Apa arti sesungguhnya dari kata ‘Bahagia’...?
Seorang wanita muda berusaha bangun setelah dia mendengar ketukan keras dari depan pintu rumahnya. Setelah berhasil bangun, dia melihat ke arah pintunya dan mengacak-ngacak rambut karena kesal, lalu dia bangun untuk membuka pintu.
Di depan pintu terlihat wanita lain, berambut sebahu, dan terlihat lebih muda. Nama wanita itu adalah Sarah. Wanita tadi membuka pintu untuk Sarah, dari depan pintu Sarah menatap wanita itu dengan tatapan kecewa dan tanpa berkata apapun langsung masuk ke dalam rumah.
“ada apa datang sepagi ini?”tanya wanita itu
“pagi? ini sudah hampir jam 2 siang. Apa yang kau lakukan sampai bangun setelat ini?”
Tanpa menjawabnya wanita itu masuk ke dalam kamar mandi lalu menutup pintu. Sarah hanya menatap kecewa, lalu mulai mengeluarkan barang-barang yang dibawanya yang kebanyakan berisi makanan, lalu menaruh semua itu satu per satu ke dalam kulkas.
“Mama masuk rumah sakit lagi tadi malam dan di rawat inap di kamar nomor 102, apa kau benar-benar tidak mau melihat keadaanya?”tanya Sarah, tapi tidak ada jawaban.
“Sica?”panggil sarah tapi tetap tidak ada balasan.
“JESSICA”panggilnya lagi dengan nada kesal.
“percayalah padaku, akan lebih baik jika aku tidak datang kesana”jawab Jessica dengan suara yang pelan, tapi masih bisa tertengar oleh Sarah.
“apa kau tahu bahwa selama ini mama sangat mengkhawatirkan keadaanmu?”
“jangan berbohong! Sejak 28 tahun, baru pertama kali kudengar dia mengkhawatirkan ku. Yang dia khawatirkan adalah dirimu, karena kau sering datang kemari. Dia mungkin takut anak kesayangannya akan berubah sepertiku. Jadi jika kau mau melihatnya sembuh berhentilah datang ke sini”
Sarah menarik nafas frustasi. Dia sudah tidak tahu lagi bagaimana cara supaya bisa menyatukan kembali kakak dan ibunya.
7 tahun lalu Jessica dan ibunya bertengkar hebat dan Jessica memutuskan untuk pergi dari rumah. Sejak saat itu Jessica tidak pernah satu kali pun kembali pulang. Sarah sudah sering membujuknya untuk pulang tapi Jessica terus saja menolak. Bukan Jessica saja, Sarah juga membujuk ibunya dengan memberikan alamat apartemen Jessica, tapi sampai sekarang bahkan Sarah tidak pernah mendengar apakah mamanya pernah datang atau tidak. Karena keduanya saling keras kepala sehingga masalah yang terjadi tidak pernah selesai. Tidak ada yang mau meminta maaf ataupun saling memaafkan, membuat hubungan mereka kian lama semakin menjauh dan terus menjauh.
1 tahun lalu kondisi tubuh ibu mereka berdua semakin memburuk dan sering keluar-masuk rumah sakit. Mengetahui kondisi ibunya yang semakin memburuk, Sarah segera memberitahu Jessica, berharap sikapnya dapat sedikit melunak dan bersedia untuk menemui ibunya di rumah sakit, tapi tidak ada yang berubah, Jessica tetap menolak untuk menemui ibunya.
Jessica keluar dari kamar mandi. Dengan santai ia berjalan mengambil air minum. Sarah sudah tidak tahu bagaimana lagi cara supaya dia bisa membujuk kakak satu-satunya ini. Kepalanya menjadi pusing setiap kali berfikir tentang kakak dan ibunya.
Tiba-tiba Sarah teringat sesuatu…
“kalau begitu maukah kau pulang ke rumah”kata Sarah mencoba membujuk Jessica sekali lagi.
“harus berapa kali ku katakan ‘tidak’ supaya kau tidak menanyakannya lagi?”
“bukan begitu. Sampai kembali sembuh, mama harus menginap dirumah sakit. Aku harus pergi kerja dan merawat mama sehingga mungkin aku juga akan jarang pulang. Bisakah setidaknya kau menjaga rumah sampai kami pulang?”
“kenapa aku harus melakukannya?”
