Bill dan yang lainnnya tersadar dari lamunannya. Seketika itu juga tempat itu berubah menjadi sangat gelap. Tempat itu berubah menjadi labirin. Lagi.
"Kembali lagi ke tempat ini..huft..." desah Carrol saat tau tempat itu adalah labirin yang sebelumnya mereka kunjungi.
"Cel, bisa kau beri tau kami kemana jalan yang harus kami tempuh selanjutnya," ujar Jay sangat lembut, dan hal itu membuat Cella tertawa terbahak sambil memegangi perutnya yang sakit karena tertawa.
"Kau tertawa?" tanya Jay heran.
"Tentu saja aku tertawa, mengapa ucapanmu menjadi sangat lembut tadi? Jarang sekali kau memperlakukanku seperti itu, haha.." ujar Griscella. memang selama ini Jay tidak pernah santai jika berbicara pada Cella, selalu saja dengan sedikit membentak. Baru kali ini Cella mendengar nada bicara Jay yang sangat lembut.
Menurut Jay, Cella sedang gundah karena kejadian tadi. Jadi dia berusaha untuk tidak membuat Cella makin gundah. Tapi ternyata dugaan Jay salah, Cella malah menertawainya.
"Ck," saat itu juga ketika Cella masih dalam keadaan tertawa Jay menjitak kepala Cella dengan sangat kencang hingga membuat Cella meringis kesakitan.
"Aduh! Sakit!" ujar Cella mengusap kepalanya yang tadi dijitak oleh Jay.
"Makanya jangan cari masalah," ujar Jay sedikit kesal.
Bill tertawa pelan melihat tingkah mereka berdua. ' jadi seperti ini ya, asyiknya memiliki teman dari dunia lain, tertawa bersama, bukan saling menjatuhkan satu sama lain ' batin Bill. Bill tidak pernah merasakan arti teman yang sebenarnya saat di kerajaan, karena menurutnya semua orang saling berlomba-lomba untuk mendapatkan takhta yang lebih tinggi, saling menjatuhkan satu sama lain agar lawannya kalah dalam bersaing. Bill sangat membenci takdir itu.
Kalung Jay bersinar untuk yang ke-3 kalinya, tapi sampai sekarang Jay tidak tau alasan kalung itu bersinar. Membuatnya merasa jengkel akan kalung itu.
"Kenapa kalung ini bersinar terus?" gerutu Jay kesal.
"Karena dia akan segera menemukan pasangannya, dan kekuatannya akan kembali pulih setelah bertemu dengan pasangannya," tutur Bill. Jay menatap Bill dengan tatapan heran. Tak mengerti sekaligus tak peduli dengan perkataan Bill.
"Kau akan mengerti saat kau bertemu Queen Liels nanti,"
Jay hanya menaikkan bahunya acuh. Sungguh, Jay sama sekali tidak peduli dengan hal itu, Jay hanya mempedulikan sesuatu yang menurut dia sangat penting.Tak tahan melihat tingkah Jay yang seperti itu Cella menyikut lengan Jay dengan sedikit keras.
"Tidak boleh seperti itu," bisik Cella di telinga Jay. Jay menoleh kepada Cella dan hanya membalasnya dengan senyuman yang masam. Cella memutar bosan bola matanya.
Hari sudah menunjukan pukul 22.00 malam. Mereka memutuskan untuk beristirahat saat itu juga. Mengambil posisi untuk tidur, karena tidak ada apapun yang bisa untuk dijadikan alas, mereka akhirnya memutuskan untuk tidur dalam posisi duduk dan bersandar ke dinding.
"Tidur di lantai labirin yang sangat dingin dan gelap.." gumam Austine.
Tak ada bintang yang dapat dilihat dari ruangan itu, seberkas cahaya rembulan pun tak menyinari ruangan itu sedikit pun. Merasakan dinginnya malam yang menusuk sampai ke tulang. Terlelap begitu saja ketika rasa kantuk mulai menyerang. Malam pertama bagi mereka untuk tidur di labirin yang kelam nan suram itu. Griscella tak merasakan rasa kantuk sama sekali, dia memilih untuk menjauh dari teman-temannya yang sudah mulai terlelap, Griscella merenungkan hal yeng telah terjadi pada hari ini.
