Mei 2017
Pagi itu hari libur, seperti biasanya aku selalu mengirimkan pesan untuk mengucapkan selamat pagi kepadanya.
“Selamat pagi sayang khu”
“Selamat pagi juga sayang”
“Ayank lagi apa ?”
“Baru bangun sayang. Hehehe”
“Isss ...cuci mukanya sana sayang”
“Hehehe iya sayang. Ayank sendiri lagi apa?”
“Baru siap beres-beres rumah sayang.”
“Udah sarapan sayang ?”
“Belum sayang. Kawani yani beli sarapan yok sayang”
“Ok sayang. Aim cuci muka dulu yah “
“Iya sayang”
Setengah jam kemudian dia pun datang dengan sepeda motornya.
“Ayok sayang.” Katanya
“Ok sayang”
“Beli apa kita sayang ”
“Mie balap aja sayang ” ( Mie balap itu sejenis mie yang dimasak dengan cepat )
“Ok sayang. Kita beli di tempat biasanya aja yah”
“Iya sayang”
Di perjalanan aku melihat Bapak Iyan. Dia adalah seorang pria yang selalu berpakaian lusuh. Bapak ini tinggalnya dekat rumahku. Keadaan jiwanya terganggu. Orang mengatakan dia gila. Dia selalu diam dan terkadang tertawa sendiri.
Sesampainya di tempat mie balap
“Kita beli 3 yah sayang”
“Iya sayang”
Aim tidak menanyakan kepadaku kenapa kami membeli mie balapnya sebanyak 3.
Di perjalanan pulang
“Ayank gak nanya kenapa mie balapnya 3?”
“Oh iya kenapa sayang ?”
Aku hanya diam.
Kemudian aku melihat Bapak Iyan dan meminta Aim memberhentikan sepeda motornya di dekat Bapak Iyan.
“Sayang, mie balapnya kita kasih 1 ke Bapak Iyan yah sayang”
“Ohh yoda sayang”
“Tapi kita beli minum dulu yah sayang.”
Kemudian kami membeli air mineral di warung yang dekat disitu.
“Nah ayank lah yang ngasih.” Kataku
Kemudian Aim memberi mie balap dan air mineral yang kami beli.
“Makan yah.” Kata Aim kepada Bapak Iyan sambil memberikannya.
Aku merasa bahagia sekali hari itu. Walaupun hanya memberi hal kecil tapi aku merasa berarti. Aku merasa beruntung karena memiliki kekasih yang juga baik hatinya. Dia tidak menolak saat aku mengatakan ingin memberi kepada Bapak Iyan. Dia mendukungku. Aku beruntung memilikinya. Aku bahagia.
05 Juni 2017
Hari itu aku sudah janjian dengan Aim. Aku memintanya untuk menemaniku kerja ke lapangan. Dua minggu ini aku tugas ke lapangan.
“Selamat pagi sayang” kataku
“Pagi juga sayang”
“Sayang, nanti kita gerak jam 9 yah sayang”
“Ok sayang”
“Ayank lagi apa ?”
“Ini mau mandi sayang”
“Oh yoda yani juga mau mandi sayang”
Setengah jam kemudian
“Ayank udah siap?” tanyaku
“Bentar lagi sayang.”
“Oh yoda yani udah siap sayang. Cepat yah sayang”
“Iya sayang”
Beberapa menit kemudian suara klakson sepeda motornya berbunyi dan akupun keluar dari rumah.
“Ayok sayang”
“Iya sayang” kataku sambil memakai sepatu
Di perjalanan yang jauh, dia sangat sabar. Dia tidak mengeluh dengan keadaan jalan yang rusak. Sesampainya di tujuan, dia juga sangat sabar menungguku selesai dengan pekerjaanku. Aku selalu nyaman dengan nya. Di perjalanan kami selalu menceritakan semua hal mulai dari hal-hal lucu sampai hal-hal yang aneh.
Sesampainya di rumah mamaku sudah memasak untuk kami.
“Makan dulu kalian” kata mama
“Iya ma.” Jawabku
Kemudian aku menyiapkan makanan untuk kami
“Ayok berdoa sayang. Ayank yang mimpin yah” kataku
“Iya sayang”
Kemudian kami berdoa bersama dan setelah itu kami makan bersama. Ini yang selalu kami lakukan saat kami akan makan, kami selalu berdoa bersama. Kami selalu bergantian untuk memimpin doa. Dia makan dengan lahapnya. Dia lelaki yang sangat kuat makan. Tubuhnya yang dulu sangat kurus sekarang sudah sangat gemuk.
06 Juni 2017
Keesokan harinya, Aim menemaniku lagi tugas ke lapangan. Jam 8 pagi dia datang ke rumahku. Saat mendengar suara sepeda motornya, aku langsung keluar dari rumahku.
“Hai sayang”
“Ayok sayang” jawabnya.
“Yok sayang” aku langsung bergegas memakai sepatu dan naik ke atas motornya.
Di tengah perjalanan
“Kita kemana ini sayang?” tanya Aim.
Aku menjawab suatu nama desa.
“Owh iya, ayank udah makan?” tanyaku.
“Belum sayang.”
“Loh kenapa sayang?”
“Mama bontotin kita sayang.”
“Hah? Yah ampuunn ...”
“Iya sayang karena ku bilang kita mau ke lapangan”
“Isss baik kali namboru sayang”
“Iyalah mamanya siapa? Mamaku ...”
“Hehehe”
“Ayank udah makan?”
“Belum juga sayang”
“Yoda kita makan ajalah dulu sayang”
“Iya sayang”
Dia membawa sepeda motornya ke suatu taman. Kebetulan di dekat situ ada sebuah warung, kami membeli sebotol besar air mineral. Kemudian kami duduk berdua di taman itu.
“Siapa yang bawa doa ini? Tanya Aim.
“Kamu ajalah” Jawabku.
Kami berdoa bersama. Setelah itu kami makan berdua. Karena sendoknya hanya satu, kami makan bergantian. Sesekali dia menyuapiku. Ahhh ini sungguh romantis. Di taman ini cuma ada kami berdua. Gak ada suara berisik. Siapa coba yang datang ke taman sepagi ini. Hehehehe ... Setelah selesai makan, kami melanjutkan perjalanan.
15 Juni 2017
Pagi hari aku mengirimkan sms untuk membangunkan Aim karena dia akan menemaniku ke lapangan.
“Sayang”
“Pagi sayang”
“Bangun sayang”
Aku menunggu balasannya. Berulang kali aku menelepon tapi gak diangkat. Aku bersiap-siap sembari menunggunya. Setelah aku selesai, dia tidak juga membalas pesanku. Satu jam kemudian dia baru membalas.
