Read More >>"> Help Me (Chocolate) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Help Me
MENU
About Us  

"Alhamdulillah"

Begitulah Dhilla, gadis ini tengah mensyukuri kehidupan yang masih berjalan atas izin Allah subhanahuwataala. Tadi malam Dhilla telah mempersiapkan dan mengingat apa akan ada ulangan atau tidak. Sebenarnya Dhilla melakukannya karena Windi sahabatnya terus terusan menghubunginya, untuk memastika apa ia belajar atau tidak. Baik bukan? Terkadang Dhilla malu, Windi itu cerdas sedangkan dirinya? Apa yang ia bisa lakukan? Baiklah, ini adalah kesalahan karena tidak mensyukuri apa yang telah di berikan. Dhilla  hanya perlu belajar lebih giat, dan sering bertanya pada Windi mengenai matematika.

Hari ini ada empat pelajaran, dengan tas biru serta gantungan tas boneka beruang berwarna cokelat yang sama dengan Windi namun miliknya berwarna putih. Dhilla berjalan melewati tempat yang biasa ia lewati, semalam hujan terdapat genangan air di jalanan. Walaupun tidak banyak, tetap saja Dhilla harus waspada karena bisa saja tiba tiba kendaraan melaju dengan cepat melewati genangan air tersebut hingga seragamnya terkena cipratan dan mengubah seragam kebanggannya menjadi warna cokelat.

"Cocooo" Dhilla menoleh karena ia yakin itu suara Windi.

"Ayo naek" Windi membawa motor dan berhenti untuk mengajak Dhilla sahabatnya, tanpa menunggu lama Dhilla memakai helm yang Windi berikan lalu ikut dengan Windi.

"Tumben kamu gak di antar Wuwu"

"Aku minta izin ibu mau bawa motor Co" Dhilla hanya mengangguk mengerti, ini sedang di jalan ia malas bicara karena Windi akan agak sulit mendengarnya karena suara kendaraan lain.

##

Windi dan Dhilla sudah masuk ke kelasnya masing masing, namun bel masuk belum berbunyi. WIndi yang baru saja mengembalikan buku matematika dari perpustakaan sengaja memasuki kelas XI Farmasi 3, tentunya untuk menemui sahabatnya.

"Coco" Dhilla melihat Windi di pintu kelas segera menghampirinya.

"Kenapa?"

"Bukannya pacaran itu dosa ya? Aku juga udah putus dari Rafael"

"Iya, kamu pasti tau Wuwu. Memang ada apa?"

"Terus kenapa kamu pacaran sama Rio?"

"Apa??" Ucapan Windi tadi memancing perhatian beberapa orang yang melewati mereka. Dhilla aneh mengapa Windi berfikir seperti itu?

"Kamu kata siapa? Aku gak pacaran Wu, kalo aku tau pacaran dosa, mana mungkin dengan tenangnya aku pacaran"

"Terus kenapa tadi Rio nitip maaf buat kamu, soalnya dia hari ini ikut pertandingan basket di sekolah lain jadinya gak bisa minta maaf sama kamu katanya takut terlambat"

"Apa salahnya minta maaf? Kenapa kamu berfikir kalo aku sama Rio pacaran karena hal itu?"

"Bukan karena itu juga Coco. Tadi bahkan dia panggil kamu Ara, tadinya aku aneh waktu dia bilang 'titip maaf buat sahabat lo Ara'. Terus aku tanya katanya Ara itu kamu, aku baru sadar kalo nama kamu kan Dhillara. Tapi, bukannya Ara itu panggilan dari orang yang pernah kamu suka ya?"

Dhilla hanya diam mendengarkan ucapan sahabatnya ini "Oh iya, aku juga baru sadar. Kamu tau gak Coco? Rio itu kalo sama siswi lain termasuk aku bicaranya itu pakai 'lo gue', tapi sama kamu pakai 'aku kamu'." Lanjutnya.

