Siang itu semakin terik, aku dan Rani masih harus dihukum berdiri di lapangan karena terlambat saat upacara. Hingga kini waktu menunjukkan pukul 12.00, ketika seharusnya jam istirahat, kami masih tetap harus berdiri sampai pukul 12.15.
"Kring... kring... kring...." Bel istirahat pun berbunyi.
"Aduh Bella, sampai kapan nih kita berdiri di sini terus, aku malu banget nih," gerutu Rani.
"Sabar dong Ran, bentar lagi nih, 15 menit, hahaha," jawabku diiringi tawa.
"Eh eh eh Bell!" Tiba-tiba Rani berteriak heboh. "Lihat, ada kak Gio," ucap Rani berbisik heboh.
"Waaah.... Dia ganteng banget hari ini Ran. Eh Ran, aku deg-degan nih sumpah," jawabku sambil gemetar.
Aku tidak tahu aku harus kesal dan malu karena dihukum, atau senang ketika melihat Kak Gio berjalan keluar kelas menuju kantin. Kewibawaannya dalam berjalan membuat setiap perempuan jatuh hati ketika melihatnya.
Namaku Bella, baru duduk di kelas 1 SMA dan salah satu pengagum Kak Gio . Siapapun perempuan yang melihat Kak Gio pasti akan terpana karena ketampanannya, dan Kak Gio ini sekarang duduk di bangku kelas 3 SMA.
Dan aku mempunyai teman dekat bernama Rani, dia ini sangat heboh sekali anaknya. Tapi biar bagaimana pun aku sangat menyayanginya.
Akhirnya hukuman telah berakhir, aku dan Rani langsung pergi ke dalam kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasanya.
Ketika bel pulang berbunyi kami cepat-cepat bergegas untuk pulang ke rumah. Karena terlalu semangatnya untuk pulang, aku berlari-lari sendiri tanpa menunggu Rina, ketika aku berlari kencang tiba-tiba aku terjatuh di depan pintu gerbang sekolah.
Gubrak!
Betapa malunya aku saat itu. Dan ternyata di belakangku ada Kak Gio dan ia langsung membantuku untuk bangun.
"Kamu enggak kenapa-kenapa?" tanya Kak Gio.
"Hmm, eng-enggak Kak," jawabku sambil gemetar, walau pun sebenarnya kakiku sangat sakit sekali.
"Ah kamu bohong, ya sudah entar kakak antarkan kamu ke rumah ya, lihat kakimu lecet," ujar Kak Gio.
Entah apa yang kurasa pada saat itu, aku gemetar, gerogi, deg-degan, tapi bahagia juga bisa di antar pulang oleh Kak Gio, aku tidak menyangka, berulang kali aku mencubit lenganku berharap ini hanya sebuah mimpi, ternyata ini nyata.
"Ayo naik ke motor Kakak," ajak Kak Gio. Akupun langsung menaiki motornya.
Di perjalanan kita banyak sekali berbincang-bincang, hal apa pun kita bicarakan pada saat itu. Kukira Kak Gio adalah sosok lelaki yang jutek, ternyata dia sangat baik dan murah senyum. Aku senang sekali, dan aku mulai tidak sabar untuk menceritakan kejadian ini pada Rani.
"Bella, kakak boleh minta nomor handphonemu?" tanya Kak Gio dengan tiba-tiba.
Tanpa berpikir panjang aku pun langsung memberikan nomor handphoneku pada Kak Gio. Dan karena asyiknya berbincang-bincang akhirnya aku telah sampai di rumah.
--
Hari terus berlalu, aku dan Kak Gio selalu melakukan chatting setiap hari. Hal apa saja sering ia ceritakan kepadaku mulai dari keluarga, aktifitas, serta kegemarannya. Namun Kak Gio tidak pernah menceritakan tentang perempuan yang saat ini ia sukai. Aku merasa ada hal yang aneh, rasa kagumku terhadap Kak Gio telah berubah menjadi rasa yang tak biasa.
Apakah ini cinta?
Seringku bertanya pada hatiku sendiri.
Kak Gio selalu memberiku perhatian setiap harinya, tetapi aku tetap harus mengontrol perasaanku agar tidak terlalu banyak berharap.
Pada saat jam istirahat, aku dan Rani menuju kantin, kemudian kami berpapasan dengan Kak Gio.
"Bella," sapa Kak Gio dengan senyuman manisnya.
"Iya Kak Gio," jawabku.
"Nanti pulang bareng kakak ya, kakak mau cerita," ajak Kak Gio.
"Oke kak," jawabku.
Akhirnya kami pun berjanjian untuk pulang bersama. Aku semakin bertanya-tanya dan penasaran hal apa yang akan Kak Gio ceritakan kepadaku.
Sampai waktu pulang itu telah tiba, aku menunggu Kak Gio di depan gerbang sekolah.
"Ayo Bell, naik," ajak Kak Gio.
"Iya Kak" jawabku.
Setelah aku menaiki motor Kak Gio, kemudian aku langsung bertanya tentang sesuatu yang akan dibicarakan Kak Gio tadi.
"Kak, katanya mau cerita? Cerita apa kak? tanyaku.
"Cerita? Hahaha," jawab Kak Gio sambil tertawa.
"Ih kak.... Serius?" tanyaku sambil kesal.
"Hmm jadi gini, sebenernya kakak...." jawab Kak Gio menggantung, membuat penasaran.
"Apa kak?" tanyaku dengan penasaran.
"Sebenarnya kakak lagi suka sama seseorang, teman sekelas kakak, besok dia berulang tahun. Karena kamu perempuan, maka kakak mau tanya kado apa yang biasanya perempuan sukai? Kakak ingin memberinya kado," jawab Kak Gio.
Hatiku hancur ketika mendengarnya, hatiku terasa tergores dan teriris. Aku ingin menangis pada saat itu juga, tapi aku malu. Aku langsung sontak menjawab, "Beri dia boneka saja Kak, perempuan sangat suka boneka," jawabku dengan tegar.
"Boneka? Oke nanti Kakak mau belikan dia boneka," ucap Kak Gio.
Ketika aku telah sampai rumah, tidak terasa air mataku mengalir deras. Aku cemburu, aku sakit, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak tahu maksud Kak Gio selama ini memberikanku perhatian karena apa. Intinya ada sakit yang tidak bisa dijelaskan. Namun aku harus tetap merelakan Kak Gio dengan yang lain. Biarlah cinta ini kusimpan dalam hati dan ku simpan rapat-rapat. Biarlah mengagumi Kak Gio dalam diamku, dan biarkanlah cinta ini tidak pernah terungkap dan tersampaikan untuknya. Karena jika aku mencintai Kak Gio, aku harus merelakan dia bahagia, meski tidak denganku.
.
.
.
Dibuat sepenuh hati oleh Rusni Deden Purdiasih
Msh banyak cowok lain.. smgt👍🏻