"Ras ... ini surat cinta dari Devan" Aku mendengar Tyas yang mengganggu konsentrasiku yang sedang membaca buku dongeng milikku.
“Apa tadi?” Tanyaku yang memang tidak memperhatikan seluruh perkataan Tyas.
"Surat cinta dari Devan" ucap Tyas sekali lagi.
"Oh",aku mengambil surat itu dan memasukkannya ke dalam tas.
"Gag mau dibaca?" Tanya Tyas.
"Tyas udah berapa surat cinta yang Lo kasih ke gue hari ini? Emang lo tukang antar surat apa? Jangan mau lagi" ucapku yang aku yakin tidak akan didengarkannya. Dia itu terlalu baik.
"Hari ini ada 15 surat Ras, 3 lebih banyak dari yang kemarin, lagian mereka itu minta tolong masa iya gue tolak?" Ucap Tyas lalu duduk di sebelahku.
"Terserahlah" ucapku lalu kembali membaca buku dongengku.
“Buku dongeng?” Ucap Tyas dengan nada seakan tak percaya.
"Kenapa Lo masih kaget sih? Lo kan udah tahu kebiasaan gue yang satu ini" ucapku kesal.
"Ya, tapi itu dulu waktu Lo masih SMP dan tolong Ras, berhenti baca dongeng anak kecil gitu. Lo udah SMA" ucap Tyas.
"Biar gue tambahin. Gue baru SMA sekitar dua bulan yang lalu dan walaupun gue udah SMA gag akan gue beralih dari dongeng-dongeng ini" ucapku kesal.Apa yang salah sih dengan fakta bahwa anak yang baru masuk SMA 2 bulan lalu membaca dongeng . Gag ada yang salahkan?
"Ya terserahlah, capek gue debat sama lo, gag akan menang gue" ucap Tyas.
Aku tertawa, "makanya gag usah debat gue tentang satu hal ini" ucapku.
"Gue mau nanya deh Ras" ucap Tyas cuek.
"Nanya apa?" Ucapku sembari membaca sederetan kalimat dari cerita Rapunzel yang sedang kubaca.
"Kalau gue itung ya, semaenjak lo ada disini, lo udah dapat banyak surat cinta pastinya, iya kan?" Tanya Tyas.
"Hmmm ..." ucapku cuek. Masih bertahan dengan Rapunzel yang akhirnya bertemu dengan pangerannya yang akan membawanya melihat dunia luar membuatku tersenyum.
"Trus ... surat-surat itu Lo apain?" Tanya Tyas.
"Gue baca trus gue simpan" ucapku masih tetap tersenyum membaca kalimat-kalimat itu.
“Eh, gag usah senyum-senyum deh Ras, gue kayak berasa otak Lo udah gag beres tau gag?” Ucap Tyas yang membuatku menoleh.
"Tyas , lo mau bilang apa sih?" Tanyaku.
“Ok, gue mau nanya, apa gag ada satu pun orang yang ngasih surat cinta itu ke lo yang Lo suka?” Tanya Tyas.
Aku menggeleng, "Tau gag kenapa gue suka baca dongeng yang kata Lo dongeng anak-anak ini?" Tanyaku.
"Karena Lo pengkhayal tingkat tinggi plus pengen dapat pasangan kayak para pangeran dari para putri di dongeng itu" ucap Tyas.
"Ih, gue bukan pengkhayal tingkat tinggi Tyas" ucapku kesal.
"Gue baca dongeng, karena untuk saat ini, itu terlihat lebih nyata buat gue dibanding sama cowok yang ngasih surat cinta trus bilang gue bagaikan bintanglah, bulanlah, atau apapun itu karena tolong, itu lebih ngayal dari dongeng yang gue baca" lanjutku panjang lebar.
"Satu lagi, gue udah tahu ini dongeng jadi gue gag akan terlalu berharap sementara kata-kata cowok-cowok itu dalam surat itu gue gag tahu itu khayal apa gag" ucapku lagi.
"Ok, ok" ucap Tyas kemudian.
Bel berbunyi saat aku akan kembali melanjutkan membaca. "Tuh kan, udah bel" ucapku dan dengan kesal menutup buku dongengku.
