Loading...
Logo TinLit
Read Story - Run Away
MENU
About Us  

"Gue boleh join?"

Tara yang sedang memainkan ponselnya itu, mendongak. Sontak memutar bola matanya. Sementara Dave langsung duduk di kursinya, tanpa menunggu jawaban dari cewek dihadapannya itu.

Sekilas Dave tersenyum yang cenderung terkesan jahil. Yang lagi-lagi membuatnya sebal.

"Ngapain lo disini?!" Tanya Tara sedikit sewot.

"Makan,"

Tara mendengus dan menatap kearah Dave malas, "Ya tau! Tapi kenapa dari sekian banyak kursi, lo duduk disini? Ini, kan, tempat gue." Ucap Tara menunjukkan ketidaksukaannya. Sedangkan Dave hanya menatapnya santai dan polos. Seolah-olah sedang memancing kekesalan-kekesalan lainnya. Karena entah kenapa, Tara sejak awal tidak suka dengan cowok dihadapannya ini, yang notabenenya adalah tetangganya sendiri.

"Ada tulisannya emang?"

Tara terdiam sebentar. Iya juga, sih.

Tapi dia kan engga suka kalau Dave ikut gabung disini!

Tara mendesah, "Susah banget emang ngomong sama tetangga rese kayak lo!"

Dave terkekeh. "Kita belum kenalan."

"Nggak penting,"

"Ntar juga lo mau jabatan tangan sama gue," Ucapnya percaya diri lalu meneguk soda dalam kaleng berukuran sedang itu. "Untuk sementara ini..okelah lo nggak mau"

Jika dilihat dari menu makanan Dave hari ini, di nampannya hanya ada satu kaleng soda dan Burger Double Cheese. Menu simple yang pastinya tidak akan membuat Tara kenyang. Beda, sih, sama cowok seperti Dave. Karena sudah terbiasa, pasti dia kenyang-kenyang saja. Dan juga, tanpa Dave nangkring di sini bersamanya, ia bisa membawa makanannya ke kelas.

"Serah lo,"

"Gitu mulu jawaban lo,"

"Makanan lo dikit. Ngapain makan dikantin sih?! Makan di kelas juga bisa."

"Kantin tempat makan, kelas tempat belajar. Masa gitu aja nggak tau,"

Tara mendengus, ia merutuk di dalam hati. Omongan cowok itu benar. Ia jadi salah tingkah sendiri.

Seakan tersadar, Tara baru teringat oleh Kinan yang entah kenapa sahabatnya itu lama sekali hanya untuk membeli makanan. Biasanya Kinan punya 1001 cara untuk mendapatkan pesanan mereka lebih cepat-nyerobot. Jika sudah terlalu lama begini, waktu yang akan dihabiskan Tara dengan Dave di meja yang sama ini, akan semakin lama juga.

Kantin siang ini tidak terlalu ramai. Masih dalam keadaan standar sebenarnya, tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Lagipula ini memang sepertinya akal-akalan Dave saja. Karena sejak awal sudah terlihat kalau dirinya itu hanya mau modus dengan Tara. Katakanlah Tara terlalu percaya diri, tapi ia tidak salah untuk berprasangka buruk pada cowok berambut coklat di hadapannya ini, pasalnya masih banyak kursi-kursi kosong yang menyebar di ruangan kantin. Sehingga tidak ada alasan yang lebih valid bagi Dave, selain mau modus!

"Pulang bareng gue, yuk!"

"Ogah!" Sahut Tara cepat tanpa melirik kearah Dave. Ia masih sibuk dengan ponselnya. "Lo kira gue suka nebeng apa,"

"Lumayan loh bisa ngirit ongkos. Lagipula kita juga tetanggaan,"

"Gue bawa kendaraan sendiri"

"Kalau gitu mulai besok lo bareng gue aja," Katanya seraya menaik turunkan alisnya, menanti Tara menyetujui rencananya itu.