“Sayang, besok aja kita ke lapangan nya yah sayang. Aku mau nemenin abang hari ini”
“Yah ampuunn aku udah siap loh”
“Iya abang mendadak loh ngajaknya sayang”
“Tapi kan kamu gak bilang dari tadi”
“Maaf lah sayang”
“Ya”
“Gak ada balasan yang lebih bagus lagi?” Dia marah dengan balasan sms ku yang hanya Ya. Biasanya selalu ada kata sayang atau ayank atau aim.
“Enggak”
“Ingat yah ... Bagiku keluargaku yang paling penting bagiku”
“Aku gak bilang keluargamu lebih penting dari aku. Karna aku bukan keluargamu. Aku bukan siapa-siapa”
“Sekarang baru terbuka pikiranku. Selama ne aku selalu mendahulukan kepentinganmu. Kau marah karena janji untuk pergi sekarang. Tapi abangku minta tolong samaku. Tapi itu pun kau gak ngerti.”
“Yaudah kalau kau ngerasa gitu. Maaf udah ngerepotinmu selama ini. Maaf udah mengganggumu selama ini. Aku gak bakal merepotkanmu lagi. Udah ku bilang samamu, aku gak masalahkan itu. Aku ngerti itu. Tapi caramu yang aku gak suka”
“Ok”
“Kamu mau sendiri kan? Yoda besok aku pergi.”
“Iya”
Setelah sms terakhirnya aku gak membalasnya lagi. Aku gak mempermasalahkan dia pergi dengan abangnya tetapi kenapa dia gak bilang dari tadi. Aku udah siap-siap tapi gak jadi pergi. Itupun dia gak mengerti. Sampai malam hari dia gak juga mengirimkan pesan padaku. Aku menunggunya.
Besok harinya aku mulai berfikir. Mungkin aku salah. Sampai kapan kami terus begini. Akupun mengalah dengan mengirim pesan lewat BBM.
“Sayang, selamat pagi”
“Sayang, maafin aku yah (emot nangis)”
“Sayang (emot nangis)”
“Makasih yah sayang udah buat aku nangis” Dia membaca semua pesanku tetapi tidak membalasnya.
“Gak ada maksud buat ayank nangis loh (emot nangis) Yah Tuhan. Jahatnya aku. Udah buat kesayanganku meneteskan air mata karena ulah ku. Maafin aim yah sayang. Gak ada maksud seperti itu sayang (emot sedih)” Dia membalas pesan.
“Tapi makasih loh sayang. Dua minggu ini aku udah merepotkan ayank. Aku tau itu. Aku mungkin bakal lebih sering merepotkan lagi ke depan nya. Tapi kek mana yah yank. Aku belum bisa sendiri jauh-jauh naik kereta. Entah karena aku lebih nyaman kalau ditemenin sama ayank. Aku minta maaf. Dan aku terimakasih banyak sama ayank.”
“Gak perlu terimakasih sayang. Aim kan udah berulang kali aim katakan, kapanpun ayank butuhkan aim, aim akan selalu ada buat ayank. Selalu ada di samping ayank. Aim akan usahakan waktu aim buat nemenin ayank. Aim akan atur skejul aim, supaya gimana aim bisa ada buat ayank. Aim bener-bener susah buat atur waktu aim, tapi aim sangat sangat usahakan supaya gimana ada waktu aim bisa untuk yani. Sebenarnya banyak kerjaan sayang, banyak sayang. Apalagi terkadang abang sering nyuruh tiba-tiba padahal kita ada janji. Makanya aim sering sensi-sensi gtu ama ayank, sebenarnya bukam karena ayank. Ayank jangan takut kalau aim gak ada buat ayank disaat ini (emot nangis) Aim mohon sekali pengertian ayank buat aim. Semua itu bukan aim sengaja sayangku”
“Iya sayangku. Makasih yah sayang buat semuanya. Makasih karena ayank selalu ada buat yani. Maafin yani kalau kadang yani gak ngertiin ayank. Maaf yah sayang”
Juli 2017
Seperti hari bisanya dia selalu menjemput aku sepulang kerja di tempat biasa.
“Udah dimana sayang? Kabarin kalau udah dekat yah sayang” kata Aim
“Iya sayang. Nanti yani kabarin sayang” balasku.
“Ok sayang”
Beberapa menit kemudian ...
“Yani udah mau dekat sayang”
“Ok sayang. Aim otw yah ...”
Kemudian kami bertemu di tempat kami janjian. Sore itu tiba” hujan deras sementara rumah kami masih jauh.
“Sayang, ayank naik angkot aja yah ...” Katanya.
“Sama ajalah kita sayang.” Jawabku.
“Nanti ayank kena hujan. Nanti Aim ikutin angkot ayank dari belakang.”
“Terus ayank gimana?”
“Aim gakpapa sayang”
Kemudian dengan rasa kesal, akupun naik angkutan umum (angkot). Hujannya sangat deras, sementara dia ngikutin angkotku dari belakang hujan hujanan tanpa jaket dan mantel. Dia Cuma pake baju lengan pendek dan celana pendek. Sepanjang perjalanan dia terus mengikuti angkotku yang berjalan lambat. Dia basah kuyup. Aku kesel karena dia menyuruhku naik angkot tapi ada rasa sedih melihatnya hujan hujanan. Lelaki yang sungguh hebat. Rela hujan hujanan demi menjemput aku. Sementara aku duduk enak di angkot dan dia basah kuyup. Lelaki yang luar biasa.
Tangal 25 Juli 2017 dia membuat status di akun sosial media facebooknya.
“Sabar ini akan selalu menjagamu, melindungi kamu, menemani hidup kamu. Tiba-tiba saja aku ingat saat aku marah-marag padamu dan aku malas makan, tapi kamu tetap sabar hadapi aku. Malah kamu paksa aku makan sambil lelucon yang kamu berikan padaku. Aku sangaaaat senang sekali dengan sikap kamu dengan seperti itu.
Dan aku melihat kamu sudah berubah sayang. Yang dulunya kalau kita ada masalah, kita diam-diaman. Nah sekarang aku melihat perubahan yang ada dalam dirimu. Sekarang kamu lebih peduli denganku. Lebih peduli dengan kesehatanku. Aku salut dengan semua perubahan yang kamu lakukan padaku. Aku sangat sayang pada kamu Suryani ku.
#ternyataakutaksalahmemilihkamu”
Agustus 2017
Aku mendaftar untuk lanjut kuliah mengambil S1 dengan dukungan Aim dan orangtuaku. Dia menemani aku dari proses awal mendaftar sampai akhir. Saat masuk kuliah, dia selalu mengantar aku kuliah saat dia ada gak kerja. Dia menjemput aku setiap pulang kuliah karena sudah terlalu malam untuk pulang sendiri, dia khawatir kalau aku pulang sendiri.
