“Saya terima nikah dan kawinnya Liona Indri Permatasari dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” Ucap seorang pria itu dengan sangat berat hati.
“Para saksi, bagaimana? Sah?” ucap penghulu yang berada di depan Tama.
Tentu benar, dia adalah Pratama. Tama yang terpaksa harus menikahi Liona mantan kekasihnya dahulu. Mengucap ijab Kabul di depan orangtuanya dan begitu pun dengan orangtua Liona.
“Ketika aku harus merelakanmu karena yang tak mampu memperjuangkan dan mempertahankanmu. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan ini, aku yakin Tuhan telah menuliskan takdir kita masing-masing. Di setiap hembusan nafasku aku yang merindukanm dan jauh di dalam lubuk hatiku, aku menginginkanmu.”
Tak terkecuali Tomy dan Fey hadir di sana. Menyaksikan bagaimana Tama menikahi gadis yang jelas-jelas sudah mencelakai Muti demi menyelamatkan Tama dari tembakan seorang pria misterius yang disuruh oleh Liona.
Ke mana Muti?
Ia terbujur kaku di tempat tidur rumah sakit, ia koma karena peluru yang mengenai bagian kepala belakang Muti yang mengenai saraf otak miliknya. Malang gadis itu, yang harus menanggung segala derita yang tak seharusnya ia dapatkan.
Tama. Sesunguhnya ia tak menginginkan pernikahan ini terjadi, tak sedikit pun terlintas dalam benaknya menikahi gadis sial ini. Gadis yang selalu membuat wanitanya dalam kondisi bahaya, hanya karena ambisinya untuk memiliki Tama seutuhnya.
Ibu Nora beserta ayah Tama, tidak menyetujui pernikahan Tama dengan Liona tetapi melihat kondisi Muti yang sangat menyedihkan, selalu menderita karena berada di sisi Tama dan penyebab semuanya adalah Liona. Mereka pun memutuskan untuk menyetujuinya agar Liona tidak menyakiti orang-orang yang berada di sekitar Tama.
Sungguh sangat disayangkan, gadis yang diinginkan oleh Ibu Nora bukanlah Muti melainkan gadis yang pernah membuat anaknya terjerumus dalam lubang kenistaan, menjadi lelaki yang tak berbudi.
Dan kini Tama harus melepaskan gadis yang membuat dirinya bahagia lebih dari apa pun, gadis yang selalu menuntunnya dalam berbuat kebaikkan, mengajarkan bagaimana menghargai dan dihargai, mengetahui artinya menunggu dan ditunggu.
Sementara Liona, ia angat puas dan sudah benar-benar menang dari Muti karena bisa memiliki Tama sepenuhnya. Liona sangat bahagia melihat penderitaan Muti, padahal apa yang diperbuatnya sudah jauh dari kata kemanusiaan.
Apa pantas perbuatan seperti dikatakan sebagai perbuatan manusia?
Bahkan orang jahat pun tentunya mengatakan, itu adalah perbuatan iblis.
@ReonA masih baru bngt ini hehe. Makasih :)
Comment on chapter Prolog