Putih abu-abu adalah masa yang tak pernah terlupakan kata sebagian orang, masa orang pertama sekali mengenal cinta, indah dan penuh warna yang membuat hati terkadang menjadi senang, sedih, kesal, duka, sakit, kecewa yang belang-belang dan nano-nano yang pada akhirnya putih abu-abu akan membuat dewasa lalu mengerti arti cinta sesungguhnya, di sana terlukis persahabatan dan kesetiaan sesungguhnya namun untuk empat puluh orang yang ada di SMA Harapan persada mungkin kisah itu sudah terlupakan, hilang bersama waktu yang kian melaju menuakan usia.
Kita adalah manusia dan Kita akan melakukan perjalanan selama kita hidup dan kita bisa pergi kemana saja dan sejauh apapun yang kita inginkan namun dalam setiap jalan yang kita lalui, tempat yang kita singgahi, peristiwa yang kita alami dan orang yang kita temui akan terbawa selamanya dengan kita meski mereka semua tinggal disana namun kenangan tidak akan pernah tertinggal, selalu terbawa selamanya. Jika kita mempunyai ingatan tentang itu semua, hanya dengan ingatan segalanya kita bisa mengigat apapun yang kita mau selama hidup kita. Kita tidak pernah tau kemana hidup akan membawa Kita yang bisa kita lakukan hanya sekedar melakoni apa yang sudah digariskan dengan sebaik-baiknya, biarkan saja akhir perjalanan ini bakal mengejutkan yang penting usaha dulu. Dan setelah perjalanan Panjang, akhirnya aku lulus dari SMA.
Hari ini, setelah tiga tahun sekolah di SMA Harapan Persada, akhirnya Aku lulus! Hari kelulusan ini, usaha mati-matian selama tiga tahun belakangan yang kuusahakan. Semua keluarga datang, menyaksi hari perpisahan kelulusan. Ngak pernah ada dalam bayanganku dan sama sekali enggak ada dugaan bahwa upacara kelulusan itu bakal mengharukan seperti ini.
Aku ingin mengigat perjalanan selama tiga tahun di SMA favorite Aceh barat daya ini. Sebelum melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan tidak tau apa tantangan yang akan dihadapi nantinya. Sejarah pertama yang akan kutulis tentang secuil perjalanan hidup yang terlukis melalui jenjang pendidikan, kisah masa SMA.
Setiap pagi rumahku selalu sibuk dengan banyak kegiatan harap dimaklumi keluarga Kami adalah pedagang. Pagi ini adalah pagi yang sangat bersejarah bagiku karena Aku akan memasuki sekolah menengah atas (SMA) hari pertama setelah serangkaian kegiatan tes yang kulewati. Dan pilihanku kali ini adalah SMA Harapan Persada.
Tepat jam 07.00 wib, Aku sudah nangkring manis di kawasan SMA Harapan Persada dengan nama kerennya “mother’sland hope school.” Pintu gerbang sudah memperlihatkan masa depanku, tidak pernah terbayangkan olehku untuk masuk atau sekedar menginjakkan kaki di sekolah yang terkenal bergengsi dikabupatenku saat itu tahun 2008.
Kuedarkan pandanganku sekilas pada kawasan yang menurutku amat unik itu, terlihat ada banyak gedung yag tersusun kucar-kacir namun mewah dengan gentengnya yang bewarna merah dan cat dindingnya bewarna nila. Gambaran gedung-gedung bertangga lima anak tangga itu, sungguh tidak mencerminkan itu sebuah sekolah namun seperti sebuah komplek perumahan dosen. Rumput-rumput setinggi pinggang bertahta angkuh di tanah yang subur itu. Langit masih bewarna kekuningan, matahari baru saja akan menampakkan taringnya namun sinarnya sudah menyengat, Aku mengambil posisi duduk didekat gedung yang dilabeli laboratorium Kimia.
Sangking semangatnya sekolah, aku hampir lupa memperkenalkan diri pada kalian. Namaku Nita Juniarti, seorang siswi dari Mtsn Unggul kecamatan Susoh. Aku hanya ingin menceritakan tentang sekolahku pada kalian. Aku adalah seorang manusia yang dikarunia untuk hidup dalam lingkungan keluarga penuh cinta namun kekurangan materi dan aku berada disini adalah berkat dorongan dari semua orang-orang tercintaku yang dalam faktanya mereka tidak mampu memberiku materi namun mampu menyuntikkan spirit positif bahwa sekolah dan belajar selalu menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Orang-orang hebat yang selalu mendorongku adalah Ibuku dan saudara-saudaranya serta saudara Ayahku, Ayahku? Usahlah engkau kenang lagi, entah di mana orang tercinta yang menyita hati untuk merindu itu.
“Hai Nita” Sapa seseorang
Aku menoleh, lamunanku tercecer entah kemana-mana. Seorang gadis berbadan tambun menuju kearahku, ia tersenyum. Wanda nama gadis itu, temanku satu sekolah ketika di Mtsn yang punya hobby masak dan membaca buku, seperti yang sering ditulis dicuriculum vitae. Wajahnya lumayan cihuy dengan kulit utih mulusnya yang semakin melengkapi kecantikan fisik yang Ia miliki.
“Apa kabar?” Tanyaku sekedar berbasa-basi
“Aku baik, kamu?”
“Aku, seperti yang engkau lihat”
“Kesana yuk Nit?” Ajak Wanda
Aku menurut saja, seperti kerbau yang dicocok hidungnya, gadis yang ketika di Mtsn dulu dikenal dengan seorang pengosip eh host gosip di televisi lingkungan sekolah mengajakku kesebuah gedung yang dilebeli “Ruang MOS.”
Tentu tidak asing bagimu apa itu MOS? Ruang MOS adalah ruang yang dipakai untuk masa orientasi siswa. Seperti yang sudah terdikte dalam kepala bahwa MOS itru adalah aktivitas mengandung unsur peloncoan, ngerjain, dan kakak-kakak kelas akan menggunakan kemampuannya serta kekuasaannya untuk mengerjai adik baru dimasa peloncoan dengan istilah formal masa orientasi siswa. Padahal Cuma kedok untuk pamer kesenioran yang dipunyai.
Ruang tersebut diatur empat puluh buah kursi dengan dua meja untuk guru. Semuanya terlihat rapi dan bersih meskipun lantai ruangan itu tidak menggunakan keramik, meski sederhana terlihat elegan namun menyisakan sedikit seram karena hari ini tujuan ruangan itu dipakai adalah untuk MOS.
Satu-satu wajah baru terlihat malu-malu memasuki ruangan itu. Dan ternyata di sekolah yang hanya diterima empat puluh siswa untuk setiap angkatan, sebelas orang diantaranya adalah teman-temanku ketika Mtsn dulu.
Aku baru saja meletakkan tas dan belum sempat merasakan nyamannya punggungku bersandar di kursi yang telah disediakan, suara kakak kelas melalui mikrofon sudah terdengar menyedihkan, memanggil para siswa untuk mengikuti upacara. Untuk kegiatan upacara ini, semua orang wajib ikut tidak hanya dari golongan siswa baru namun juga dari siswa lama.