07 Agustus 2017
Aim menemani aku tugas ke lapangan. Kami berangkat jam 9 pagi dari rumah menggunakan sepeda motor Aim. Tempat yang kami tuju belum pernah kami datangi sebelumnya. Kami menggunakan maps di handphone untuk mencari lokasi yang kami tuju. Kami terus mengikuti arah maps. Setengah jam kami berjalan. Tempat yang kami tuju masih jauh. Setengah jam kedua kami belum sampai juga. “Sayang, kayaknya kita udah lewati jalan ini” Aku melihat ke kiri dan kanan. “Iya kan sayang” Aim mengiyakan. Setengah jam ketiga kami tak juga sampai di tempat yang kami tuju.
“Sayang, kita tanya ajalah sama orang” Aku memberikan saran.
“Gak usah sayang, ini udah mau nyampe” Aim menolak saranku.
“Ini jalannya udah kita lewati loh tadi. Mutar-mutar disini aja”
“Tapi ini udah mau nyampe sayang”
“Kita tanya aja loh biar lebih pasti” Aku mulai kesal.
“Ini kita udah tinggal ke kiri aja”
Setengah jam keempat kami belum sampai juga. Aim memberhentikan sepeda motornya dan bertanya dengan ibu yang sedang duduk di depan rumahnya. “Kan udah ku bilang dari tadi kita tanya aja” Nada suaraku sudah tinggi. Dia diam aja. Wajahnya sudah merah. Sepertinya dia juga kesal. Kami ikuti petunjuk dari ibu itu dan kamipun akhirnya sampai. Aku masuk ke dalam dan Aim menunggu di luar. Setengah jam tugasku selesai.
“Kita mau kemana lagi?” Aim bertanya.
“Kita pulang ajalah”
Di perjalanan pulang, kami hanya diam aja. Aku kesal dan Aim juga kesal. Dia menaikkan kecepatan sepeda motornya. Aku ketakutan. Dia terus menaikkan kecepatannya. Aku semakin takut.
“Gak bisa kau pelankan bawanya?” Nada suaraku tinggi. Dia hanya diam dan tetap membawa motornya ngebut.
“Turunkan aku disini !!! Air mataku mulai jatuh karena takut.
“Nanti disana”
“Aku mau disini. Turunkan aku disini !!!”
“Gak mau aku. Nanti ku turunkan disana”
“Kalau kau gak mau, aku lompat sekarang”
“Jangan kayak anak-anak”
“Lompat aku sekarang yahh ...”
Dia menepikan sepeda motornya di pinggir jalan.
“Mau kau apa yani?”
“Aku bisa pulang sendiri”
“Nanti ajalah kau marah sampe di rumah. Sekarang kita pulang”
“Gak mau aku. Aku bisa pulang sendiri”
Orang-orang di sekeliling kami melihat kami yang adu mulut di jalan itu.
“Kau mau pulang sendiri?”
“Iyaaa”
“Yoda jangan harap kau bisa lihat aku lagi” Dia naik ke sepeda motornya. Aku langsung menghadangnya. Hatiku langsung luluh mendengar ucapannya. Aku takut dia akan melakukan hal nekad yang bisa membahayakan dirinya.
“Jangan gitu lah aim” Air mataku kembali jatuh.
“Makanya ayok kita pulang. Jangan nangis lagi”
“Iya” Aku menghapus air mataku.
Aku menuruti perkataannya dan naik ke sepeda motornya. Di perjalanan aku hanya diam dan memikirkan apa yang dia katakan. Aku takut kehilangannya. Aku gak akan sanggup. Kenapa dia bisa berbicara sampai seperti itu ...
19 Agustus 2017
Aku, Aim, Rinal sahabat Aim dan Pita kekasihnya Rinal menghadiri pesta pernikahan teman kami. Semenjak Rinal dan Pita dekat, kami sering jalan berempat. Kalau orang-orang bilang Double Date gitu. Kami pergi jalan walau hanya sekedar makan, nonton, ke taman. Cukup sering kami jalan bareng. Sampai akhirnya aku dan Aim menjadi saksi mereka menjadi sepasang kekasih.
Sepulang dari acara pesta tersebut, kami pergi ke Manhattan Times Square, sebuah Mall di Medan untuk menonton film. Awalnya Aim menolak untuk menonton. Dia memang tidak suka nonton film di bioskop. Setelah 5 tahun 7 bulan kami berpacaran belum pernah kami menonton film di bioskop. Tapi akhirnya setelah kami terus memaksa, Aimpun mau.
Dari acara pesta pernikahan kami menaiki transportasi online. Sesampainya disana kami langsung menuju bioskop tetapi ternyata film yang akan ditayangkan tidak ada yang menarik bagi kami. Aim sangat senang karena tidak jadi. Sementara kami bertiga sangat kecewa. Setelah kami keluar dari bioskop, kami keliling mall dan fhoto-fhoto. Setelah itu kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami ke Carefour untuk karaokean, sebuah Mall juga di Medan. Kami berencana untuk karaokean disana. Dari Manhattan Times Square ke Carefour kami kembali menaiki transportasi online. Sesampainya disana kami naik eskalator
“Dompetku sama mu kan Ita?” tanya Rinal ke Pita
“Gak ada loh pak boss” jawab Pita
Kemudian Pita mencari dompet Rinal di tas nya. Rinalpun mencari di kantong celananya.
“Tinggallah itu di mobil”
“Coba telpon nomor driver yang tadi.” Kataku
Pita menelepon driver transportasi online yang kami naiki tadi. Ternyata sih bapak belum jauh dari Carefour.
“Kalian nunggu sini yah jangan kemana-mana.” Kata Aim
“Iya iya”
Kemudian Rinal dan Aim lari-lari turun dari tangga dan mengejar bapak itu. Sementara aku dan Pita tetap menunggu di dalam Mall. Beberapa menit kemudian mereka kembali. Untung saja bapak itu baik dan jujur sehingga dompetnya Rinal dikembalikan. Setelah itu kami langsung ke tempat karaoke. Ternyata tempat karaokenya penuh dan harus menunggu. Kamipun gak jadi karaokean. Kampun merasa lapar dan makan di restoran cepat saji. Sewaktu kami mau pulang, ternyata di luar hujan. Kami mengecek ongkos transportasi online sangat mahal. Kamipun memutuskan untuk pulang dengan angkutan umum. Lumayan lama kami menunggu angkot di halte.
Hujan semakin deras. Setelah kami turun dari angkot, kami lari menuju tempat untuk berteduh. Aim dan Rinal menjadi payung kami, mereka menaruh tangannya di kepala kami supaya kami tidak kehujanan. Itu sangat romantis. Aim bahkan membuka kemejanya dan hanya memakai kaos untuk dijadikan penutup kepala kami. Dia sangat menjagaku agar aku tidak basah dan kehujanan. Dia selalu melindungiku dalam setiap hal sulit. Dia lelaki yang sangat bertanggungjawab terhadap wanitanya. Begitu juga Rinal. Mereke lelaki yang diutus Tuhan menjadi malaikat kami. Aku dan Pita sangat beruntung memiliki mereka dalam hidup kami.