Benar, bahkan Dhilla pernah mendengar Rio bicara dengan seorang siswi yang merupakan anggota osis menggunakan panggilan 'lo gue'. Mengapa Dhilla baru sadar? Apa Rio menyukainya? Dhilla merasa dirinya harus menghindari Rio dari pada terjadi cinta yang salah. Jujur, Dhilla kagum pada Rio, namun bisa saja rasa kagum itu berubah karena Rio yang menyatakan cinta pada Dhilla. Baiklah, ini terdengar terlalu percaya diri, seorang Rio wakil ketua osis yang menjuarai banyak olimpiade matematika, kimia, dan fisika, menyukainya. Tapi, bukankah menjaga jaga lebih baik? Ia sedang taham belajar memperbaiki diri dan akhlaknya, bahkan dari sekian persen entah berapa persen perubahan yang terjadi dari dirinya. Kini Dhilla faham, ia harus menjaga iteraksi dengan lawan jenis, karena Windi pernah mengatakan padanya bahwa perasaan suka bisa datang tanpa alasan.

 "Wuwu takut" ucap Dhilla tiba tiba.

"Takut apa?"

"Aku gak pacaran sama Rio, Wuwu" Wajah Dhilla terlihat seakan menahan airmata, Windi mengenal sahabatnya ini dengan baik.

"Aku bantu biar Rio gak deket lagi sama kamu." Windi faham apa yang Dhilla mau. Tapi Windi berfikir akan mengatakan yang sebenarnya kepada Rio agar pria itu tidak salah faham atau menganggap Dhilla aneh.

Akhirnya bel masuk berbunyi, Windi kembali ke kelasnya begitupun Dhilla langsung memasuki kelasnya. Di kelas Dhilla masing masing duduk sendirian, Dhilla duduk di baris kedua dekat pintu di meja paling depan. Gadis itu mengikuti pelajaran dengan lancar namun sesekali ia membayangkan masa masa buruknya yang terdahulu. Namun Dhilla berusaha fokus untuk mendengarkan pelajaran yang gurunya sampaikan. Sekarang sudah pelajaran ketiga sebelum istirahat, namun anggota OSIS meminta izin kepada bu.Nika yakni guru yang sedang mengisi jam pelajaran untuk melakukan razia. Di antaranya ada Rio selaku wakil ketua osis. Dhilla aneh bukankah seharusnya ia melakukan razia di kelas 12 karena dia wakil ketua osis? Bahkan bu.Nika pun menanyakannya.

"Rio kamu kan wakil osis, bukankah seharusnya kamu melakukan razia di kelas 12?"

"Iya bu, seharusnya begitu. Tapi saya sudah meminta izin kepada kak.Bagas ingin merazia kelas 11" Kak.Bagas adalah ketua osis yang merupakan kelas 12.

"Semua siswi harap berdiri di depan kelas. Bu.Nika mohon bantuannya untuk memeriksa seragam siswi kelas ini"

"Ayo semua nya berbaris" ucap bu.Nika

"Semua murid laki laki diam di tempat" Ucap Fahri anggota OSIS, dua anggota osis perempuan memeriksa tas perempuan, dan tiga osis laki laki memeriksa tas serta seragam laki laki.

Semuanya berjalan dengan lancar di kelas Dhilla tidak ada barang yang di razia, sebelum pergi Rio tersenyum untuk Dhilla memancing godaan dari teman teman Dhilla.

##

"Wuwuu"

"Kita ke perpustakaan aja gimana?" Tawar Wuwu

"Tapi kamu ngajarin aku matematika gimana?"

"Pasti itu Coco" Kali ini mereka menghabiskan waktu istirahat dengan belajar matematika di perpustakaan, dan Dhilla lupa membawa sesuatu, namun gadis ini malas kembali ke kelas.

"Wuwu di tas aku ada cokelat"

"Kenapa gak di bawa?"

"Lupa" Windi sudah terbiasa mendengar kata lupa dari seorang Dhilla.