“ayolah… siapa lagi yang melakukannya jika bukan dirimu. Setidaknya bantu aku satu kali ini saja, kemudian aku tidak akan meminta apapun lagi darimu”
“tidak akan ada masalah jika rumah kosong satu atau dua bulan”
“tentu ada masalah. Setidaknya ada yang harus bersih-bersih dan mengirami tamanan, benarkan? Bantu aku untuk 1 hal ini saja, aku tidak mungkin bisa pulang karena harus bekerja dan merawat mama.”kata Sarah dengan tatapan memohon.
Jessica terlihat bingung, butuh waktu lama untuknya berfikir sampai akhirnya dia menganggukan kepala pelan, yang membuat Sarah tersenyum senang.
~
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali mobil Jessica sudah ada di depan rumahnya. Dengan membawa barang-barang seperlunya yang dia letakan dalam koper berukuran agak besar, dia masuk ke dalam rumah dengan ragu-ragu. Dia membuka pintu dan melihat sekeliling, Suasana sangat sepi, tidak ada satu orangpun dirumah. Dia ingat bahwa Sarah bilang, ibunya mulai dirawat dirumah sakit sejak 2 hari lalu. Jessica masuk perlahan-lahan lalu duduk di sofa di ruang tamu. Suasana yang dia dirindukannya, tapi Jessica tidak mau mengakuinya. Baimana cara menjelaskannya? Dia merindukannya, tapi tidak ingin merindukannya. Bagi Jessica rumah ini menyimpan banyak kenangan pahit bagi dirinya. Butuh keberanian besar untuk bisa kembali lagi ke tempat ini.
Tidak ingin larut terlalu dalam dengan masa lalunya, Jessica segera meletakan barang bawaannya ke dalam kamar dan bersiap untuk berangkat bekerja.
~
Hari menjelang malam dan Jessica baru saja pulang. Wajahnya terlihat sangat kelelahan. Jam sudah menunjukan waktu hampir tengah malam. Tanpa melakukan apapun Jessica masuk ke dalam kamarnya dan langsung merebahkan tubuh di tempat tidurnya. Karena tadi pagi dia buru-buru, dia tidak sempat merapihkan barang-barang di kopernya dan sekarang semua barang itu tergeletak berantakan di lantai kamar tidurnya. Jessica menutup kedua matanya karena kelelahan, tapi anehnya dia tidak tertidur sama sekali.
Dia mengambil handphone di saku jaketnya dan menyalakaannya, terdapat satu pesan dari Sarah yang menanyakan keadaannya. Jessica tidak membalas pesan itu dan melempar handphone sembarang ke sisi lain tempat tidurnya.
Tidak seperti biasanya, walau lelah Jessica tidak bisa tidur sama sekali. Akhirnya dia pergi ke ruang tamu dan menyalahkan tv untuk membuang waktu, tidak lupa dia pergi ke dapur dan memasak dua bungkus mie instan sekaligus. Walaupun dia sudah makan tadi, tapi untuk beberapa alasan dia menjadi lapar lagi….
~
30 menit berlalu mie yang dia masak sudah habis dan acara tv yang dia lihat pun sudah habis dan berganti ke acara lainnya, tapi Jessica tidak mengantuk sama sekali. Jessica pergi ke kamarnya untuk mengambil handphone dan membalas pesan adiknya dan saat dia mengambil handphonenya dia mendapat pesan baru dan ternyata itu juga dari Sarah, yang mengatakan bahwa keadaan ibunya masih belum mem-baik dan masih belum ada kepastian sampai kapan ibunya akan di rawat.
Jessica duduk lagi di ruang tamu dan membalas pesan Sarah.
‘Aku baik-baik. Tidak perlu mengkhawatirkan hal lainnya dan segera beritahu aku jika kau sudah tahu kapan tepatnya kau pulang sehingga aku punya waktu untuk membereskann barangku’
Setelah membalas pesan itu Jessica melihat ke arah foto keluarga yang tergantung rapih di dinding ruang tamu.
“kenapa kau melakukan hal ini padaku?”tanya Jessica sedih sambil melihat wajah ibunya yang tersenyum indah di foto itu.
Hal inilah yang selalu membuat Jessica takut setiap kali pulang ke rumah, mengingat segala hal menyakitkan yang pernah di alaminya, membuatnya sangat sedih.
Semua kenangan itu bermula saat ayahnya meninggal dunia. Saat itu dia masih di kelas 5 Sd. Di tinggal oleh salah satu dari orangtua di usia yang masih sangat kecil tentu saja memberi luka yang mendalam bagi semua orang, begitu juga dengan Jessica, dia begitu terpukul atas kematian ayahnya.