29 Agustus 2017
Sore hari itu seperti biasanya Aim menjemputku di tempat biasanya. Hari itu sangat melelahkan tetapi saat melihatnya hilang semua rasa lelah itu. Sesampainya di rumah. Aim pun pulang ke rumahnya
“Makasih yah sayang.”
“Iya sayang.”
“Bye ...”
Kemudian dia pulang. Beberapa menit kemudian, dia mengirimkan pesan.
“Lagi apa sayang? Udah mandi ayank nya?”
“Mau makan sayang. Aku belum makan nasi dari tadi pagi.”
“Kan .... “ katanya kesal
“Maaf yah sayang.”
“Keluar ayank yah ini ada mau Aim kasih.”
“Ok sayang.”
Kemudian aku keluar dan ternyata dia membawakanku mie goreng dan sup. Lelaki yang hebat. Perhatiannya yang kayak gini yang buat aku sangat bahagia dan beruntung memilikinya.
13 September 2017
Hari itu aku, Aim, Rinal dan Pita kembali berencana untuk nonton di sebuah Mall. Awalnya Aim menolak karena kemaren gak jadi. Kemudian setelah kami paksa, akhirnya dia mau juga. Ini kali pertama aku nonton dan sekaligus pertama kalinya kami nonton berempat. Siang harinya aku dan Rinal lihat trailer filmnya kayaknya seru. Filmya film horor.
Kamipun berangkat dari rumah jam 18.35 WIB dan mau nonton filmnya mulai 19.00 WIB. Kami naik kereta ngebut karena mau ngejar filmnya. Sesampainya di parkiran Mall, kami langsung meletakkan helm, buka jaker dan rapiin rambut. Terus kami lari dari parkiran ke pintu masuk Mall. Security nya heran dan bingung langsung nunjukin eskalatornya dimana. Kamipun naik eskalator lari-lari sampai lantai 6. Kami gak peduli lagi dengan apa yang difikirkan orang sekitar kami. Pas nyampe di cinema ternyata film nya belum mulai. Wah lega sekali rasanya. Kami langsung cepat-cepat beli tiket dan langsung masuk gedung teater. Sampe di tempat duduk, kepala oyong, sesak nafas, dan haus.
Begitulah perjuangan kami hari itu. Ternyata filmnya lumayan seru dan gak sia-sia. Aku ketagihan dan aku bilang ke mereka, kita harus nonton lagi. Sementara Aim bilang, ini terakhir kalinya. Aku gak mau lagi. Kami tertawa bersama. Hehehe
17 September 2017
Sudah setengah tahun Aim wisuda. Dia udah melamar kesana kemari tapi belum juga diterima. Dia berencana untuk merantau ke Jakarta. Aku tidak setuju karena perempuan yang dulu pernah dekat dengannya sekarang sudah di Jakarta. Aku takut mereka akan bertemu lagi. Tidak hanya karena itu. Aku juga berfikir untuk apa dia mencari kerja jauh-jauh. Sore itu aku, Aim dan Rinal lagi duduk di ruang tamuku. Aku mengotak-atik handphone nya dan melihat pesan BBM nya dengan perempuan itu. Ternyata Aim masih berhubungan baik dengannya. Aim mengatakan bahwa Aim kangen sama dia. Aim juga perhatian. Dia nanya perempuan itu udah makan atau belum. Ekspresiku langsung berubah. Aku terdiam. Aim dan Rinal ngomong-ngomong tapi aku hanya diam.
“Napa sayang? Kok diam?”
“Gakpapa”
“Napa sih?”
“Gakpapa loh” Nada suaraku mulai tinggi.
“Gak mau ngasih tau?”
Aku diam dan gak menjawab pertanyaannya.
“Gak mau ngasih tau kan? Aku pulang yah ...”
Dia pulang karena kesal aku gak menjawab pertanyaannya. Sepulang dia dari rumahku. Aku langsung mengirim pesan padanya.
“Jadi karena itu kamu mau pergi ke Jakarta?”
“Maksudnya apa sih sayang?”
“Aku udah baca pesan kalian. Kamu kangen sama dia kan ? kamu mau jumpa dengan dia kan?
“Dengar yah sayangku ... Aim sangat mencintaimu sayang. Aim benar-benar serius kerja disana kelak. Aim ingin mengumpulkan pundi-pundi untuk modal nikah kita sayang. Mohon pengertiannya sayang. Mau sampe kapan aim harus kek gini terus sayang?
“Kan bisa cari kerja disini”
“Ayank lihat sendiri gimana disini sayang.”
“Kalau kamu cinta sama dia. Kejarlah cintamu. Aku gak akan pernah menghalangi cinta kalian.”
“Kau sudah gak mencintaiku lagi?”
“Ini bukan tentang aku. Kau tau benar. Kaulah cintaku. Aku sangat mencintaimu. Tapi aku gak akan menghalangi cinta kalian.”
“Cobalah kau berfikir suryani. Apa maksudmu mengatakan bahwa akulah cintamu. Tapi malah nyuruh aku pergi untuk kejar cinta yang lain? Kejahatan apa yang ku perbuat padamu suryani? Apa kau tidak bisa menilai betapa besar cintaku padamu? Apa aku sejahat itu pada cinta kita berdua suryani? Bahkan aku sudah berjanji di atas kepalamu untuk tidak menghianati cintamu. Baik baik. Aku minta maaf atas perkataanku kalau aku kangen dan perhatian sama dia. Tapi kamu perlu tau suryani, itu semua tidaklah ada tujuan-tujuan tertentu apapun. Aku bukanlah efraim yang dulu. Yang udah menghianti hati dan cintamu padaku. Aku efraim mu suryani. Bukan efraim untuk wanita lain. Cintamu sudah melekat di hatiku. Kamulah masa depanku kelak. Kita akan bersama-sama menjalin hubungan berumahtangga kelak suryani. Kaulah yang akan ku jadikan istri. Bukan wanita lain (emot nangis) aku minta maaf (emot nangis)
“Apa gak cukup seorang Suryani Naibaho untukmu Aim? Apa gak cukup? Apalagi yang kurang yang aku buat?”
“Maafin aku. Maafin aku Suryani. Tidak. Aku tidak butuh wanita lain selain kamu sayang (emot nangis) Maafin aim (emot nangis)”
“Yodalah”
“Apa yodahlah nya ne yani?”
