Ini sudah pukul tiga malam, dan entah kenapa Bulan terbangun. Sayang sekali Bulan sedang datang bulan. Kalau tidak, Bulan sudah melakukan ibadahnya dan berdoa semoga Bintang menyukainya dalam waktu dekat ini. Bulan mengambil ponselnya di atas nakas, ternyata banyak notifikasi LINE dan dari sosial media lainnya yang ia belum buka. Bulan pun membuka aplikasi LINE, ada beberapa pesan dari grup kelas, sahabatnya, dan sisanya dari Official Account. Maklumlah, namanya juga jomlo.
Bulan membuka pesan dari Melan.
Melania R Agnesia : Bullll, ini gimana caranya biar si Rayhan nggak gangguin gue lagi?
Melan R Agnesia : Tadi dia nekat ke rumah Bul, begonya dia ngobrol sama bokap gue.
Melania R Agnesia : Bul, lo kemana sih?!!
Melania R Agnesia : Bul!!
Melania R Agnesia : Bulan, ihh!
Bulan terkikik geli, begitulah beberapa pesan dari Melan, dan selebihnya Melan hanya spam saja. Bulan heran dengan Melan, padahal Rayhan tidak kalah ganteng sama Bintang, baik pula, tapi Melan menolaknya. Padahal, Bulan punya firasat yang kuat kalau suatu saat nanti Rayhan dan Melan akan saling suka.
Kalau Bintang, kapan ya sukanya sama Bulan?
Jari-jari Bulan bergerak mencari kontak Bintang. Dengan jahil, ia mencoba mengirim pesan pada Bintang.
Bulan Aurelia P : Bintang?
Padahal, pesan empat jam yang lalu hanya di-read saja, tapi tidak masalah. Bulan tidak akan menyerah begitu saja. Ponselnya bergetar, dengan cepat ia meraihnya. Matanya membelalak saat tahu siapa yang membalas pesannya.
Arista B Vandera : Y
Tuh 'kan! Nyebelin banget sih Bintang.
Bulan mendekat pada jendela kamarnya yang berhadapan dengan kamar Bintang.
Ia membawa selimut dan duduk cantik di balkon.
Bulan Aurelia P : Coba deh, Bintang keluar dan lihat ke langit.
Arista B Vandera : Mls
Bulan Aurelia P : Ya udah, nggak apa kalau Bintang nggak mau keluar. Bulan masih bisa lihat bintang yang lebih indah kok. Kenapa ya, Tuhan bisa buat bintang dan bulan menyatu di langit, sedangkan kita enggak. Kadang Bulan suka iri ngeliat bintang yang selalu berdekatan dengan bulan di langit. Kayak serasa dunia milik berdua. Bulan juga selalu berdoa semoga aja kita bisa jadi bintang dan bulan kayak yang ada di langit ya.
Sedangkan di lawan arah, Bintang sedang menahan senyumnya membaca pesan panjang yang dikirim oleh Bulan. Ini curahan hati apa pidato, batinnya.
Sebenarnya sebelum Bulan menyuruh Bintang untuk keluar jendela menuju balkonnya, Bintang sudah melihat Bulan lebih dulu. Tadinya Bintang juga ingin keluar, tapi tidak jadi karena melihat Bulan yang keluar lebih dulu. Lagi pula, Bintang selalu suka memandang dari jauh.
Arista B Vandera: Curhat Bu?. (Delete)
Arista B Vandera : Y. (Delete)
Arista B Vandera : (Read)
ZZZZZ
Bulan benar-benar merutuki dirinya sendiri, ia bangun sekitar pukul setengah tujuh, sedangkan sekolah masuk pukul tujuh. Ia langsung grasak-grusuk mandi, ganti baju dan tanpa sarapan. Bulan sudah ditinggal oleh Bintang dan Zoella, ia naik abang-abang berhelm hijau.
“Makasih Abang ganteng!” seru Bulan langsung buru-buru berlari ke arah gerbang yang bertuliskan SMA Angkasa.
“Pak Bomooo!!! Bantuin Bulan dong sekali ini aja!” teriak Bulan dari luar pagar, meminta agar Pak Bomo—satpam sekolah membukakan pagar.
“Aduh! Neng Bulan, malu-maluin aja sih,” ucap Pak Bomo seraya mendekat membukakan gerbang untuk Bulan.
Bulan langsung menyerbu masuk. “Pak Bomo Sayang, makasih ya! Bulan cinta Pak Bomo pokoknya!!” seru Bulan dan langsung berlari kencang menuju kelasnya.
Pak Bomo hanya geleng-geleng kepala, “Pantesan, Mas Bintang nggak mau sama Neng Bulan.”
Kadang Pak Bomo mulutnya minta di strepless juga nih.
Bulan ngendap-ngendap supaya tidak ketahuan oleh guru piket. Lima langkah lagi dia bisa masuk kelasnya. Namun dewi fortuna tidak berpihak padanya.
“Bulan!!” teriakan lantang dari seorang bapak-bapak berkumis tebal dan garang.
Bulan berhenti lalu menatap orang itu dengan senyum sok imut. “Selamat pagi, Pak Dio!”
“Kamu ngapain ngendap-ngendap seperti itu? Mau maling ya?!” tuduh Pak Dio yang sifatnya hampir mirip dengan Bu Meta, sama-sama garang. Untung saja keduanya bukan suami-istri. Kalau sampai terjadi, pasti anaknya malang sekali.