Ternyata, selain tukang modus, Dave ini pemaksa. Meski apa yang dikatakannya itu memang banyak benarnya, tapi tetap saja bagi Tara, Dave itu orang baru. Jadi tidak perlu terlalu percaya. Bagaimana kalau ternyata Dave itu penjahat yang bersembunyi di balik wajah tampan kebuleannya?

Ngomong apa tadi gue!!!

Tara memutar bola matanya jengah, "Nggak sudi gue satu kendaraan sama lo. Ntar lo kesenangan lagi."

Sontak Dave langsung terbahak. Sementara Tara menatapnya heran. Untuk menetralisir sisa tawanya, cowok itu menghela napasnya. "Tenang aja. Gue orangnya pelan-pelan kok. Nggak ngegas cuma untuk buat lo suka sama gue,"

"Serah lo serah!"

"Ra, ini ba- Astaga ada cogan disini!" Pekik Kinan riang. Dengan gerakan refleks, cewek bertubuh tinggi ideal itu langsung menaruh 2 mangkok baksonya diatas meja hanya untuk menjulurkan tangannya berkenalan dengan Dave yang sudah tersenyum. "Kenalan dulu! Gue Kinan. Biasa dipanggil Kinan, atau Cinta juga boleh," Ucapnya terlalu antusias.

"Cinta?"

Kinan terkekeh pelan, "Enggak kok. Gue bercanda. Itu, sih, namanya Tara bukan gue."

Sementara Dave hanya ber-oh, lalu ikut terkekeh.

Lalu mengalirlah obrolan-obrolan mereka. Entah apa yang mereka bicarakan. Kinan yang enak diajak ngobrol bertemu dengan Dave yang cerewet, memang paket pas jika bertemu begini. Baru beberapa menit, mereka sudah terlihat akrab. Persis seperti teman lama yang baru bertemu.

Tara yang tidak termasuk didalamnya, hanya fokus untuk membumbui baksonya yang masih panas dihadapan sambil sesekali menscroll layar ponselnya.

Masih disisa tawanya, Kinan berucap. "Ya nggak, Ra?"

"Hm,"

"Ish. Mesti jawabnya gitu," Sahut Kinan dengan bibir mencebik. Wajahnya cemberut. Kesal dengan reaksi Tara yang asal menjawab. Biasanya kalau temannya itu sudah terlalu asik, dia akan merespon seadanya. Contohnya seperti tadi.

Sedangkan Dave yang kebetulan makanannya sudah habis dalam beberapa gigitan itupun, melirik kearah Tara yang disibuk memainkan ponselnya. Dan yang membuatnya tertarik adalah cewek itu sedang menscroll akun instagram milik seseorang yang entah siapa karena tidak di kenal olehnya.

"Ternyata ada yang suka ngestalk juga ya?" Ujar Dave dengan maksud menyindir, tapi tatapan matanya yang jenaka itu melirik kearah Kinan.

Tara refleks mendongak. Sementara Kinan yang mengerti sudah melirik kearahnya, menatap layar ponsel Tara yang menampilkan sosok cowok bertubuh tinggi dengan baju basket yang pas ditubuh. Sebuah akun instagram yang sudah sering kali ia lihat ketika bersama temannya ini. Bahkan tanpa melihat username pemilik akun itu, Kinan sudah tahu sangking seringnya Tara membuka postingan yang sama itu didepannya.

Kinan terkekeh, "Yah ketahuan ngestalk deh lo." Kinan menyikut Tara.

Sontak Tara melotot dan hampir berteriak kala jarinya secara tidak sengaja menekan ikon berbentuk hati. Dia tidak sengaja me-like foto yang diposting dua tahun lalu itu!

Tara mendelik menatap Kinan, bersamaan dengan wajahnya yang memerah karena malu akibat terciduk. Dan di tanggapi oleh Kinan dengan cengiran lebarnya.

