16 April 2346
Palembang, Indonesia.
"Gerhana Matahari diperkirakan akan terjadi pada tanggal 17 Maret 2347. Kali ini semua wilayah di dunia dapat melihatnya, tetapi yang terjelas ada di Jakarta, Surabaya, Bandung dan Palembang, Indonesia." Suara reporter perempuan terdengar dari sebuah televisi berbentuk hologram, holisi namanya, televisi di era baru yang berbentuk hologram dan dapat dipindahkan dengan mudah. Tidak butuh antena ataupun listrik yang banyak.
"Gerhana matahari semua wilayah? Tahun 2347? Ini gawat. Lena, cepat hubungi semua anggota inti Iustum!" Teriak seorang laki-laki berambut abu-abu dengan mata hitam yang mendengar berita itu sambil berlari menuju sebuah ruangan. “Aku yakin, mereka pasti menyiapkan itu untuk ini.”
"Baik, Profesor Shin." Suara perempuan yang dipanggil Lena itu menjawab sambil menyiapkan holphe. Sebuah perangkat khusus telepon video berbentuk hologram. Sesaat setelahnya, Lena kembali berkata, "Teleponnya sudah tersambung, Profesor. Hanya tinggal menunggu mereka mengangkat saja."
"Baiklah. Sekarang tolong ambilkan berkas proyek Zo'r. Kami butuh susunan rencana operasi provectus." Lelaki berkulit kuning langsat itu berkata pada famula miliknya itu, Lena. Famula adalah sebutan untuk robot pelayan tingkat atas yang sangat menyerupai manusia. Bisa berbicara lancar dan berintonasi, mempunyai perasaan dan juga dilengkapi kecerdasan di atas rata-rata. Sedangkan ancilla adalah sebutan untuk robot tingkat standar. Hanya bisa berbicara datar dan memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
"Baik, Profesor. Ini berkasnya." Lena menjawab sambil menyodorkan sebuah map hitam dengan tulisan Zo'r berwarna emas yang langsung diambil oleh Profesor Shin dan dibuka ketika Lena sudah tidak terlihat dari ruangan itu karena perintah lelaki itu, "Terima kasih, Lena. Sekarang kau bisa pergi."
Sesaat setelah itu, ketika Profesor Shin terlihat sedang fokus dengan berkas Zo’r, suara perempuan terdengar dari holphe. "In-sik? Ada apa menghubungi?"
"Apa kau sudah melihat berita, Lise?" Profesor Shin yang dipanggil In-sik itu menatap perempuan bermata biru yang ada di tampilan holphe-nya dengan nada jengkel, membuat perempuan berkulit kuning gading berambut cokelat muda bergelombang yang panjang itu mendengkus. "Tentang gerhana itu? Aku sudah tau. Kau ingin menjalankan operasi provectus, bukan?"
"Ya. Oh, hai, Luz." Profesor Shin menjawab perempuan yang dia panggil Lise itu sambil melambaikan tangan kepada sosok laki-laki bermata hitam keabuan yang terlihat baru saja bergabung dalam telepon video di holphe-nya itu.
"Ada apa? Aku dengar kalian membicarakan tentang operasi provectus." Laki-laki berambut cokelat yang dipanggil Luz itu berkata dengan datar, membuat Profesor Shin membatin sambil mengela napasnya pelan, "Aku lupa kalau dia sangat menentang operasi provectus."
"Tidak ada yang menjawab? Itu artinya kalian memang membicarakan itu." Luz mengambil kesimpulan yang tepat sasaran setelah beberapa saat hening. Namun, sesaat kemudian, layar holphe Profesor Shin mulai dipenuhi dengan wajah-wajah orang dari negara yang berbeda-beda, membuat keheningan itu tidak bertambah lama lagi.
"Jadi, ada apa?" Seorang laki-laki berambu pirang yang baru saja bergabung dalam panggilan itu langsung mengutarakan apa yang di pikirannya, dan segera dibalas oleh Luz, mewakili Shin In-sik. "Dia ingin kita menjalankan operasi provectus, tetapi aku tidak setuju."