* MLM *
Aku baru akan pulang hari ini saat sekolah sudah berakhir 30 menit yang lalu. Hari ini aku piket.Tyas pun sudah lebih dulu pergi.
Aku berjalan melalui koridor sekolah menuju ke lapangan basket yang membuatku mengernyit.
Terlihat banyak siswa disana. Aku tetap melangkah santai. Mungkin ada lomba pikirku. Pikiran itu adalah sia-sia karena aku tidak tahu hal itu akan kita membawa dampak besar dalam kehidupan SMA ku.
"Raras!"
Devan. Orang itu dengan lantangnya meneriakkan namaku seakan-akan aku adalah orang tuli.
Aku membalik badan menunggu apa yang orang itu akan lakukan.
Dia berlari ke arahku yang berada di tengah lapangan basket. Kulihat kesekeliling, semua orang melihat kejadian ini. Aku menghela nafas. Dia semakin dekat dan kini tepat dihadapanku.
Dia menggenggam tanganku dan menatapku lembut.
"Ras, gue tahu ini keliatan cepat banget., Tapi Lo tahu kan istilah kita gag bisa nentuin kapan dan untuk siapa hati kita jatuh? Sama kayak gue Ras, gue gag bisa nentuin hal itu. Hati gue memilih sendiri untuk jatuh ke Lo Ras, saat Lo lewat depan gue dengan senyum Lo "ucapnya.
Aku menghela nafas lagi.Aku ini adalah pecinta dongeng dan cerita yang kubaca, pangeran melakukan hal romantis pada putrinya hanya saat ada mereka berdua saja.
Jika pun tidak, itu hanya dihadapan rakyatnya karena mereka anggota istana. Bukannya dengan sok hebatnya membuat pernyataan cinta menjadi tontonan orang-orang.
Aku mendengus seketika. "Trus Kalo hati Lo jatuh ke gue mau apa? Mau gue pungut trus balikin ke Lo?" Ucapku sarkas.
"Gue mau Lo ambil hati gue dan simpan baik-baik" ucapnya tersenyum, mungkin tak menangkap nada sarkas yang kentara.
"Buat apa gue simpan hati Lo? Apa gunanya?" Ucapku lagi.
"Lo mau jadi pacar gue?" Tanyanya mengabaikan ucapan tajamku.
Semua orang yang melihat hal itu bersorak. "Terima! Terima!" Ucap mereka.
"Lo butuh jawaban gue?" Ucapku berbisik agar orang-orang itu tidak mendengarnya.
"Iya gue mau dengar. Lo udah baca surat dari gue kan?" Tanyanya.
"Gue gag mau jadi pacar lo. Surat cinta receh Lo itu? Hahaha udah ada di tempat nya yang seharusnya. Tempat sampah" ucapku lalu melangkah pergi. Suara orang-orang itu sudah tidak lagi terdengar.
"Tunggu!" Ucap Devan membuatku berhenti.
Sekarang jarakku ada lima langkah darinya. "Kenapa? Masih kurang jelas jawaban gue?" Ucapku sinis.
"Gag, jelas banget malah. Gue emang suka sama lo tapi bukan berarti Lo bisa mempermalukan gue kayak gini" ucapnya.
"Gue mempermalukan Lo? Lo yang permalukan gue. Bukan gue yang punya ide buat hal bodoh ini" ucapku.
"Iya emang, ini ide gue. Maksud gue bukan jawaban Lo. Surat gue. Lo gag bisa permalukan gue" ucapnya.
Aku tidak menjawab. Sesaat aku merasa menjadi orang yang paling jahat. Aku mengingat papaku, dia tidak pernah mengajarkan aku seperti ini. Matilah aku.
"Ma .."
"Tenang aja, mulai detik lo bilang lo buang surat gue, perasaan gue udah gue kubur. Satu lagi, kalo sampe Lo yang jatuh ke gue, ingat hari ini. Gue akan perlakukan Lo lebih buruk dari ini" ucapnya.
Aku tadinya ingin minta maaf, tapi dasar dia yang tukang drama.