"Suka-suka gue lah!" Ucapnya dengan wajah yang masih memerah.

Dave tertawa kecil dan geleng-geleng kepala. Mau ngestalk orang tapi nggak jago, malah ketahuan orang lain.

"Maklum lah Dave. Ini anak satu kurang tidur. Jadi agak sensi," Sahut Kinan kembali terkekeh.

"Gebetan lo, ya?"

Enggan merespon, Tara mengunci ponselnya. Menghentikan aksi kepo Dave yang memungkinkan timbulnya pertanyaan-pertanyaan lain yang bisa membuatnya malu berlebihan. Ia kembali fokus menyuapi dirinya dengan mie bakso.

Dave tersenyum jahil lagi kearahnya, "Nanti gue bilang ke cowoknya. Siapa namanya tadi? Arlan?"

***

Sepertinya hari ini Tara harus menerima rasa malu yang beruntut. Mulai dari omongannya yang di skakmat hingga dirinya terlihat bodoh, ketahuan suka sama Arlan, ngestalk akun instagram Arlan, sampai ketahuan nebeng pulang sama Kinan. Dan lagi-lagi orang yang membuatnya terciduk adalah orang yang sama. Dave!

Tara tidak habis pikir, bagaimana bisa dalam waktu kurang dari seminggu ini sudah dibuat kesal beruntut oleh tetangganya itu. Cowok itu cuma datang dan menimbulkan masalah untuknya. Iya, kan? Bahkan sejak awal pertemuan mereka. Belum apa-apa sudah berulah.

Jatuh dari tangga rumah pohon, memaksa untuk berkenalan, mengajak pulang bersama, memberitahu Arlan bahwa Tara menyukainya, lalu berikutnya apa? Mengadu kepada ibunya bahwa Tara keluyuran tengah malam untuk ke rumah pohon?

Jika benar Dave berani mengatakan hal itu pada ibu, Tara tentu tidak akan membiarkannya terjadi. Awas saja.

Tetapi seketika nyali yang sebelumnya menggebu-gebu itu perlahan menghilang ketika....

"Tante malah baru tahu kalau- nah ini anaknya baru datang." Ibu menatap Tara seketika saat dirinya baru saja masuk ke dapur. Seperti menunggu mangsa yang siap untuk di makan. Wajahnya bahkan sangat serius, sementara Dave hanya menyengir lebar.

"Ternyata kamu masih suka keluyuran, ya. tengah malem tanpa sepengetahuan ibu..."

Ck. Dave ngadu.

"...uang sangumu ibu potong."

Kan, kan bawa uang saku. Nggak adil ini namanya!

“Hah?”

“Mulai besok,”

“Tapi Ak-“ Tara menghela napasnya sedikit keras. Ingin menjawab ketika ibunya malah menampilkan wajah ‘tidak ada protes’.

Tara mencebikkan bibir dan melirik ke arah Dave dengan pandangan permusuhan. Seolah tidak peduli, Dave hanya memakan potongan kue brownies yang ia yakini adalah buatan Nenek Ranti, neneknya Dave.

"Oh iya, tante kenal Arlan?"

Fix. Dave cari mati!