"Apa benar, Shin In-sik?" Beberapa dari yang baru bergabung terkejut dan langsung bertanya. Namun, Profesor Shin hanya mengangkat pusilli, sebuah tablet tipis yang baru saja dia ambil dan menunjukkan layarnya ke arah kamera holphe. Sesuai yang diduga oleh Profesor Shin dan juga Luz, ekspresi keterkejutan di wajah yang lainnya semakin terlihat jelas.
Tidak membuang waktu, Profesor Shin langsung berkata di tengah keterkejutan yang dirasakan mereka, kecuali dia dan Luz tentunya. "Aku dapat itu dari salah satu agenku. Jika kita tidak menjalankan operasi provectus saat ini juga. Kalian pasti bisa bayangkan bagaimana jadinya dunia nanti. Sudah kuduga, mereka merencanakannya untuk itu. Kita harus mengamankan Zo’r, apa pun risikonya."
"Ya, kau benar, tetapi … Luz?" Perempuan yang dipanggil Lise mengangguk sambil bertanya, sedangkan lelaki yang dipanggil mengerang pelan sambil mengacak rambut cokelatnya. "Maaf, aku sudah tahu tentang itu, sejak satu tahun yang lalu."
"Aku sudah berusaha untuk memikirkan bagaimana jalan keluarnya selain operasi provectus. Namun, aku sama sekali tidak menemukannya. Aku tidak mau, seseorang dari kita terbunuh lagi, seperti Nicola." Luz melanjutkan perkataannya dengan lirih, lalu keluar dari panggilan video itu setelah melontarkan beberapa kalimat lagi, "Jika kalian berjanji tidak akan ada satupun lagi yang terbunuh, aku akan menyetujuinya. Aku sudah cukup kehilangan Nicola."
"Jadi, bagaimana?" Lise bertanya pada Profesor Shin, sedangkan yang ditanya hanya mengela napasnya, "Aku tidak bisa menjamin bahwa tidak akan ada yang terbunuh. Namun, kita tetap harus menjalankan operasi provectus."
"Baiklah, aku akan menelpon Luz saat ini juga dan memberitahunya keputusan kita. Setuju?" Seorang perempuan bermata cokelat yang sewarna dengan rambutnya yang terlihat lebih tua berkata lalu mengangkat pusillinya dan menelepon Luz setelah melihat anggukkan dari yang lainnya.
"Sudah membuat keputusan, Diana?" Suara Luz terdengar dingin dari pusilli milik perempuan itu. Perempuan itu, Diana, langsung menjawab pada Luz. "Ya, kami berjanji."
"Kupegang janji kalian. Shin In-sik, Anelise Huitfeldt, Avel Arakelov, Mitsuda Lemasa, Julius Fiag, Diana Capecchi, Cruzita Escalera." Suara Luz terdengar semakin dingin, tetapi kepedihan terdengar di dalamnya, “Jangan kecewakan aku.”
"Dia ... masih saja egois, tetapi itu mungkin wajar. Karena dia tidak ingin ditinggalkan untuk ke-tiga kalinya." Seorang perempuan berambut pirang dan bermata biru bergumam, tetapi terdengar di telinga yang lainnya.
"Baik, aku akan menghubungi kalian lagi nanti." Profesor Shin menghela napas dan berkata, lalu memutuskan sambungan telepon video itu sambil bergumam pelan, "Semoga memang tidak ada yang terbunuh."
"Karena … dunia sekarang sudah dekat dengan kehancuran. Kenapa saat itu Zo'r harus diciptakan? Ah, ya. Aku yang mengusulkannya, itu artinya sejak awal ini kesalahanku." Profesor Shin bergumam lirih sambil menerawang ke atas. Sesaat kemudian dia mengirimkan beberapa pesan untuk anggota inti Iustum lainnya yang berisi. Operasi provectus, 20 April 2346.
Zo'r : The Teenagers | FelitaS3
@rara_el_hasan santai kak, gapapa kok. Siap, selamat membacaaa
Comment on chapter Prolog