Di tepi jalan, Muti tidak langsung pulang tapi ia bersantai sejenak di sebuah taman yang cukup ramai.
"Let it go. Let it go. Can hold it back anymore. Let it go, turn my back slam the door." Nada dering yang beasal dari ponsel Muti.
"Hallo?" Muti mengakatnya.
"Lo di mana? Kok jam segini belum pulang?" Jawab orang di sebrang sana.
"Gue lagi di taman Bazoka, daerah cempaka putih itu loh!" jelasnya.
"Sama siapa di sana? Sama Tama?"
"Engga kok, gue sendiri."
"Gue jemput ya? Gue takut lo kenapa-kenapa!!"
"Engga ngerepotin? Gue takut lo lagi sibuk !! Kalo lo sibuk, gue naik taxi pulangnya."
"Engga, gue udah di rumah dari abis asar. Gue OTW ke sana ya? Tunggu gue."
"Oh ya udah. Gue tunggu."
Lagi lagi, Tama dari jarak yang tidak dekat mengikuti kepulangan Muti. Walaupun ia tahu, saat kepergian Muti yang amat jauh dirinya dapat mengikuti dan melihat banyangannya. Tama hanya ingin memastikan Muti pulang dengan selamat. Tama melihatnya, mengangkat ponsel.
Handphone Muti berdering untuk yang kedua kalinya. Nomor tidak dikenal nyangkut di handphonenya. Ditekannya tombol hijau dari handphonenya.
"Hallo? Ini siapa?"
"Ini gue Tama."
"Kenapa Tam?"
"Udah sampe rumah?"
"Belum. Gue masih pengen ke tempat lain dulu sebentar. Tadinya mau langsung pulang, tapi gue males".
"Ke mana? Bukannya langsung pulang."
"Di taman."
"Di taman mana? Biar gue ke sana. Deket dari diskotik?"
"Engga usah. Bentar lagi juga mau pulang. Lumayan sih engga terlalu jauh."
"Gue ke sana ya? Biar gue anterin pulang. Lo belum sampe rumah, bikin gue khawatir."
"Lo engga usah khawatir. Gue engga suka dikhawatirin. Gue bisa jaga diri kok."
"Bener?"
"Iya, tenang aja."
"Yaudah. Bye."
"Bye."
Dari kejauhan aku masih tetap menunggu sampai dia benar-benar pulang.
***
Suara motor datang tepat di dekat bangku taman di mana Muti sedang duduk sendiri. Dengan di kekelilingi anak kecil yang berlarian ke sana-sini. Karena suasana sore di taman ini cukup ramai.
“Lama nunggunya?” ungkap Aldi.
"Engga kok." Muti.
"Tama kemana? Kok dia ninggalin lo sendiri di sini?" bentaknya.
"Tama ada urusan."
"Seharusnya dia bisa anterin dulu, baru sama urusannya dia. Diakan yang ngajak lo, masa dia engga tanggungjawab sama kepulangan lo juga sih."
"Lagian gue yang minta sendiri buat engga di anterin pulang sama dia".
Pulanglah mereka dengan kereta kencana, beremisikan CO2.
Ternyata Muti tak mau di antar pulang karena dirinya dijemput oleh Aldi. Rasa cemburu ada di dalam hati Tama. Sepenting itukah Aldi?
"Lain kali jangan kaya gitu lagi!" Aldi memperingatkan Muti.
"Iya, sorry deh. Gue udah buat lo khawatir." maaf Muti.
"Ya udah, gih masuk!" titahnya.
"Oke. Bye." melambaikan tangannya.
"Iya. Istirahat sana, pasti lo capek !!"
Muti hanya tersenyum manis di hadapan Aldi.
***
"Drrrrrtttt....drrrrrttttt...". Getaran handphone Muti.
From : Tama
Udah sampe?
To : Tama
Udah kok.
Tak Tama balas sms darinya, karena apa? Karena Tama takut mengganggunya. Mengganggu waktu istirahatnya.
Muti meletakkan tasnya di meja, dan dirinya terduduk agak lelah di bangku kamar kostnya. Sambil melamun, Muti berbicara pada dirinya sendiri.
"Kok dia bisa gitu ya? Orangtuanya emang engga ngurusin dia apa, kasian harus jadi anak brutal. Padahal dia orangnya baik."
Bergegaslah Muti membasuh seluruh permukaan badannya hingga tak ada noda sedikitpun dalam tubuhnya.
Adzan berkumandang, Muti menjalankan kebutuhannya yaitu beribadah. Baru saja selesai, Muti mendapatkan pesan singkat.
From : Tama
Lagi ngapain?
To : Tama
Abis sholat. Lo sendiri?
From : Tama
Gue lagi duduk aja.
To : Tama
Lo engga sholat?
From : Tama
Masa orang kaya gue sholat !!
To : Tama
Emang kenapa? Lo muslimkan?
From : Tama
Bokap nyokap islam. Guenya kafir.
To : Tama
Haha :D . Lo engga pernah sholat?
From : Tama
Semenjak gue lulus SMP, gue udah engga pernah sholat lagi.
To : Tama
Amazing banget lo !! Astagfirullah.
From : Tama
Hehehe :D
To : Tama
Kenapa engga coba buat sholat? Walaupun engga setiap hari.
From : Tama
Kemauan gue, cuma 5% buat sholat.
To : Tama
Bisa jadi 55% engga kemauan lo?
Tak ada balasan dari Tama untuk Muti, ia memikirkan sms yang dikirimnya. Dalam hati Tama selalu berkata,
"Suatu saat nanti aku ingin menjadi imammu Mut. Apakah aku bisa memilikimu? Apakah kau menyukaiku seperti aku menyukaimu? Apakah aku bisa membahagiakanmu? Aku ingin mencoba segala hal bersamamu, selain kehidupan gelapku." Gejolaknya dalam hati.
From : Tama
Gue akan mencoba.
Tak ada balasan dari Muti, ternyata Muti telah tertidur pulas setelah makan dan shalat isya. Terlalu lelah untuk hari ini.
@ReonA masih baru bngt ini hehe. Makasih :)
Comment on chapter Prolog