“Gak usah dibahas lagi”
“Maksudnya apa sih? Aku gak ngerti”
“Yoda aku maafin. Gak usah dibahas lagi”
“Makasih yah sayang”
“Iya sayang”
23 September 2017
Siang itu aku berangkat ke kampus dengan mengendarai sepeda motor. Awalnya aku ragu untuk membawa sepeda motor sendiri karena biasanya naik angkutan umum dan pulangnya dijemput sama Aim. Kalau Aim gak kerja, dia juga sering mengantarkan ke kampus. Tapi aku memberanikan diri untuk membawa motor sendiri. Walaupun sempat berfikir bagaimana nanti malam aku pulang sendiri bawa motor. Tapi sore harinya Aim mengrimkan pesan kepadaku.
“Jam berapa nanti pulang sayang?”
“Jam 9 lewat gitulah sayang.
“Nanti aku jemput yah”
“Gak usah sayang aku bawa kereta sendiri”
“Gak papa nanti aim jemput. Bahaya ayank bawa kereta sendiri malam-malam”
“Yoda sayang”
Kereta itu sepeda motor. Anak Medan bilangnya kereta.
Kemudian pukul 9 malam dia mengirimkan sms
“Aim udah di depan yah sayang”
“Iya sayang. Ini mau keluar”
Akupun keluar dari parkiran dan menemuinya di dekat gerbang kampus. Bagaikan seorang putri yang sudah ditunggu oleh pangerannya. Tadinya aku berfikir dia bawa kereta juga dan kami pulang iring-iringan.
“Loh kereta ayank mana?”
“Aim naik angkot sayang.”
Dalam hatiku, sungguh luar biasa laki-laki ini. Bela-bela in naik angkot. Padahal aku tahu kalau dia paling malas naik angkutan umum.
02 Oktober 2017
Malam itu aku sudah janjian dengan Aim untuk menemaninya membeli hp. Dia selalu memintaku menemaninya. Dia tidak pernah pergi sendiri. Dia tidak suka jalan sendiri. Selalu ingin ditemenin. Kemanapun dia pergi, dia selalu mengajakku. Akupun selalu berusaha ikut saat dia ingin ditemenin olehku. Bagitupun juga aku selalu mengajaknya kemanapun aku pergi. Dia selalu berusaha ada untukku.
“PING
Jangan lama sayang”
“Iya sayang”
“Yani udah siap sayang. Lama kali ayank nya”
“Woke sayang
Hehehe
Makan lah dulu ayank nya yah“
“Cpt lah sayang”
“Iya loh sayang aim
15 menit lagi aim siap sayang”
“Iya sayang”
“Makan dulu ayank ny ayah
Sih Rinal mau ikut sayang” katanya
“Yoda gpp sayang”
Yani masih kenyang sayang
Nanti aja makannya
Udah lewat 15 menit sayang
PING
Lama kali lah sayang
Ngapainlah sampe lama kali?”
“Aim udah siap sayang
Tunggu aim di depan yah sayang”
“Lama kalipun”
“Tunggu aim yah
Ini aim udah otw sayang”
Kemudian dia datang dan kamipun pergi membeli hp barunya. Dia senang sekali bisa membeli hp yang diiinginkannya. Sepulang dari sana, diapun mengantarkan aku pulang. Setiba di rumah dia mengirimkan pesan padaku.
“Sayang”
“Apa sayang?”
“Gak akan ada wanita lain di hatiku ini, selain kekasihku Suryani Naibaho”
“Gak akan ada lelaki lain di hatiku ini, selain kekasihku Efraim Nababan”
“Ingat itu selalu yah sayang dan jangan pernah berfikir kalo aim akan selingkuhin ayank. Karena aku hanya milikmu sayang.”
“Iya sayang.
“Yoda bbok sana sayang”
“Iya sayang”
“Med bbok yah sayang aim
Moga mimpi yang indah sayangku
I love you sayang”
“Iya sayang. I love you too sayang”
Setiap malam dia selalu mengucapkan selamat tidur padaku. Ini sudah menjadi kebiasaan kami setiap hari. Setelah mendapat ucapan selamat tidur darinya, aku merasa sangat tenang. Aku merasa tidurku menjadi nyenyak dan mimpiku indah.
09 Oktober 2017
Di perjalanan pulang kerja, aku duduk paling ujung. Kaca angkotnya gak bisa dibuka. Angin gak masuk. Rasanya mau pingsan. Macet luar biasa. Rasanya mau pingsan. Laper ... Capek ... Aku coba menghubungi Aim supaya dijemput di tempat biasa tapi gak bisa.
Beberapa menit kemudian, dia meneleponku.
“Sayang udah sampe mana?”
“Masih di amplas sayang. Macet kali ...”
“Yoda Aim jemput di tempat biasa yah sayang”
“Ok sayang.”
Dua jam lebih aku berada di dalam angkot itu. Rasanya campur aduk. Sesampainya, Aim sudah menunggu. Senyumnya menyambut kedatanganku. Entah apa kandungan dari senyumnya itu bisa membuat semua rasa lelah, mual dan mau pingsan hilang ketika melihatnya. Beruntungnya aku punya pangeran yang selalu siapa menyambut putrinya. Ahhhh ... dia selalu berhasil membuatku kagum.
13 November 2017
Pagi-pagi sekali pukul 06.38 sebelum berangkat kerja. Aku mengirimkan pesan singkat kepada kekasih hatiku. Sebulan ini aku sudah tidak tinggal di kost lagi. Tugasku lebih banyak ke lapangan dan Cuma beberapa kali dalam seminggu ke kantor. Seperti hari ini aku ke kantor.
“Selamat pagi sayang. Yani pergi yah sayang”
Dua jam kemudian ...
“Iya sayang. Hati” yah sayang”
“Yani udah nyampe kantor sayang”
“Iya sayang. Sarapan dulu ayank nya”
“Tadi udah makan roti sayang”
“Akh ... yang bener sayang?”
“Iya sayang”
“Baguslah sayang”
“(emot kiss)”
“(emot kiss)”
“Udah mandi dayang?”
“Ne mau mandi sayangku”
“Mandilah cinta. Baru sarapan yahh”
“Gak sempatlah sayang. Mereka udah nungguin aim sayang”
“Siapa cinta?”
“Rinal dan Rony sayang”
“Mau kemana sayang?”
“Ayank lupa yah hari ini kami mau daftar jadi driver online”
“Owh iya sayang”
Sejam kemudian ...
“Kami pergi yah sayang”
“Hati” yah cinta”
“Iya sayang”
Satu setengah jam kemudian ...
“Udah dimana sayang?”
“Udah di kantor sayang”
“Owh iya sayang”
“Baterai aim udah lobet sayang. Udah dulu yah sayang”
“Iya sayang”
Satu setengah jam kemudian ...
“Yesss udah jadi driver”
“Yeyeye Jangan sampe lupa ngelamar kerja loh sayang karna itu bukan prioritas. Ok sayang?”
