Namaku Prilly Aninda Utami, aku berumur 17 tahun, tepat kelas 2 SMA. Aku terlahir dari keluarga yang kaya raya. Namun, dengan kehidupan yang monoton. Aku tidak suka kehidupan yang seperti ini, yang apa-apa uang, apa-apa uang, pergi-pulang sekolah menggunakan mobil, lalu mampir ke supermarket hanya membeli jajanan yang tidak begitu penting, setelah itu mamahku menyuruhku untuk membeli baju dan peralatan make up, dan itu semua menurutku tidaklah penting. Itu semua tidak membuat aku bahagia. Bagaimana mungkin seorang anak bahagia hidup mewah, tapi keluarganya tidak harmonis. Untuk apa? Aku tak butuh uang banyak, aku tak butuh hidup mewah, aku tak butuh barang-barang branded, yang aku butuhkan hanyalah kasih sayang dari kedua orang tuaku, serta mempunyai keluarga yang harmonis. Aku ingin seperti orang lain yang mempunyai kedua orang tua penyayang, walaupun kehidupan mereka yang tak mewah, tapi mereka bisa mendapatkan semua itu! Sedangkan aku? Aku tak punya semua itu, aku tak punya yang aku mau. Kedua orang tuaku selalu bertengkar, aku yang tak kuat melihat mereka bertengkar di depan mata kepalaku, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke rumah sahabatku yang lumayan jauh dari rumahku, dia bernama Misya Derbie Zeandia, dia dipanggil misya. Tapi aku beda, aku memanggilnya bie, dan dia memanggilku umi.
Aku bermain seharian di rumahnya, tepatnya di kamar bie. Aku menceritakan semua yang terjadi hari ini, hampir setiap hari aku datang ke rumah bie dan setiap hari itu pula aku menceritakan pengalaman dan pemandangan yang alamai. Setelah menceritakan semuanya, kami pun langsung bermain, bermain apapun yang bisa melupakan masalah yang aku punya dan masalah baru yang akan terjadi.
Aku akan pulang dari rumahnya sekitar pukul 20.00 wib, karena saat pukul tersebutlah rumahku hening. Keluarga umi sangat memahami keadaan keluargaku, tak jarang mereka menawarkan aku untuk tinggal bersamanya ataupun sekadar bermalam, namun aku selalu menolaknya dengan halus, bagaimana pun aku masih mempunyai keluarga dan aku tidak mau merepotkan keluarga umi lebih banyak lagi.
Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00, sebaiknya aku bergegas untuk pulang.
"bie" panggilku
"ya? Pasti kamu sudah mau pulang ya?" tanya bie sendu.
Aku hanya menganggukkan kepalaku.
"yasudah, ayo aku antar ke depan" ucap bie
Kami pun bergegas keluar dari kamar bie dan menuju ke depan.
"Yakin nih gak akan bermalam dulu mi?" tanya bie
"enggak . Makasih ya untuk tumpangannya selama beberapa jam, hehe" jawabku di sertai dengan tertawa pelan
"ish, kau ini. Hati-hati di jalan yaa mi" ucap bie.
Aku hanya mengacungkan jempolku dan masuk ke dalam mobil, segera ku lajukan mobil dengan kecepatan rata-rata.
Sesampai di rumah, keadaan sudah hening. namun, prabotan ada dimana-mana, seperti inilah kehidupanku. Pemandangan yang seperti ini sudah menjadi makananku sehari-hari. Aku sempat berpikir untuk pergi dari sini dan lari dari masalah. Namun, itu tak berguna. Untuk apa kita lari dari masalah? Yang perlu kita lakukan adalah menyelesaikan masalahnya. Walaupun aku tak tahu bagaimana caranya. Sempatku berpikir, untuk apa aku dilahirkan ke dunia dengan keadaan keluargaku yang tak baik? Untuk apa aku hidup hanya menyaksikan mereka berantem? Untuk apa? Jika bisa memilih antara ada dan tiada, aku akan lebih memilih untuk tiada.
ooh tidak prolognya sedih :(
Comment on chapter Awal