“Aduh Pak Dio! Mana mungkin sih Bulan maling. Ayah sama bunda ngasih uang jajan cukup kok,” kata Bulan menjelaskan.
“Saya tidak peduli! Sudah masuk jam pertama, kamu malah keluyuran. Ikut saya!” bentak Pak Dio.
“Ikut kemana Pak? Pak Dio ganteng deh, 'kan Pak Dio kembarannya personil boyband Exo,” ucap Bulan merayu dengan memasang puppy eyes-nya
Karena sudah muak dengan sikap Bulan, Pak Dio menjewer telinga Bulan, “Saya nggak tertarik sama gombalan receh kamu!”
Bulan mendengus sebal dan pasrah menurut Pak Dio. Memang Pak Dio tidak tahu diuntung, sudah dipuji bukannya bilang makasih malah bilang nggak terima. Nggak tahu aja Bulan nahan muntah ngomong begitu.
ZZZZZ
“Bintang, tolong ambil buku paket agama di perpustakaan ya,” perintah Pak Asep, guru agama di SMA Angkasa
“Iya Pak,” jawab Bintang sopan.
Selain menjadi Ketua OSIS, Bintang juga menjabat sebagai ketua kelas di IPA 1. Bintang ini menjadi pujaan guru-guru yang mengajarnya karena sikapnya yang sopan dan pintar.
Bintang langsung masuk ke dalam perpustakaan.
“Permisi Bu, mau pinjem buku paket agama.” Ucapnya sopan dan dengan sedikit senyuman.
“Ada di belakang Tang, bisa diambil sendiri kan?” balas Bu Mia ramah.
Bintang mengangguk. Setelah itu Bintang berjalan kembali untuk mencari buku paket agama.
Namun saat ia berjalan kearah ujung buku agama berada, ia mendengar suara buku-buku dibanting. Tadinya Bintang sama sekali tidak peduli, tapi suara itu semakin mengganggu pendengarannya. Dengan hati-hati Bintang mendekat. Matanya terbuka lebar kala melihat siapa orang yang sudah mengganggu pendengarannya dan merusak banyak buku.
“Kurang kerjaan amat sih,” sinis Bintang.
Orang itu—Bulan yang kaget refleks melempar buku yang ia pegang. Dan tepat sekali mengenai pelipis Bintang.
Bulan langsung panik saat tahu siapa orang yang tidak sengaja terkena buku itu.
“Bintang? Aduh! Bulan nggak sengaja ...,” katanya lirih mendekat ingin mengusap pelipis Bintang yang terkena buku.
Bintang menepis tangan Bulan, Bintang hanya menatap tajam Bulan dan langsung berbalik ke tujuan awal.
Tadinya Bulan mau megejar Bintang untuk meminta maaf lagi, tapi ia tidak boleh ingkar dengan Pak Dio. Gini-gini Bulan tidak pernah ingkar janji, soalnya kata bunda kalau orang ingkar itu nanti di akhirat janjinya ditagih, kan Bulan tidak mau mengurusi janji yang ia ingkari. Dosa Bulan saja sudah banyak.
ZZZZZ
“Rio! Lo nggak lihat Bulan?” suara Melan menghiasi kelas IPA 6.
Kalau Bulan tiba-tiba datang, awas saja, pasti Melan akan memakannya hidup-hidup. Pasalnya, buku tugas Melan dipinjam Bulan, dan tadi ia harus kena omel Bu Mega karena tidak membawa tugas. Sialnya lagi dapat tugas tambahan.
“Jangan nanya Bulan sama gue. Gue bukan titisan Ki Joko Bodo,” kata Rio dramatis.
Melan memutar bola matanya sebal. Kenapa Rio selalu alay seperti ini? Jangan-jangan dia titisannya Rayhan? Ah, masa bodo.
Pintu kelas terbuka, menampakkan wajah lesuh Bulan di sana. Melan yang melihat itu lagsung berteriak lantang.
“HEH BULAN! SINI LO!!”
Bulan berjalan santai ke arah Melan, “Aduh Melon, kenapa sih marah-marah mulu. Bulan tuh capek tahu!”
“Kenapa-kenapa, buku tugas gue mana kocak! Gue dihukum Bu Mega dan dapat tugas tambahan. Gue nggak mau tahu lo harus kerjain tugas gue!” perintah Melan.
“Serius dapat tugas tambahan dari Bu Mega? Yesss!!!” pekik Bulan girang. Yang tadinya wajahnya lemas langsung berubah karena mendengar dapat tugas tambahan.
Melan melongo melihat ekspresi sahabatnya. Yang benar saja, masa Bulan senang sih dikasih tugas tambahan?
“Pokoknya lo tenang aja, gue pasti kerjain tugas lo!” ungkap Bulan masih senyum-senyum tidak jelas.
“Sableng emang lo,” umpat Melan.
Padahal bagi Bulan ini adalah suatu rejeki. Bu Mega mengajar di bidang kimia dan Bintang itu jagonya kimia. Jadi, kalian sudah tahu 'kan apa yang ada dipikiran Bulan?
Memang dasar, Bulan itu cerdik.
Bintang tuh "pacarable" banget !! Hahaha ..
Comment on chapter Bagian Satu