“Seep sayang”
Sambil terus mencari pekerjaan dengan ijazah S1 nya, dia mengisi kekosongan dengan menjadi seorang driver online. Awalnya aku tidak menyetujui niatnya karena menurutku itu termasuk pekerjaan yang berbahaya dan pasti sangat melelahkan tapi aku berfikir kembali. Dia mulai bosan karena tidak ada kegiatan. Aku gak boleh egois. Dengan berat hati, aku mengizinkannya dengan syarat dia tetap melamar kerja dan tidak menjadikan pekerjaan itu prioritasnya. Dia juga tidak boleh terlalu memaksakan dirinya. Dia harus ingat waktu. Setiap hari aku selalu mengingatkan hal itu. Aku selalu memberi semangat dan selalu berdoa supaya Tuhan Yesus elalu menyertai apapun yang aim lakukan.
21 November 2017
Pukul 00.01 aku mengirim pesan untuk mengucapkan mensiversary yang ke 5 tahun 10 bulan buat aim.
“Happy mensiversary for 5 years 10 months my lovely boy ... terimakasih buat semua hal baik yang sudah kita lalui selama ini. Aku gak nyangka kita bisa di titik ini tapi aku yakin kita pasti bisa melewati hari esok bersama. Tetaplah pegang tanganku dan tetap peluk erat aku saat kamu mulai merasa lelah. Jangan berhenti tetaplah berjuang. Temani aku sampai kita sukses bersama. Temani aku meraih mimpi-mimpi kita yang belum tercapai. Terimakasih buat semua cinta dan sayang yang begitu besar. Terimakasih buat kesabaran untuk setiap kekuranganku. Semoga ke depan kita semakin lebih memperbaiki diri lagi supaya bisa menjadi yang lebih baik. Semoga kita selalu kuat dan saling menopang dalam setiap masalah. Semoga bukan hanya 5 atau 6 atau 7 atau 8, 9 dan 10 tahun tapi selamanya. Karena dalam setiap doaku, aku berharap kamu yang akan menjadi masa depanku. Aku sangat mencintai kamu, Efraim Nababanku ...”
“Iya sayang. Med bobok yah sayangku. Semoga mimpi yang indah sayang. Tuhan Yesus beserta ayank juga. Aim juga sangat mencintai ayank.”
3 Desember 2017
Aku, Aim, Rinal, dan Pita pergi ke suatu tempat wisata namanya Pasteurisasi Susu Sapi Berastagi. Kami bersiap-siap pergi setelah pulang dari gereja. Kami berangkat dari rumah jam 12 siang. Awalnya aku ragu kalau ini bakal jadi karena aku merasa udah terlalu siang. Akhirnya kamipun berangkat dengan menggunakan sepeda motor. Kami berjalan mendahului sepeda motor Rinal dan Pita. Di perjalanan awalnya semua baik-baik saja sampai setelah satu setengah jam kami menaiki gunung-gunung, jalanan yang memang cukup ekstrim. Kiri dan kanan kami jurang, jalanan yang naik terus ke atas, sampai akhirnya sepeda motor Aim mulai mengeluarkan suara yang berat. Kenalpot keretanya mengeluarkan asap yang tak wajar. Aim memberhentikan sepeda motornya di pinggir jalan.
“Kenapa sayang?” tanyaku
“Panas keretanya sayang. Kita berhenti dulu yah”
“Yoda sayang”
“Kenapa bray ?” Tanya Rinal seraya memberhentikan sepeda motornya di tepi jalan.
“Berasap bray keretaku.” Sahut Aim
“Berhenti ajalah dulu kita sebentar tunggu dingin mesinnya.”
“Iyalah bray.”
“Keretaku pun ini udah panas juga.”
Dalam hati aku sudah cemas, gimana ini belum sampai setengah perjalanan udah kayak gini. Pita dan aku cemas dan berdoa di dalam hati. Tidak ada bengkel di dekat sini. Kalau kenapa-kenapa, kemana kami bawa keretanya. Dalam hati berfikir, apa Tuhan gak merestui perjalanan ini fikirku. Yah Tuhan ... berkatilah perjalanan kami. Jauhkan kami dari bahaya yah Tuhan. Ini perjalanan aku dan Aim pertama kalinya cukup jauh dengan menggunakan sepeda motor. Biasanya kami lebih memilih naik bus atau angkutan umum.
Beberapa menit kami berhenti kemudian memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan. Satu jam kami berjalan kemudian gerimis datang. Kami tetap melanjutkan perjalanan. Kemudian hujan semakin lebat dan kamipun berhenti di sebuah pom bensin. Kebetulan ada sebuah mini market di tempat pengisian bensin, kami membeli minuman dan makanan sambil menunggu hujan redah. Aku lihat jam sudah menunjukkan pukul 3 sore tetapi perjalanan kami masih jauh. Setengah jam lebih kami menunggu, kemudian kami melanjutkan perjalanan walaupun sebenarnya masih gerimis. Kami sebenarnya tidak tahu persis tempatnya. Kami tanya-tanya dengan penduduk setempat dan mengikuti petunjuk dari mereka. Akhirnya pukul 4.30 sore kami sampai di tempat tujuan kami. Kami duduk sebentar kemudian fhoto-fhoto. Pukul 6 kurang kami bergerak untuk pulang. Di perjalanan pulang hari sudah gelap, aku sangat takut melewati jalanan yang cukup ekstrim. Aku memeluknya erat.
Ini pertama kalinya aku naik sepeda motor dengannya sejauh ini dengan jalanan yang sangat berliku-liku.
“Kamu capek?” tanya ku kepada Aim saat di perjalanan karena aku tahu dia pasti sangat lelah.
“Aku gak capek kalau sama ayank.” Katanya.
Sungguh jawaban yang cukup menyentuh hatiku. Ini perjalanan terjauh kami dan dia bilang gak capek. Aku terharu sekali.
Akhirnya pukul setengah 9 kami sampai di Medan. Kemudian kami makan di tempat kami sering makan. Sungguh perjalanan yang sangat mengesankan walau hanya sebentar disana tetapi perjuangan untuk sampai disana yang membuat sangat berkesan. Aku merasa sangat bahagia.
21 Desember 2017
Hari itu adalah hari jadian kami yang ke 5 tahun 11 bulan. Aku sengaja tidak mengucapkan happy mensiversary pagi harinya. Aku berharap dia yang akan mengucapkan diluan. Ternyata sampai siang hari dia tidak juga mengucapkannya. Akhirnya akupun mengucapkannya lewat pesan.
“Happy mensiversary yah sayangku buat 5 tahun 11 bulan. Semangat buat 1 bulan lagi menuju 6 tahun. Terimakasih sayangku buat semua cinta dan sayang yang kamu berikan. Semoga kita semakin baik lagi dalam hubungan ini yah sayang. Aku sangat mencintai ayank.”