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Waiting
1731      1283     4     
Short Story
Maukah kamu menungguku? -Tobi
Intuisi
4052      1254     10     
Romance
Yang dirindukan itu ternyata dekat, dekat seperti nadi, namun rasanya timbul tenggelam. Seakan mati suri. Hendak merasa, namun tak kuasa untuk digapai. Terlalu jauh. Hendak memiliki, namun sekejap sirna. Bak ditelan ombak besar yang menelan pantai yang tenang. Bingung, resah, gelisah, rindu, bercampur menjadi satu. Adakah yang mampu mendeskripsikan rasaku ini?
Tenggelam dalam Aroma Senja
337      241     0     
Romance
Menerima, adalah satu kata yang membuat hati berat melangkah jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Menunggu, adalah satu kata yang membuat hati dihujani ribuan panah kerinduan. Apakah takdir membuat hati ikhlas dan bersabar? Apakah takdir langit menjatuhkan hukuman kebahagian? Entah, hanyak hati yang punya jawabannya.
I Fallen for Jena Henzie
8581      1895     0     
Romance
Saat pitcher melempar bola, perempuan itu berhasil memukul bola hingga jauh keluar lapangan. Para penonton SMA Campbell langsung berdiri dengan semangat dan bersorak bangga padanya. Marvel melihat perempuan itu tersenyum lebar saat mengetahui bolanya melambung jauh, lalu ia berlari sekencang mungkin melewati base pertama hingga kembali ke home. Marvel melihat keramaian anak-anak tim base...
Trainmate
2796      1221     2     
Romance
Di dalam sebuah kereta yang sedang melaju kencang, seorang gadis duduk termangu memandangi pemandangan di luar sana. Takut, gelisah, bahagia, bebas, semua perasaan yang membuncah dari dalam dirinya saling bercampur menjadi satu, mendorong seorang Zoella Adisty untuk menemukan tempat hidupnya yang baru, dimana ia tidak akan merasakan lagi apa itu perasaan sedih dan ditinggalkan. Di dalam kereta in...
Supernova nan Indah merupakan Akhir dari Sebuah Bintang
3941      1252     1     
Inspirational
Anna merupakan seorang gadis tangguh yang bercita-cita menjadi seorang model profesional. Dia selalu berjuang dan berusaha sekuat tenaga untuk menggapai cita-citanya. Sayangnya, cita-citanya itu tidak didukung oleh Ayahnya yang menganggap dunia permodelan sebagai dunia yang kotor, sehingga Anna harus menggunakan cara yang dapat menimbulkan malapetaka untuk mencapai impiannya itu. Apakah cara yang...
Back To Mantan
610      403     0     
Romance
"kenapa lagi.."tanya seorang wanita berambut pendek ikal yang dari tadi sedang sibuk dengan gadgetnya. "kasih saran.."ujar wanita disebelahnya lalu kemudian duduk disamping wanita tadi. lalu wanita sebelahnya mengoleh kesebelah wanita yang duduk tadi dan mematikan gadgetnya. "mantan loe itu hanya masa lalu loe. jangan diingat ingat lagi.loe harus lupain. ngerti?&...
[END] Ketika Bom Menyulut Cinta (Sudah Terbit)
1567      751     5     
Action
Bagaimana jika seorang karyawan culun tiba-tiba terseret dalam peristiwa besar yang mengubah hidupnya selamanya? Itulah yang dialami Maya. Hari biasa di kantor berubah menjadi mimpi buruk ketika teror bom dan penculikan melanda. Lebih buruk lagi, Maya menjadi tersangka utama dalam pembunuhan yang mengejutkan semua orang. Tanpa seorang pun yang mempercayainya, Maya harus mencari cara membersihka...
Starlight and Integra
8921      2118     8     
Fantasy
Siapakah sebenarnya diriku? Apa saja yang sebenarnya disembunyikan oleh orang-orang di sekitarku? Dimana kekeasihku Revan? Mungkinkah dia benar-benar telah tewas saat peristiwa pelantikan prajurit itu? Atau mungkinkah dia ditangkap oleh Kerajaan Integra, musuh kerajaanku? (Roselia Hope, warga Kerajaan Starlight)
Help Me
6128      1828     6     
Inspirational
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jika manusia berfikir bahwa dunia adalah kehidupan yang mampu memberi kebahagiaan terbesar hingga mereka bangun pagi di fikirannya hanya memikirkan dunia yang bersifat fana. Padahal nyatanya kehidupan yang sesungguhnya yang menentukan kebahagiaan serta kepedihan yakni di akhirat. Semua di adili seadil adilnya oleh sang maha pencipta. Allah swt. Pe...