Setelah kematian Ayahnya, Jessica mulai mengalami perubahan yang besar pada kehidupannya. Kasih sayang dan perhatian yang dulu selalu di berikan, kini sudah tidak ada lagi karena ibu mereka harus bekerja, dan Jessica mulai merasa bahwa kini ibunya tidak menyayanginya lagi.
Semua bermula saat dia lulus sekolah dasar dan menerima piala penghargaan karena nilainya yang tertinggi di angkataannya saat itu. Semua orang tua datang, tapi hanya ibunya yang tidak datang. Jessica mengerti ibunya pasti sibuk di tempat kerja dan berencana untuk memberitahukan nanti malam saat ibunya sudah pulang, tapi setelah menunggu sampai tengah malam Jessica tidak bisa memberitahukannya karena setelah pulang ibunya langsung tertidur. Jessica sangat sedih dan kecewa tapi tetap berusaha mengerti.
Hari demi hari mulai berlalu sejak kejadian itu dan Jessica kian merasa perbedaan yang sangat dratis dari sikap ibunya kepada dirinya. Dia merasa bahwa ibunya lebih menyayangi adiknya dibandingkan dirinya. Jessica mulai merasa bahwa ibunya selalu memberikan yang terbaik untuk adiknya sedangkan tidak baginya. Ada satu kompetisi melukis yang di ikuti Sarah dan dia berhasil memenangkan Juara satu. Ibu mereka datang ke acara itu bersama Jessica dan berfoto dengan senyum yang sangat gembira sedangkan saat Jessica menerima penghargaan sebagai murid terbaik ibunya tidak pernah datang. Ibunya juga selalu meminta Jessica mengalahkan pada sarah mulai dari hal-hal kecil sampai hal besar.
Pertengkaran hebat keduanya pun terjadi saat Sarah masuk kuliah. Jessica mengetahui bahwa ibunya memperbolehkan Sarah masuk ke Jurusan Desain seperti yang Sarah inginkan sedangkan Jessica tidak bisa mengambil jurusan yang dia inginkan. Saat lulus SMA Jessica sangat ingin masuk jurusan Psikolog tapi ibunya tidak memperbolehkannya dan meminta Jessica untuk masuk jurusan Komputer atau jurusan Hukum, dengan alasan itu akan lebih baik untuk masa depan Jessica. Setelah perdebatan panjang akhirnya Jessica mengambil jurusan Hukum yang diinginkan ibunya.
Walau sedih tapi Jessica tetap berusaha untuk mengikuti keinginan ibunya, tapi saat mengetahui bahwa ibunya memperbolehkan Sarah mengambil jurusan yang dia inginkan Jessica menjadi sangat kecewa dan marah. Semua kekesalan yang sudah di simpannya bertahun-tahun tiba-tiba meluap keluar.
“KENAPA MAMA HANYA MELAKUKAN HAL INI PADAKU?”tanya Jessica dengan nada yang sangat kesal sambil melemparkan kertas persetujuan masuk kuliah milik Sarah.
“APA AKU BUKAN ANAKMU? kenapa mama tega sekali melakukan hal ini”
“apa yang kau maksud?”
“apa hanya Sarah yang bisa memilih semua yang dia inginkan? KENAPA HANYA SARAH YANG KAU BERIKAN SEGALANYA?”
“berhenti berteriak dan bertindak kurang ajar di depan orangtua mu”
“orangtua? mama bahkan tidak pernah datang ke wisuda kelulusan. Setiap hari aku selalu belajar dengan keras supaya dapat membanggakanmu tapi setiap kali aku mendapat penghargaan kau tidak pernah datang atau mengucapkan selamat, sedangkan saat Sarah memenangkan satu penghargaan kau akan datang dan berfoto dengan senang seakan-akan dia satu-satunya anak yang bisa membahagiakanmu”kata Jessica mulai mengeluarkan segala perasaan yang dia pendam selama bertahun-tahun.
“Apa tidak cukup aku mengalah padanya selama ini? Aku selalu diam saja saat mama membelikan cat dan kuas baru bagi Sarah, sedangkan aku harus belajar dengan buku latihan bekas saat UN SMP dan SMA ku. Aku meminta mama untuk membelikan aku sepeda karena jarak sekolahku jauh tapi mama tidak memberikannya dengan alasan tidak mempunyai uang sedangkan saat Sarah meminta pergi mengikuti Karya Wisata di sekolahnya, mama mengizinkannya walau biayanya mahal. Kenapa mama melakukan hal ini padaku?”tanya Jessica tapi ibu Jessica hanya diam.