“Aim juga sangat mencintai ayank.”
“Jangan bandel-bandel yah sayangkuuu”
“Iya sayang.”
Malam harinya dia datang ke rumahku.
“Happy mensiversary sayang. Semoga kita sampai ke ..” katanya sambil menyalam tanganku..
“Ke apa sayang?” tanyaku.
“Ke pelaminan.”
“Amin ...”
Sepulang dari rumahku seperti biasanya dia pasti sudah tau kalau aku langsung tidur. Dia mengucapkan selamat tidur melalui pesan.
“Met bbok yah sayang aim. Moga mimpi yang indah sayangku. I love you sayang”
Kami sangat bahagia. Walaupun tidak selalu ada perayaan tetapi kami selalu mengingat tanggal 21 sebagai tanggal yang penting untuk kami walau hanya sekedar mengucapkan happy mensiversary.
23 Desember 2017
Pagi hari seperti biasanya aku selalu mengirimkan pesan untuk mengucapkan selamat pagi padanya.
“Pagi sayang”
“Pagi juga sayang”
“Udah mandi sayang?”
“Belum sayang. Aim baru selesai beresin rumah. Mama sama bapak pergi ke Siantar. Tinggallah aku sendiri disini”
“Owh. Yoda mandilah sayang.”
“Lapar sayang. (emot nangis) Gak ada makanan”
“Mandilah dulu sayang. Nanti kita beli makan yah sayang”
“Ayank belum makan ? Aim makan di rumah kakak ajalah sayang.”
“Yoda sayang”
Malam harinya aku sendiri di rumah, kemudian setelah selesai mandi akupun mengirim pesan ke Aim tetapi dia tidak membalas-balas pesanku.
“Selamat malam sayang”
“Sayang”
“Yani sendiri di rumah”
Akupun meneleponnya berulang-ulang tetapi tak juga di jawab. Kemudian aku datang ke rumahnya karena khawatir. Sesampainya di rumahnya ternyata dia sedang menonton dengan kakaknya di rumah dan dia belum mandi.
“Aim ... koq aku sms gak dibalas ? ditelpon juga gak dijawab.” Kataku ketus
“Iya hp nya ku cas sayang” jawabnya
“Owh ... pantesan”
“Ayank belum mandi yah ? tanyaku
“Belum.” Katanya sambil ketawa
“Sayang, masker yang kemaren mana ?”
“Owh iya. Aim buat maskerlah.”
Kemudian dia membuat sesendok masker wajah ke piring kecil dan mencampurnya dengan sedikit air. Masker yang ku beli beberapa minggu yang lalu tetapi belum aku gunakan.
“Sayang, olesin lah ke mukaku.” Katanya sambil memberikan piring kecil itu padaku
Kemudian dia berbaring dan aku mengoleskan masker di wajahnya sampai rata. Setelah lima belas menit, diapun membersihkan wajahnya sekalian mandi.
24 Desember 2017
Hari itu adalah hari Minggu, pagi hari seperti biasanya aku selalu mengirim pesan pada Aim.
“Pagi sayang”
“Selamat hari Tuhan sayang”
“PING”
Siang harinya dia baru membalas pesanku
“Pagi juga sayang. Sakit kali perut Aim sayang (emot nangis) Nusuk-nusuk dia”
“Sama sayang
Isss kok senasib aja
Yani udah bolak balek kamar mandi”
“Sakit sayang (emot nangis)”
“Nah pake minyak angin sayang biar segar”
“Akh gak mau Aim sayang”
“Napa gak mau ? Enak loh”
“Akh”
“Nah cepat sayang. Lama kali ayank bangun yah”
“Hehehe iya sayang”
“Good”
“Is very good”
Aim memang sering bangun kesiangan. Itu sudah jadi kebiasaan buruknya. Malam hari dia selalu sudah untuk tidur. Dia bahkan sering tidur jam 3 pagi. Itu yang membuat dia selalu bangun siang. Aku selalu menyuruhnya untuk cepat tidur tetapi dia gak bisa tidur katanya. Hal ini sering sekali membuat aku kesal. Dia sangat berbeda denganku. Aku selalu bisa tidur cepat dan besok paginya selalu bangun pagi. Itulah sebabnya aku yang sering diluan menucapkan selamat pagi padanya.
Malam harinya aku pergi beribadah di gerejaku karena malam itu adalah malam natal. Aimpun pergi beribadah di gereja. Sepulang ibadah dia bilang dia akan menjemputku. Ternyata hujan datang. Akupun mengirim pesan padanya.
“Sayang, aku udah pulang.”
“Sayang, udah dimana?”
“Sayang ...”
Tetapi dia tidak menjawab pesanku, kemudian aku meneleponnya berkali-kali tapi tidak dijawab olehnya. Aku mulai kesal saat itu. Kemudian dia menelepon.
“Halo, kamu dimana?”
“Aku udah di depan gereja sayang.”
“Di depan mana?”
Kemudian teleponnya mati. Aku lihat keluar gereja tapi dia tidak ada. Karena hujan masih belum redah, aku kembali masuk gereja. Aku tambah kesal melihatnya tidak ada. Kemudian aku telepon dia lagi.
“Kamu dimana sih? Tadi aku keluar kamu gak ada.”
“Aku disini loh di dekat parkiran”
Aku keluar dari gereja dan menuju parkiran dengan wajah yang sangat kesal. Kemudian aku melihatnya ternyata dia sudah basah. Ada perasaan menyesal saat itu. Aku marah sementara dia bela-belain menempuh hujan untuk menjemputku.
“Kamu basah sayang?” Sambil memegang bajunya.
“Enggak kok, yok kita pulang”
Mungkin dia sudah merasa kesal karena ditelpon tadi aku marah dengannya. Tapi dia memang sungguh lelaki hebat. Aim lelaki yang kalau marah, dia tidak banyak berbicara. Dia hanya diam. Selagi itu hanya hal kecil, hatinya akan mudah kembali lagi. Tetapi kalau dia udah sangat marah, aku gak tau apa yang harus aku lakukan.
25 Desember 2017
Hari ini adalah hari natal. Hari yang sangat membahagiakan bagi seluruh umat Nasrani. Begitu juga aku sangat bahagia hari itu. Aku mengucapkan selamat natal kepada kekasihku, Aim.
“PING
Selamat natal sayangku
Semoga damai dan sukacita natal selalu bersama kita
Bersyukur masih bisa merasakan natal bersama kamu sayangkuu ... I love you sayang”
“Selamat natal juga sayang aim
I love you too so much sayang” jawabnya
“Terkadang aku emosi samamu. Krna omonganku gak didengar”
“Napa sayang?”
“Jam 2 belum tidur
Ahhhh “ Jawabku kesal melihat dia terakhir online jam 2 pagi.