"Tapi aku gak bawa cokelat itu Wuwu" Windi hanya menaikkan sebelah alisnya, ia tidak mengerti maksud Dhilla.

"Cokelat itu ada di tas gitu aja"

"Siapa yang buka atau pegang tas kamu?"

"Tadi ada razia dan tas aku di periksa osis"

"Siapa?"

"Gak tau, aku gak perhatiin mereka."

"Ada berapa? Enak gak?"

"Wuwu mana mungkin aku makan cokelat yang aku sendiri gak tau darimana asalnya"

"Coco, kalo cokelat nya banyak aku minta ya? Kalo hanya satu pun bagi dua ya?" Windi si penggila cokelat, sama seperti Dhilla tapi gadis ini tidak separah Windi yang lemari es khusus cokelatnya di kamar. Setiap kali ke rumah Windi, Dhilla selalu di beri cokelat gratis tak jarang juga Windi dengan semangat membuat kue cokelat kesukaan Dhilla untuk di makan berdua.

"Menurut kamu cokelat itu dari siapa ya Wuwu? Atau tanya Rio aja?"

"Rio?"

"Iya, soalnya dia ikut merazia tas di kelas aku"

"Harusnya kan dia di kelas 12?"

"Katanya dia izin melakukan razia di kelas 11"

"Tapi di kelas aku enggak"

"Kelas 11 kan banyak Wuwu tiap jurusan ada 5 kelas." Windi merasa ada yang aneh.

"Tunggu dulu, kamu bilang Rio ikut merazia?"

"Iya"

"Tadi pagi dia bilang ada pertandingan basket, harusnya dia gak ada di sekolah"

"Tapi aku benar benar lihat Rio"

Windi merasa aneh, ia melihat Nugi anak baru yang menjadi anggota tim basket putri dari jurusan Analis, Windi akan bertanya pada gadis itu. Dhilla memperhatikan apa yang akan Windi lakukan. 

"Assalamua'laikum?"

"Wa'alaikum salam"

"Aku boleh duduk disini?"

"Boleh"

"Kamu Nugi ya? jurusan analis, anggota basket putri"

"Iya, kenapa? Kamu tau banyak kayanya, nama kamu siapa?"

"Aku Windi Lestari dari jurusan Farmasi, aku mau tanya. Bukannya hari ini tim basket sekolah kita ada pertandingan sama sekolah lain ya?"

"Iya, tapi hanya tim basket putera. Tapi setahu aku mereka di diskualifikasi, soalnya salah satu anggota tim basket SMA NUSA mancing emosi Rio. Tau sendiri kan? Rio itu marahnya gak bisa di kontrol"

Diskualifikasi? Kenapa? Baiklah itu bukan urusan Windi, tapi cokelat di tas Dhilla dari siapa? Windi berterimakasih kepada Nugi dan mengajak Dhilla ke luar perpustakaan.

"Ayo Coco, aku mau lihat cokelatnya"

"Sebentar, aku mau nanya soal yang soal nomor 10 ini gimana caranya" Bukannya menjawab Windi malah balik bertanya, ia masih penasaran siapa yang memberi cokelat itu.

"Bungkus cokelatnya warna apa?"

"Cokelatnya ada di dalam kotak warna merah. Dan itu bukan cokelat batangan, tapi kue cokelat yang biasa kamu buat untuk aku".

 

