Loading...
Logo TinLit
Read Story - Aranka
MENU
About Us  

ARANKA (3)

 

Di sinilah Kelvin dan Thalita berada, di depan villa milik Aland di kawasan puncak. Ada dorongan di dalam diri Kelvin yang membuatnya yakin jika sahabat kecilnya itu berada di sini, meskipun ia tau bahwa sudah dua tahun lamanya Aland tidak pernah datang ke sini.

Thalita menghirup aroma segar daun teh yang bercampur dengan aroma tanah basah. Udara disini memang dingin, tetapi berbeda dengan suasana hatinya yang saat ini menghangat. Tidak heran tempat ini menjadi favorit kekasihnya dari kecil.

Beberapa menit setelah Kelvin dan Thalita mengetuk pintu, munculah seorang wanita paruh baya yang sangat mereka kenal, istri penjaga villa tersebut. Mereka biasa memanggilnya Mbok Iyem.

"Eh ada Non Thalita sama Mas Kelvin," Sapa Mbok Iyem saat melihat pria dan wanita yang ada di hadapannya.

"Ya ampun Mbok Iyem, apa kabar?" Thalita tersenyum sopan.

"Baik Non, sudah lama ndak ketemu sama Mas Kelvin dan Non Thalita. Duh.. Tambah ayu tenan Non Thalita, Mas Kelvin juga tambah cakep," Mereka terkekeh kecil. "Mbok Iyem tau, pasti Non Thalita sama Mas Kelvin ke sini mau nyari tuan muda?" 

"Iya Mbok, Aland ada di sini kan?" Tanya Kelvin.

"Iya Mas Kelvin, tuan muda dari kemaren di sini," Jawab Mbok Iyem. Kelvin dan Thalita tersenyum saat mengetahui Aland berada disini, tebakan Kelvin benar. Apalagi mereka sudah jauh-jauh menyetir ke Puncak.

"Tuan muda ada di ruang keluarga. Tapi mas, saya liat tuan muda murung terus dari kemarin," Sambung mbok iyem lagi. 

Mendengar aduan dari mbok iyem membuat Kelvin dan Thalita menjadi semakin penasaran. Mereka pun langsung masuk, tidak sabar melihat keadaan pria itu.

Suara dentingan piano sudah terdengar sebelum Thalita dan Kelvin memasuki ruang keluarga. Tak lama kemudian pandangan mereka jatuh kepada sosok pria yang sedang bermain piano di sudut ruangan. Itu adalah Aland.

Mendengar Aland memainkan piano dengan nada yang memilukan, mata Thalita berkaca-kaca. Ia menghampiri pria tersebut kemudian memeluknya dari belakang dengan cukup erat. Thalita merasakan tubuh pria yang dipeluknya itu menegang, membuat permainan piano nya terhenti.

"Ini Thalita, kak..." Lirih Thalita tepat di telinga Aland. Aland tidak membalikan tubuhnya, dia hanya mengusap lembut tangan Thalita yang sedang memeluknya. Kelvin hanya diam menyaksikan apa yang dia lihat di hadapannya saat ini. Setelah cukup lama, akhirnya Aland melepaskan tangan Thalita yang sedang memeluknya, lalu membalikkan badannya untuk menatap gadis yang memeluknya tadi. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah cantik gadis yang dicintainya itu penuh dengan air mata, hidungnya memerah, matanya sedikit membengkak. Aland mengerut melihatnya begitu berantakan. Ia menghapus air mata dari wajah cantik gadis itu, merapikan anak rambutnya ke belakang telinganya.

"Jangan nangis, sweetheart..." Ucap Aland sambil mengelus lembut pipi gadis di hadapannya ini.

"Kak Aland udah buat aku khawatir," Rengek Thalita, sedikit serak. Aland terkekeh kecil dan dibalas oleh cubitan di pinggangnya oleh Thalita. Itu membuat Aland sedikit meringis, bukan karena sakit tapi lebih ke arah geli.