"Gue? Jatuh sama lo? Lo lagi ngelawak? Sampe gue jadi janin lagi gag bakal hal itu terjadi" ucapku langsung pergi dari lapangan tak lagi mempedulikan apa yang terjadi.
Aku berjalan ke stasiun dan bergegas pulang.
* MLM *
"Raras, kamu makan dulu" ucap Mama.
"Iya ma, Raras selesaikan PR dulu.Besok dikumpul" ucapku.
"Ya udah, mama sama papa duluan ya" ucap mama.
"Iya ma" ucapku.
"Akhirnya selesai juga" ucapku senang. Aku pun meroster buku lalu pergi ke meja makan.
Ada catatan kecil disana.
"Sayang, mama sama papa mau keluar kota mungkin 3 hari. Kamu jaga diri baik-baik.kalau ada apa-apa hubungi Mama atau papa ya"
Aku mengambil ponselku dan menelepon Mama.
"Ma, aku sendiri?" Ucapku.
"Iya, kamu gag takut kan?" Tanya mama.
"Iya enggak. Hati-hati ya ma .cepat pulang" ucapku.
"Iya, kalau ada apa-apa langsung telepon mama ya" ucap mama.
"Iya ma. Udah ya ma, selamat malam" ucapku.
"Iya, selamat malam sayang" ucap mama dan mengakhiri sambungan itu.
Aku lalu mulai makan. Saat tengah makan, ponselku berbunyi. Aku mengambilnya, ada pesan dari Tyas.
“Gila Lo Ras, nolak Devan di depan banyak orang?” Itu isi pesannya.
"Kok Lo bisa tahu?" Balasku karena Tyas kan gag ada disitu.
"Lo gag tahu ya kalau Devan itu seleb sekolah kita? Dan sekarang video Lo nolak Devan lagi viral" balas Tyas.
Aku menghela nafas, "ya udahlah, emang mau diapain lagi?" Balasku lalu mematikan handphoneku.
Untunglah aku sudah selesai makan, jadi aku bisa langsung kekamar. Aku mau membaca buku dongengku sebelum tidur.
Saat sampai di kamar alih-alih membaca dongeng, aku melihat tumpukan surat cinta. Entah apa yang merasuki ku aku malah mencari surat Devan dan mengambilnya. Aku duduk di kasur sambil membuka surat itu.
Dear Larasati Aretha (Raras)
Mungkin kamu udah mengenal aku waktu ospek X tapi aku ingin memperkenalkan diri lagi. Namaku Devan Arsenio biasa Disebut Devan. Aku kelas XI IPA 1. Aku suka warna biru. Aku suka basket. Aku suka nasi goreng sosis.Aku suka baca cerita. Cerita yang aku maksud mungkin sedikit aneh untukmu, tapi aku suka dongeng.
Aku berhenti sesaat. Dia suka dongeng? Lalu kenapa dia membuat rencana memalukan itu? Atau ini hanya alasan dia untuk menarik perhatianku?
Aku suka fisika.Aku suka renang, tapi dari semua hal yang aku suka, Aku paling suka sama seseorang bernama Raras. Iya benar, aku suka kamu Ras. Mungkin terdengar klise atau mungkin pengecut.
Karena aku mengatakan hal ini melalui surat bahkan aku tidak secara langsung memberikannya. Tapi, tenang saja, aku bukan pengecut kok. Nanti setelah pulang sekolah, aku akan nunggu kamu di lapangan basket. Aku akan utarain sendiri perasaan ku ke kamu.
Kuharap kamu datang. Maaf ya Ras, surat ini lebih banyak tentang aku karena aku belum tahu banyak soal kamu. Bodoh ya? Ketika aku belum tahu apa-apa tentang kamu, kamu bisa membuat hati aku jatuh ke kamu.Kayaknya ini bukan surat cinta deh. Padahal banyak kan ya, yang ngasih surat ke kamu.
Maaf ya, suratnya receh banget.
Apa maksudnya ini? Jadi dia tidak mau membuat aku terkejut ala-ala sinetron? Dia udah ngasih tahu aku?
"Oh,bodohnya aku"ucapku lalu menyembunyikan wajahku di balik selimut.
MLM:Mengejarmu lewat mimpi, nice idea :)
Comment on chapter MLM