Setelah upacara sedikit demi sedikit dan pasti, apa yang tejadi dapat dibaca dan ditebak. Kami, para siswa baru digiring masuk keruang orientasi siswa yang dianggap sebagai rumah hantu paling angker oleh beberapa teman-teman seangkatanku yang parno. Sementara beberapa kakak kelas yang tidak tergabung dalam panitia MOS sibuk memilih kursi yang akan diduduki, sibuk memilih teman mana yang akan dijadikan patner selama satu tahun kedepan dan kegiatan ini menimbulkan sedikit kegaduhan.
Aku masuk keruangan itu lalu memiih bangku yang menurutku pas dan strategis : bangku urutan tiga dari depan! Dan begitu punggungku merasa nyaman tak lama setelah itu seorang guru cantik yang tak henti-hentinya mengulum senyum masuk kelas tempat di mana Kami mengalami kegelisahan yang amat sangat, tegang dalam votl tinggi dan takut diatas batas rata-rata itu.
“Baik, sebelum acara MOS ini dimulai, ada baiknya Ibu akan memerkenalkan diri terlebih dahulu Ibu memperkenalkan diri dahulu seperti pepatah bilang jika tidak kenal maka tidak sayang. Sebelumnya ada yang sudah kenal dengan Ibu?” Wanita cantik itu melemparkan senyumnya.
“belum Ibu” Jawab Kami entah sejak kapan menjadi kompak dan bersamaan.
“Oke, Nama Ibu Susanti bisa dipanggil Bu Susan dan yang disamping Ibu namanya Ibu Nurdiana, Kami berdua adalah guru disini yang nantinya Insya Allah akan mengajar kalian nanti.”
MOS yang selalu dikenal angker di beberapa wilayah Indonesia, namun disini pada materi pertama diisi dengan wawasan wiyata mandala, saat itu Kami selaku siswa baru yang akan segera menduduki SMA Harapan Persada itu hanya bisa berdecak kagum akan prestasi-prestasi yang telah diraih oleh Kakak-kakak yang berada di SMA Harapan Persada atau yang sudah alumni. Namun, karena waktu yang benar-benar sangat terbatas maka penjelasan yang mengundang decak kekaguman itu harus berakhir dalam waktu yang ditentukan. Dan kedua perempuan hebat itu harus meninggalkan ruangan ketakutan dan parno yang berlebihan itu.
Derap kaki yang menimbulkan ketakutan mulai terdengar sudah, anggota Osis yang terlibat dalam panitia MOS itu mulai memasuki ruangan. Derap kaki mereka terdengar mengerikan persis seperti tentara terlatih yang siap tempur. Bayang-bayang ketakutan mulai memenuhi jiwa Kami, prasangka buruk akan siksaan yag akan Kami terima merasuk dalam batin tanpa bisa dicegah sesentipun.
“Baik, adik-adik sekaian. Kami semua dari Anggota Osis akan mengambil alih agenda MOS saat ini” Ujar seorang laki-laki dengan tampang pemain sepak bola.
Ranah berbahaya tentang peloncoan sudah mulai masuk dan saat ini peloncoan mendidik mulai digelar, Kami dibagi dua kelompok yaitu pro dan kontra artinya yang setuju dan yang tidak setuju tentang “pacaran dalam Islam.”
“Adik-adik semua akan mengemukakan pendapat tentang ada tidak pacaran dalam islam itu, bagi yang golongan pro harus setuju bahwa pacaran itu ada didalam Islam dan harus dijalankan dengan cara-cara yang islami dan yang satu lagi, tidak ada pacaran dalam Islam serta dikemukan hal–hal yang masuk akal dan berdasarkan wahyu juga boleh.” Seorang perempuan dengan mata yang sipit sedikit memberi petunjuk.
“Ada yang mau mulai?” tanyanya.
“Saya Kak,” Seorang perempuan jangkung mengancungkan tangan.