' tak kusangka, ayahku sendiri adalah seorang raja di dunia yang sama sekali tak ku kenal,' gumamnya pada diri sendiri. Dia merasa itu semua tidak adil baginya. Dia tidak habis pikir dengan kedua orang tuanya, mengapa ibunya tidak pernah memberi tahu tentang hal itu kepada Cella?. Sungguh, dia benar-benar merindukan ayahnya, tapi dia merasa jika lelaki tadi itu adalah orang yang sangat asing baginya. Air matanya bertumpah ruah, dia tak bisa menahan tangisnya, tubuhnya bergemetar karena dia benar-benar sudah tidak kuat untuk menahan tangisnya. Hujan turun begitu deras melawan suara tangisan Griscella. Dia tak sabar ingin mengetahui semuanya, tak tahan ingin bicara dan bertanya pada ayahnya. Kesedihan menekan dadanya. Cella ingin sekali bergelung seperti bola di atas kasur, menutup mata, dan tidur. Cella menyayangi ayahnya lebih dari apapun, dia tidak ingin berpisah dengan ayahnya. Tangisannya pun sampai terdengar oleh Jay, Jay menghampiri Cella yang sedang menangis di sela hujan yang deras.
"Cell, kau menangis?" Jay mengambil posisi duduk disampingnya, dan langsung mengelus bahu temannya itu.
"Jay, aku kesal, mengapa ayah tak pernah bilang padaku tentang hal itu? Setidaknya sebelum dia menghilang, dia memberi tahu ibu kemana dia akan pergi. Setahun lamanya aku menunggu kedatangannya, dan aku malah menemuinya di tempat yang sangat asing ini bagiku, aku tidak habis pikir Jay..." suara tangisnya memecah suasana pada malam hari itu. Langit menjadi saksi bisu pada malam itu. Jay mengerti apa yang dirasakan oleh Cella. Jay sudah berteman sejak SMP dengan Cella, dia paham betul dengan sifat Cella. Jay menenggelamkan wajah Cella kedalam pelukannya.
"Jangan menangis, mungkin ayahmu melakukannya untuk kebaikanmu Cell. Aku tau kau sangat merindukannya, tapi kau tidak boleh membuat masalah itu menyakiti dirimu sendiri.." Ujar Jay sangat lembut. Cella melepaskan pelukan Jay menengadahkan wajahnya ke arah Jay.
"Terima kasih Jay," Cella menghapus air matanya dan menarik napas dalam-dalam, menghambuskannya perlahan. Senyum itu merekah begitu indah, membuat Jay tersenyum dalam diamnya.
"Kau ini aneh sekali," ujar Jay tertawa pelan ketika melihat Cella tersenyum.
"Ada apa? Aneh?" Cella menoleh heran ke arah Jay yang sedang menertawainya.
"Ya, kau aneh, baru saja kau menangis, kau langsung bisa tersenyum lepas seperti itu," ungkap Jay menatap Cella. Cella diam sesaat dan mengamati wajah Jay tanpa disadari oleh Jay.
' bertahun-tahun aku menjadi temannya, baru kali ini kusadari Jay tampan sekali,' batin Cella. Jay menyadari hal itu. Itu membuatnya sedikit heran pada Cella.
"Hey! Untuk apa kau menatapku seperti itu?" pertanyaan Jay menyadarkan Cella dari lamunannya. Cella merasa sangat malu karena Jay tahu Cella sedang mengamatinya.
"E.., tidak! Siapa yang menatapmu!" ucap Cella salah tingkah, berusaha untuk menutupinya.
"Kau fikir aku tidak tahu, heh? Hahaha... dari kelakuanmu dan pipimu yang memerah itu membuatku yakin bahwa kau sedang menatapku tadi, iya kan?" Jay tertawa lagi. Dan tiba-tiba dia mendekatkan wajahnya untuk melihat wajah Cella lebih dekat. Nafas Cella tercekat, apa yang dilakukan Jay terhadapnya?.
"Cell, kau suka padaku ya?" Cella spontan langsung mencubit pipi Jay dengan kencang.
"Aw!!sakit!" Jay meringis ksakitan dan mengusap pipinya yang dicubit oleh Cella.
"Rasakan! Makanya jangan berfikir yang macam-macam tentangku bodoh!"