia hingga Adia terjatuh.
"Ups, gak sengaja," ejek Adnan sambil berlalu.
Adia yang melihat sikap Adnan seperti itu, ia hanya tersenyum. Bagi Adia, dengan senyuman, rasa dendam bisa terhapus.
"Perkenalkan nama saya Adia Rakana Assyifa. Bisa dipanggil Adia," kata Adia.
"Wah, namanya mirip kaya Adnan," celutuk Angga.
"Haha, kok bisa ya. Jangan-jangan kalian jodoh," sahut Sisil.
Keramaian itu akhirnya berhenti karena teguran Bu Dara. Sudah dua jam Bu Dara mengisi waktu di kelas X IPA 3.
Saat Adia hendak ke perpustakaan, langkahnya terhenti oleh Adnan.
"Urusan kita belum kelar," ucap Adnan.
Adia yang tak merasa melakukan kesalahan, ia melanjutkan langkahnya menuju perpustakaan.
"Lo budek apa gimana? Gue manggil lo, Adia!" teriak Adnan.
Adia menghentikan langkahnya. Ia menggaruk dahinya yang tak gatal. Adnan meminta Adia minta maaf atas kejadian tadi pagi. Ia tak mau memperpanjang masalah dengan cowok tengil itu.
Ia ucapkan kalimat manis permintaan maaf kepada Adnan. Hanya cengiran yang dilontarkan Adnan kepada Adia.
"Kenapa lo nyengir? Aku udah minta maaf nih," tutur Adia.
"Bodo amat," sahut Adnan.
Adia yang merasa diabaikan oleh Adnan, ia meninggalkannya dan segera melanjutkan langkahnya. Adia merasa ada yang mengikutinya. Saat ia menoleh kebelakang, tak ada satupun yang mengikuti langkahnya.