"Everything will be alright, sweetheart...." Aland berbisik, membuat senyum Thalita sedikit mengembang. 

Aland memang mengatakan semuanya akan baik-baik saja, namun Thalita bisa melihat luka di mata kekasihnya itu. Ia menahan diri untuk tidak memberondong kekasihnya dengan berbagai pertanyaan yang sudah menumpuk di kepalanya. Ia yakin kekasihnya itu pasti akan bercerita dengan sendirinya. Yang Aland butuhkan sekarang hanyalah waktu.

"Ehm." Kelvin berdeham, membuat Thalita dan Aland ingat akan kehadirannya. "Yang jomblo sih bisa apa ya?" Sahut Kelvin yang entah kapan duduk di sofa sambil memperhatikan mereka. Ia seperti sedang menyaksikan adegan drama korea secara langsung. 

Thalita tertawa kecil sedangkan Aland hanya mendengus kesal. Thalita pun mengajak Aland untuk menghampiri Kelvin yang duduk di sofa.

"Anda bisa keluar jika merasa tidak nyaman —" Ucapan Aland terpotong ketika Thalita tiba-tiba mencubit pinggangnya dengan kuat. Aland akui kali ini cubitan dari gadis itu cukup menyakitkan. Ia mengusap pinggangnya sambil meringis kecil.

"Kak Aland boleh ngomong pake bahasa formal tapi kalo sama orang lain, tapi aku ga suka kak Aland ngomong pake bahasa formal kalo lagi sama aku atau Kak Kelvin." Tegur Thalita. Melihat Kelvin menertawakannya Aland menatap Kelvin tajam. Namun bukannya takut Kelvin justru menaik turunkan alisnya, Aland mendengus sebal melihat tingkah konyol sahabatnya.

"Iya deh, iya..." Jawab Aland.

Thalita tersenyum. Ternyata benar kata orang-orang. Aland memang keras dan hanya Thalita yang bisa membuatnya menurut.

Aland bersyukur masih memiliki orang yang begitu perhatian padanya, masih memiliki sahabat yang peduli padanya dan kekasih yang menyayanginya. Pandangannya tanpa sengaja jatuh pada salah satu foto yang tergantung di dinding, foto yang paling besar di antara foto lainnya, foto yang di dalamnya terdapat gambar dirinya, sang ayah dan sang bunda yang saling tertawa lepas di atas hamparan rumput hijau menara Eiffel. Foto itu diambil ketika mereka liburan ke Paris. Saat itu ia masih berusia 13 tahun. Demi Tuhan, rasanya ingin ia kembali ke masa-masa itu, masa di mana hanya ada dirinya, ayah, dan bundanya. Tanpa hadirnya wanita gila yang merenggut kebahagiaan keluarganya.

Thalita melihat Aland menatap sendu ke arah foto keluarga yang tergantung di dinding tersebut, mengerti bagaimana perasaan lelaki itu. Dia mengusap lembut lengan Aland, berharap dapat menyalurkan sedikit kekuatan, mencoba memberikan lelaki itu ketenangan. Mendapatkan usapan lembut dari sang kekasih, Aland mengalihkan pandangannya dari foto tersebut kemudian memeluk kekasihnya erat seolah-olah sedang memberitahukan luka yang sedang ia rasakan sekarang. 

Kelvin yang melihat adegan tersebut hanya bisa diam, dia tau Aland sedang tidak baik-baik saja saat ini dan hanya Thalita yang bisa membuat sahabatnya itu merasa lebih tenang. Kelvin meninggalkan mereka berdua, tidak ingin kehadirannya mengganggu mereka.

 

.