“Yups, sebutkan nama dan dari kelompok apa”
“Nama Saya Siti Rahma Yanti, saya kelommpok kontra. Menurut saya, tidak ada pacaran dalam Islam karena pacaran itu adalah jalan yang buruk dan jalan yang paling hina serta hukumnya juga haram, pacaran adalah salah satu pintu untuk menuju pada zina, kita harusnya sadar bahwa ketika ada seseorang yang mengatakan mencintai kita pada dasarnya dia sedang mengatakan maukah engkau berzina denganku? Dan saat itu setan berpesta setiap kali ada manusia yang jadian. Dalam Islam segalanya diatur dengan indah, pacaran itu hanya ada setelah akad nikah dilantunkan dan itu lebih nikmat tanpa harus merasa takut terjaring wilayatul hisbah(WH) selain itu bla..bla..bla” Perempuan bernama Siti itu terus becerita panjang lebar hingga baterai suaranya menjadi habis dan akhirnya Ia berhenti.
“Ya, ada lagi yang mau berkomentar? dari kelompok pro?”
“Saya Kak”
“Baik, silahkan sebutkan nama, kelompok dan komentarnya apa”
“Nama Saya Zahratul Fitria, saya dari kelompok pro. Jika saya ditanya apakah boleh pacaran dalam Islam? Saya menjawab boleh karena selama orang-orang yang berpacaran itu tidak melakukan sesuatu yang dilarang oleh agama ya tidak masalah. Toh, mereka hanya berkasih-sayang dan sedikit perhatian saya rasa aktivitas ini sah-sah saja dan juga pacaran ini baik buat kita belajar mengerti karakter orang lain bla..bla..bla..” Zahra tampaknya tidak mau kalah dari yang kontra sehingga mengeluarkan stategmen yang tidak kalah panjangnya.
“Tapi Kak…” Sela seseorang begitu bunga selesai menjelaskan.
“Ingat etika berdiskusi ya. Sebutkan nama dari keompok apa dan komentarnya”
“Baiklah, Nama Saya Yuli Safrizal dari kelompok kontra. Menurut Saya, sebagai lelaki tidak mungkin seorang lelaki itu berpacaran tanpa kegiatan apapun misalnya paling ringan ya smsan mesra dan sekedar memegang jari saja. Itu sifat normalnya manusia.”
Namun, setelah beberapa orang mengemukan pendapatnya diskusi itu menjadi fakum dan tidak berjalan hangat sebagaimana diskusi-diskusi yang dilihat ditelevisi. Taulah kendala yang dihadapi anak baru bahwa malu sudah menjadi budaya dan juga rasa takut pada senior serta parno terhadap teman-teman baru yang berlebihan dan tidak terkendali. Selanjutnya yang terjadi adalah alasan untuk menjobloskan Kami, para siswa baru kedalam ruangan yang disebut MOS Controling. Hal ini ditujukan pada setiap orang yang disuruh untuk memberi pendapat namun tidak mau memberi pendapat baik dari golongan pro maupun kontra maka tidak segan-segan untuk diseret ke MOS Controling. Puih… kejam bener, diseret man.. disereh hehehe. Kalian tau apa itu MOS Controling? Sini deh Aku bisikin apa itu MOS Controling, Mos Controling itu adalah momok yang amat menakutkan bagi Kami pasanya disana nanti akan diberi macam-macam peloncoan. Ada yang disuruh cari nama seorang senior lau disuruh menyatakan cinta, menari bagi laki-laki dengan tarian yang berlenggang-lenggok bahkan sampai menyanyikan lagu anak TK yang berjudul potong bebek angsa dalam vocal O. Idih, sadis bener bok!
Seorang senior mendatangiku, tak pelak agi keringat dingin mulai mengalir dingin tana diminta dan diperintahkan.
“Siapa namanya Dik?” tanya entu Kakak yang ternyata setelah berkenalan naanya Aryu Nita, hihihi mirip-mirip sama namaku juga tuh.”
“Nita Juniarti Bang”
Lalu beliau berbicara dalam bahasa inggris dasar yang isi pembicaraannya yang dapat kutangkap adalah tentang intrujuction dan kujawab dengan singkat dan ppadat naun jelas dengan bahasa inggrisku yang kacau-balau dan setelah itu Dia meninggalkanku dan melajutkan pada siswa baru yang lainnya, teman seperjuangan yang mungkin saa sepertiku keringetannya.