-'Apa Fahri ya?'.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sweet Notes
10060      1821     5     
Romance
Ketika kau membaca ini, jangan berpikiran bahwa semua yang terjadi disini adalah murni dari kisah cintaku. Ini adalah sekumpulan cerita-cerita unik dari teman-teman yang mau berbagi dengan saya. Semua hal yang terjadi adalah langsung dari pengalaman para narasumber. Nama sengaja disamarkan namun setting tempat adalah real. Mohon maaf sesuai perjanjian jalan cerita tidak dijelaskan seperti kisah ...
Cintaku cinta orang lain
318      260     0     
Romance
"Andai waktu bisa diulang kembali ,maka aku gak akan mau merasakan apa itu cinta" ucap Diani putri dengan posisi duduk lemah dibawah pohon belakang rumahnya yang telah menerima takdir dialaminya saat merasakan cinta pertama nya yang salah bersama Agus Syaputra yang dikenalnya baik, perhatian, jujur dan setia namun ternyata dibalik semua itu hanyalah pelarian cintanya saja dan aku yang m...
Bintang Biru
2361      831     1     
Romance
Bolehkah aku bertanya? Begini, akan ku ceritakan sedikit kisahku pada kalian. Namaku, Akira Bintang Aulia, ada satu orang spesial yang memanggilku dengan panggilan berbeda dengan orang kebanyakan. Dia Biru, ia memanggilku dengan panggilan Bintang disaat semua orang memanggilku dengan sebutan Akira. Biru teman masa kecilku. Saat itu kami bahagia dan selalu bersama sampai ia pergi ke Negara Gingsen...
Infatuated
639      426     0     
Romance
Bagi Ritsuka, cinta pertamanya adalah Hajime Shirokami. Bagi Hajime, jatuh cinta adalah fase yang mati-matian dia hindari. Karena cinta adalah pintu pertama menuju kedewasaan. "Salah ya, kalau aku mau semuanya tetap sama?"
ALVINO
4133      1832     3     
Fan Fiction
"Karena gue itu hangat, lo itu dingin. Makanya gue nemenin lo, karena pasti lo butuh kehangatan'kan?" ucap Aretta sambil menaik turunkan alisnya. Cowo dingin yang menatap matanya masih memasang muka datar, hingga satu detik kemudian. Dia tersenyum.
JEANI YOONA?
355      248     0     
Romance
Seorang pria bernama Nicholas Samada. Dia selalu menjadi korban bully teman-temannya di kampus. Ia memang memiliki tampang polos dan bloon. Jeani seorang perempuan yang terjebak di dalam nostalgia. Ia sangat merindukan seorang mantan kekasihnya yang tewas di bunuh. Ia susah move on dari mantan kekasihnya hingga ia selalu meminum sebuah obat penenang, karena sangat depresi. Nicholas tergabung d...
Cinta Untuk Raina
4242      1409     2     
Romance
Bertahan atau melepaskan? Pilihan yang sulit untuk Raina sebenarnya karna bertahan dengan dengan Adit tapi hati Adit sudah bukan milik Raina lagi hanya akan menyakitinya, sedangkan melepaskan Raina harus rela kehilangan sosok Adit di hidupnya yang selama ini menemaninya mengarungi cinta selama hampir 2 tahun dan perjalanan cinta itu bukan hal mudah yang di lalui Raina dan Adit karena cinta merek...
Panggil Namaku!
7042      1914     4     
Action
"Aku tahu sebenarnya dari lubuk hatimu yang paling dalam kau ingin sekali memanggil namaku!" "T-Tapi...jika aku memanggil namamu, kau akan mati..." balas Tia suaranya bergetar hebat. "Kalau begitu aku akan menyumpahimu. Jika kau tidak memanggil namaku dalam waktu 3 detik, aku akan mati!" "Apa?!" "Hoo~ Jadi, 3 detik ya?" gumam Aoba sena...
AVATAR
6700      1955     17     
Romance
�Kau tahu mengapa aku memanggilmu Avatar? Karena kau memang seperti Avatar, yang tak ada saat dibutuhkan dan selalu datang di waktu yang salah. Waktu dimana aku hampir bisa melupakanmu�
The Past or The Future
385      303     1     
Romance
Semuanya karena takdir. Begitu juga dengan Tia. Takdirnya untuk bertemu seorang laki-laki yang akan merubah semua kehidupannya. Dan siapa tahu kalau ternyata takdir benang merahnya bukan hanya sampai di situ. Ia harus dipertemukan oleh seseorang yang membuatnya bimbang. Yang manakah takdir yang telah Tuhan tuliskan untuknya?