 

Kelvin memandang hamparan perkebunan teh dari halaman villa. Tempat ini sudah sangat akrab dengannya. Ia sudah berteman dengan Aland sejak kecil. Di mana ada Aland, pasti ia ada, dan dimana ada dia, pasti ada Aland. Ke mana pun mereka pergi pasti mereka selalu bersama, dan villa ini adalah tempat yang paling sering mereka datangi saat liburan sekolah dulu. Jadi wajar jika villa ini banyak menyimpan kenangan manis. 

Namun semuanya berubah sejak kejadian dua tahun yang lalu. Tidak ada lagi Aland yang konyol dan jahil, tidak ada lagi Aland yang sering mengajaknya main futsal, tidak ada lagi Aland yang sering menginap di rumahnya ataupun dia yang menginap di rumah Aland. Tidak ada lagi Aland yang dulu. Yang ada hanyalah Aland yang sekarang, Aland yang berbicara dengan bahasa formal, Aland yang menjauh dari semua orang, Aland yang menyukai dunia malam. Aland yang tertutup, tak tersentuh.

 

.

 

Pagi itu Aland mendapatkan kabar bahwa kakeknya akan pulang. Mau tidak mau ia harus kembali ke Jakarta, padahal ia sangat ingin berada di villa lebih lama lagi. Aland kembali ke Jakarta hanya seorang diri karena Thalita dan Kelvin sudah pulang tadi malam. Aland telah memaksa mereka untuk pulang karena ia tidak mau Thalita tidak masuk kuliah hanya karena dirinya. Jika Aland sudah berbicara dengan nada tegas, Thalita dan Kelvin tidak bisa membantahnya.

Saat mobil sport miliknya memasuki mansion, terlihat beberapa mobil mewah sudah terparkir di sana. Itu bukan koleksi mobil mewahnya karena dia sangat hafal semuanya.

Aland memberikan kunci mobilnya kepada pelayan untuk diparkirkan di basement mansion. Saat Aland memasuki mansion, pelayan sudah berjajar menyambutnya seperti biasa.

"Mereka sudah datang?" Tanya Aland kepada salah satu pelayan.

"Iya Tuan Muda, Tuan Xavier dan Tuan Langit sudah datang." Jawab pelayan tersebut sambil menundukkan kepalanya. 

Raut wajah Aland menegang. Ia sudah menduga pasti ada hal penting yang akan mereka sampaikan. Tidak mungkin kakeknya datang jauh-jauh dari Paris, dan ayahnya yang rela membuang waktu kerjanya, jika mereka tidak mempunyai kepentingan yang begitu mendesak. Aland menebak tujuan mereka ke sini pasti karena perjodohannya dengan putri tunggal keluarga Bagaskara.

"Di mana mereka?" Tanya Aland lagi.

"Tuan Xavier dan tuan Langit ada di ruang rapat, tuan muda." 

Aland langsung berjalan ke ruang rapat yang berada di ujung mansion. Saat Aland memasuki ruang tersebut, ia melihat ayah dan kakeknya sedang berbincang dengan pria paruh baya yang dia ingat sebagai calon mertuanya, Pak Bagaskara.

"Ya Tuhan, cucuku," Sahut Xavier, langsung menghampiri Aland dan merangkulnya, sedangkan Langit hanya tersenyum tipis tanpa menyapa putranya.

"Ada apa, Grandpa?" Tanya Aland tanpa basa-basi. Xavier tertawa kecil mendengar pertanyaan cucunya ini. Ia paham cucu kesayangannya itu tidak suka berbasa-basi.

"Ayahmu pasti sudah membicarakannya kan?" Xavier balik bertanya.

"Ya, dan aku menolaknya." Jawab Aland, singkat dan tegas. Ia sudah tau dari awal apa maksud pembicaraan ini.

Langit hanya menghela nafas pasrah. Putranya benar-benar teguh pada pendiriannya.

"Apapun yang kau katakan itu tidak akan mengubah keputusanku Aland. Perjodohanmu dengan Diana Bagaskara akan tetap dilanjutkan." Tegas Xavier dengan nada yang tidak terbantahkan. 

