Dihari itu dimana saat masa-masa indah bermain bersama teman senang, sedih, susah kita rasakan bersama. entah mengapa dihari itu saya merasakaan saat-saat dimana saya dan teman-teman akan bertemu kembali. memang pada waktu itu saya masih menginjak kelas 2 SD dan tidak terlalu peduli dengan apa yang ada disekitar, dan orang tua sarankan. yang saya pedulikan waktu itu hanya lah rasa ingin bebas bermain dan ingin merasakan bagaimana bermain diluarsana. setiap hari saya sepulang sekolah tidak bisa bermain selayaknya teman-teman sebaya saya. dikarnakan orang tua saya menyuruh saya pulang. tidak boleh mampir-mampir/berkunjung kesuatu tempat. saya hanya bisa melihat mereka asik bermain dengan melihat jendela teras saya sambil memegang buku pelajaran. yang saya lakukan setiap pulang sekolah belajar, belajar, belajar, belajar, dan belajar. dihari libur pun saya dituntut untuk belajar pagi,siang, dan malam. tapi di saat yang sama saya ingin bebas bermain selayaknya teman-teman saya. adapun nilai jelek dibawah 7 saja saya sudah diomelin habis-habisan terkadang tangan pun ikut main berperan. yang saya bisa lakukan pada saat itu hanyalah pasrah, dan menuruti keinginan orang tua saya. tapi di pada dihari sabtu sekiranya jam 12.30 tahun 2002 cuaca memang agak sedikit mendung, dan sedikit rintik air hujan. teman saya mengajak bermain sehabis pulang sekolah. entah ada firasat buruk apa. saya merasakan ada yang akan terjadi jika saya tidak langsung pulang. cuma rasa ingin bebas bermain itu muncul dan ingin bermain bersama mereka. saya berfikir tidak apa-apa untuk bermain sebentar lagian kan juga hujan saya mana bisa pulang sendiri. teman sekelas semua sudah pada dijemput oleh orang tuanya masing-masing. terkecuali 3 orang tersisa dikelas termasuk saya jadi 4 orang. memang kedua orang tua saya waktu itu tidak bisa menjemput dikarnakan ibu saya sedang sakit, dan ayah saya sedang bekerja. kami ber 4 keasikan bermain hingga kami tidak sadar akan waktu yang kami habiskan bermain dikelas. hujan makin deras, dan semakin deras langit-langit begitu gelap. orang tua kami pun tak kunjung datang untuk menjemput. semakin gelap, semakin gelap hingga tak terasa sudah menjelang jam 05:30. teman saya ada yang panik dan tidak bisa pulang. ada yang menangis. saya pun juga cemas bahwa saya tidak bisa pulang. tidak ada orang dikelas, dikantor gurupun kian sepi. tak terasa waktu sudah 06:00. masih magrib pun tidak ada yang menjemput. sampai ketika penjaga sekolah datang.
Penjaga Sekolah : Kenapa pada belum pulang ini sudah hampir malam?
Eka : Kami tidak bawa payung / jas hujan pak.
Penjaga Sekolah : Orang tua kalian mana? tidak menjemput kalian?
Aditya : Saya sudah menunggu dari tadi belum ada yang menjemput pak.
Penjaga Sekolah : Ya sudah kalian disini saja dulu sampai hujannya berhenti.
Penjaga Sekolah : Lampu saya nyalakan ya, Saya tinggal dulu untuk mengecek ruangan lain.
Penjaga sekolah langsung pergi untuk mengecek ruangan lain. disaat itu saya merasakan ada hal yang mulai janggal. tetapi saya tidak terlalu perduli dikarnakan yang saya perdulikan orang tua saya mana tidak ada yang menjemput. kami mulai merasakan lapar dan dingin yang sangat dingin. hujan semakin deras, gemuruh petir yang menyambar-nyambar, angin yang begitu kencang mengpaskan pintu masuk. air pun mulai meluap ke atas, dan masuk ke kelas. kami ber 4 membuat tumpukan meja menjadi satu. dan mencoba menutup pintu kelas. dikarenakan air sudah meluap ke atas dan angin begitu kencang kami takut mendekati pintu. tak lama hujan pun mulai berhenti. air pun mulai surut dengan perlahan. kami yang kelaparan terpaksa menahan rasa lapar ini. tak lama setelah itu orang tua kami datang untuk menjemput kami. disitu saya dijemput oleh ibu saya. Aditya dijemput oleh ayahnya. Sandi dijemput kakaknya. Irwan dijemput oleh kakeknya. disitu saya tidak berfikir yang macam - macam. yang ada difikiran saya bisa pulang. kami semua keluar dari kelas, dan berpisah. tapi kok saya serasa ada yang aneh dengan semua ini. dimulai lampu semua tidak ada yang menyala kecuali kelas kami tadi. disetiap jalan lampu-lampu jalan dan rumah warga mati semua disertai kabut-kabut tebal. saya pun bertanya kepada ibu saya. kok lampunya pada mati semua bu?. ibu tidak ada respon sama sekali. mungkin masih marah sama saya karena saya tidak langsung pulang tadi. jadi saya sudah pasrah pasti kena omelan dan pukulan karena melanggar. kami menelusuri jalan setapak sambil bergandengan tangan. sesampainya dirumah. kok rasanya ada yang berbeda ya. pagar rumah saya kok pada penyok semua, kaca jendela pada retak, dan pintu rumah sudah mulai mau copot. perasaan tidak enak bercampur khawatir akan kena omelan , dan lapar.
Ibu : Kamu mandi, Makan, Habis itu tidur. dimeja itu ada lilin dan korek pakai sementara itu.
Ibu : Ibu masih mau menunggu ayah disini.
Eka : Tapi saya takut bu.
Ibu : Kamu Kan Laki-Laki. Harus berani sendiri jangan manja.
saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menuruti perintahnya. didalam hati paling dalam saya ada rasa kesal, takut, dan lapar. setelah mandi, makan yang sudah tersedia dalam tudung saji ditemani lilin dan dinginnya malam. dan ibu pun mulai masuk ke dalam. menemani ku tidur hingga saya terlelap.
Bersambung .....
Terimakasih sudah datang untuk membaca ..
cerita hanyalah karangan belaka ..
mohon maaf jika ada salah kata yang kurang berkenan / menyingung ...
sampai jumpa minggu depan.
Trus gimana? Ibunya udah meninggal itu?
Comment on chapter Awal Mula