“Ayank di rumah?”
“Di gereja” jawabku ketus
“Ohhh ayank kok cuek yah”
“Aku kesel sama kamu. Kamu gak dengerin omonganku yah”
“Jangan marahlah sayang aim
Ini kan hari natal. Janganlah marah-marah sayang”
“Terus ajalah kamu gitu”
“Maaflah sayang”
“Ngapain kamu lama tidur?”
“Krna gak busa tidur sayang
Lagian aim di kamar kok sayang mani game. Abis itu baru aim bisa tidur”
“Iyalah terusnya kek gitu tiap hari
Begadang-begadang di luar”
“Gak loh sayang. Aim gak keluar sayang. Aim di kamar loh sayangku”
“Iyalah.”
“Hehehe ayank udah di rumah.”
“Udah sayang.”
“Aim ke rumah yah sayang.”
“Ok sayang.”
Setengah jam kemudian dia datang.
“Selamat natal sayang.” Sambil mengulurkan tangannya
“Selamat natal juga sayang.” Kamipun bersalaman.
“Fhoto yok sayang.”
“Ayokk ...”
Setelah mengambil beberapa fhoto, kamipun membuat sebuah video
“Kami mendada ke kamera. Kemudian kami bersahut-sahutan
Aim : Merry ..
Aku : Christmass
Aim : Selamat
Aku : Natal
Aim : Dan
Aku : Tahun Baru
Aim : Dua ribu
Aku : Delapan belass
Aim : Wow wow wow
Kamipun bernyanyi we wish you merry christmas we wiss you merry christmas we wiss you merry christmas and happy new year
Daaaaaaa ... ( kami mendada di kamera )”
Kemudian kami membuat video yang kedua
“Kami duduk berdua di ruang tamu rumahku
Aku : Hai sayang.
Aim : Hmmm
Aku : Sayang, selamat natal
Aim : Selamat natal
Aku : Apa harapan kamu di tahun 2018?
Aim : Semoga menjadi lebih baik
Aku : Itu aja?
Aim : Iya
Aku : Cuek banget sih kamu
Kami tertawa bersama Hahaha”
Aku bahagia sekali bisa merayakan hari natal bersama Aim untuk ke 6 kalinya. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan masih bisa merayakan natal dengannya dan aku berharap masih bisa terus dan selalu merayakan natal seperti ini di tahun-tahun berikutnya. Terimakasih Tuhan Yesus untuk hari ini. Aku bahagia.
26 Desember 2017
Pagi itu seperti biasanya aku selalu melakukan hal yang biasa aku lalukan setiap pagi yaitu mengucapkan selamat pagi pada Aim.
“Pagi sayangku”
“Pagi juga sayang aim
Udah sarapan sayang?
“Udah sayang”
“Baguslah sayangku.
“Iya sayang”
Siang harinya, dia datang ke rumah karena dia mau pamit kerja. Dia mengeluh karena sepi. “Sakit lah kepala aim sayang (emot nangis)”
“Napa sayang?”
“Sepi kali sayang”
“Mungkin karena libur itu sayang. Ayank dimana?”
“Aim di Plaza Millenium sayang. Udah lebih sejam aim jalan-jalan keliling, gak ada yang kenak”
“Mungkin paketnya sayang”
“Masih banyak loh sayang. 400MB.”
“Sabar yah sayangku”
“Iya sayang. Makanya pening kali aim ini”
“(emot kiss)”
“(emot kiss)”
“Ayank sendiri?”
“Iya sayang. Sih Bintang mau kesini katanya sayang.”
“Besok baru rame sayang”
“Mudah-mudahan lah sayang”
“Iya sayang”
Dua jam setelah itu, dia datang ke rumahku. Wajahnya tampak sangat lelah. Dia bercerita semua yang dialaminya. “Lelah, tapi gak ada hasil. Pulang lah kami” katanya. Sejam kami bercerita-cerita. Aku mencoba menghiburnya. Setelah itu dia pulang ke rumahnya.
Malam hari, aku mengirimkan pesan WA.
“Sayang”
“Yah sayang khu”
“Udah mandi sayang?”
“Ne lagi mandi sayang”
“Cemana mandi sambil chatting”
Kemudian dia membalas dengan mengirim video dia nyanyi lagu haruskah ku mati karenamu dari Ada Band.
“Jorok kali ayank nya”
“Hehehe”
“Isss yani gak suka. Mesti kali nyanyi di kamar mandi”
“Ahahaha”
Lima menit kemudian, dia mengirim 2 video lagu haruskah ku mati karenamu lagi dengan durasi masing-masing 35 detik tetapi dia sudah mandi dan ganteng. Dia menyanyiakannya dengan tulus sekali dan dari hati yang paling dalam.
“Haruskah ku mati karenamu
Terkubur dalam kesedihan sepanjang waktu
Haruskah ku relakan hidupku
Hanya demi cinta yang mungkin bisa membunuhku” (Video pertama)
“Bagaimana mestinya
Membuatmu jatuh hati kepadaku
Tlah ku tuliskan sejuta puisi
Meyakinkanmu membalas cintaku” (Video kedua)
Aku gak mengerti kenapa dia ngirim lagu itu dan akupun gak kefikiran untuk menanyakan kenapa dia ngirim video nyanyi lagu itu. Malam itu ia mengirim pesan kepadaku.
“Sinilah dulu sayang. Biar kita rayakan ulang tahun kak Henny.”
“Yoda ayank rayain dulu aja”
“Ayank ikutlah”
“Mama belum pulang yank”
“Ohhh yodah lah yank”
“Gak enak kalau mama plg tp aku gak di rumah”
“Seep”
“Bagi kuenya yah sayang”
“Gak lah
Enak aja gak ikut serta dapat kue
Gtu lah ayank nya
Ok lah”
“Apa sih sayang
Marah-marah aja”
Kemudian dia tidak membalas lagi.
“Yani laper”
“Ayank”
“Apa yank. Ntar lagi aim kesana yah.” Balasnya.
Beberapa menit kemudian dia datang membawa beberapa potong kue ulang tahun kakaknya dan kami pergi beli burger. Tetapi hanya 1 yang kami beli karena katanya dia sudah kenyang. Setelah selesai makan burger, kami bermain game. Dia tidur di pangkuanku sambil main game di handphone nya. Dia tidak ada berkata apapun. Tidak ada yang berbeda darinya. Dia juga gak ada mengatakan hal yang aneh ataupun menunjukkan tingkah yang aneh. Akupun merasa ngantuk dan dia pun pulang.
Aku mengirim sms padanya.
“Yani bbok yah sayang
Bye sayang
I love you” pesanku
“Iya sayang khu
I love you too sayang” jawabnya
@Ervinadyp Hehehe makasih yahh
Comment on chapter Deskripsi Cerita