Aland menatap kakeknya tajam lalu berdiri, melangkah meninggalkan ketiga pria tua yang menatapnya penuh pertanyaan. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
SECRET IN KYOTO
553      401     6     
Short Story
Musim semi adalah musim yang berbeda dari empat musim lainnya karena selalu ada kesempatan baru bagiku. Kesempatan untuk tumbuh dan mekar kembali bersama dengan kenangan di masa lalu yang kuharap akan diulang kembali.
Carnation
466      336     2     
Mystery
Menceritakan tentang seorang remaja bernama Rian yang terlibat dengan teman masa kecilnya Lisa yang merupakan salah satu detektif kota. Sambil memendam rasa rasa benci pada Lisa, Rian berusaha memecahkan berbagai kasus sebagai seorang asisten detektif yang menuntun pada kebenaran yang tak terduga.
Musim Panas Jack
640      464     0     
Short Story
Dad is everyone\'s heroes
Kisah yang Kita Tahu
5790      1741     2     
Romance
Dia selalu duduk di tempat yang sama, dengan posisi yang sama, begitu diam seperti patung, sampai-sampai awalnya kupikir dia cuma dekorasi kolam di pojok taman itu. Tapi hari itu angin kencang, rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, dan poninya yang selalu merumbai ke depan wajahnya, tersibak saat itu, sehingga aku bisa melihatnya dari samping. Sebuah senyuman. * Selama lima...
(not) the last sunset
593      413     0     
Short Story
Deburan ombak memecah keheningan.diatas batu karang aku duduk bersila menikmati indahnya pemandangan sore ini,matahari yang mulai kembali keperaduannya dan sebentar lagi akan digantikan oleh sinar rembulan.aku menggulung rambutku dan memejamkan mata perlahan,merasakan setiap sentuhan lembut angin pantai. “excusme.. may I sit down?” seseorang bertanya padaku,aku membuka mataku dan untuk bebera...
Peri Hujan dan Sepucuk Mawar Merah
922      549     8     
Short Story
Sobara adalah anak SMA yang sangat tampan. Suatu hari dia menerima sepucuk surat dari seseorang. Surat itu mengubah hidupnya terhadap keyakinan masa kanak-kanaknya yang dianggap baginya sungguh tidak masuk akal. Ikuti cerita pendek Peri Hujan dan Sepucuk Mawar Merah yang akan membuatmu yakin bahwa masa kanak-kanak adalah hal yang terindah.
NODA YANG BERWARNA
551      371     1     
Short Story
MENCERITAKAN PERJUANGAN SEORANG YANG SERING DI BULLY DI HIDUPNYA TENTANG BAGAIMANA SEHARUSNYA IA MENGHADAPI SEMUA COBAAN YANG TERJADI DALAM HIDUPNYA.
Mawar Putih
1438      763     4     
Short Story
Dia seseorang yang ku kenal. Yang membuatku mengerti arti cinta. Dia yang membuat detak jantung ini terus berdebar ketika bersama dia. Dia adalah pangeran masa kecil ku.
Finding Home
1995      944     1     
Fantasy
Bercerita tentang seorang petualang bernama Lost yang tidak memiliki rumah maupun ingatan tentang rumahnya. Ia menjelajahi seluruh dunia untuk mencari rumahnya. Bersama dengan rekan petualangannya, Helix si kucing cerdik dan Reina seorang putri yang menghilang, mereka berkelana ke berbagai tempat menakjubkan untuk menemukan rumah bagi Lost
Cinta Datang Tanpa Menyapa
783      515     2     
Short Story
Setelah Reina menolong Azura, dia mendapat kesempatan untuk kuliah di Jepang. Kehidupanya selama di Jepang sangat menyenangkan sampai hari dimana hubungan Reina dengan keluarga Azura merenggang, termasuk dengan Izana.salah satu putra Azura. Apa yang sebenarnya terjadi? dan mengapa sikap Izana berubah?