“katakan lah sesuatu dan jawablah aku, kenapa mama tidak pernah membelikan apapun saat ulangtahunku? Kenapa mama selalu memarahiku hanya karena masalah kecil? Dan.....” Jessica terdiam dan mulai menangis.
“apakah mama masih menyayangiku?”tanya Jessica sambil menangis tapi ibunya hanya diam tanpa mencoba menahan atau menghiburnya. Karena sudah tidak tahan lagi Jessica pergi ke kamarnya dan membereskan barang-barangnya. Saat itu juga Jessica pergi meninggalkan rumah itu dan ibunya yang hanya diam tanpa mencoba menghentikannya.
Jessica menghapus air mata yang jatuh di pipinya sangat mengingat semua kenangan itu. Dia membaringkan tubuhnya diatas sofa dan mulai menangis.
~
Perlahan-lahan Jessica mulai tersadar dari tidurnya, tapi betapa terkejut dia saat menyadari bahwa dia bangun di tempat yang sangat aneh. Tempat ini memiliki banyak pintu dan sangat tinggi. Tempat apa ini? Apa yang terjadi dengannya? Jessica benar-benar tidak tahu.
Sambil memberanikan diri, Jessica berjalan menuju salah satu pintu yang sangat dekat dengannya. Dengan hati-hati dia memegang gagang pintu itu dan membukanya dan dia sangat terkejut saat tahu bahwa ternyata pintu itu menuju dapur di rumah ibunya. Dia melihat dirinya yang masih kecil sedang makan bersama ayah, ibu dan juga adiknya. Suasana hangat yang hampir di lupakannya. Semua orang terlihat senang dan gembira. Rasanya sangat menyedihkan saat mengetahui jika kegembiraan ini hanya bertahan sebentar. Jessica pun keluar dan memilih pintu yang lain dan kali ini dia berada di saat ayahnya meninggal dunia. Dia menangis sangat lama saat itu, rasanya sangat menyakitkan baginya melihat hal itu sekali lagi, sehingga Jessica langsung pergi dan memasuki pintu yang lainnya.
Satu per satu pintu dimasuki oleh Jessica. Setiap pintu memiliki kenangan yang berbeda-beda, hampir semua kenangan itu dapat Jessica ingat dengan baik. Jessica melihat dirinya menangis saat dia karena merasa kecewa dengan perbuatan ibunya. Saat melihat lagi semua kejadian ini, Jessica menyadari bahwa hampir setiap hari menangis setelah kepergian ayahnya. Perasaan sedih dan kesepian yang dulu dia rasakan seperti dapat terasa lagi olehnya.
Jessica terus menjelajahi satu demi satu pintu di ruangan itu dan tibalah dia di saat dia bertengkar hebat dengan ibunya. Setelah di lihat lagi, Jessica masih tidak mengerti kenapa saat itu ibunya tidak menjawab pertanyaannya sama sekali?
Jessica terus melihat kejadian itu sampai dirinya yang saat itu pergi dari rumah sambil membanting pintu dan saat pintu tertutup, Jessica melihat ibunya menangis dengan sangat sedih. Jessica belum pernah melihat ibunya manangis seperti ini, ada sedikit rasa penyesalan dalam hatinya tapi rasa kesal pada ibunya belum hilang. Lalu dia pergi ke pintu lainnya dan pintu itu menuju sebuah supermarket besar dan Jessica ingat bahwa itu adalah tempat ibunya bekerja dan di sinilah Jessica melihat semua yang di lakukan ibunya di tempat kerja, semua hal yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Sebelum toko di buka ibunya membantu mendisplay barang-barang di rak. Jessica melihat ibunya mengangkat kardus-kardus yang berukuran agak besar dari gudang dan membawanya. Satu per satu kardus di buka, dan barang-barang di dalamnya satu per satu disusun dengan rapih dan setelah toko di buka, ibunya masih harus berdiri di tempat kasir berjam-jam. Melihat semua perjuangan ibunya, Jessica menjadi sangat sedih dan segera meninggalkan tempat itu. Setelahnya Jessica pergi ke pintu yang lainnya, kali ini terlihat Sarah dan ibunya sedang memasak untuk ulangtahun dirinya. Mereka berdua terlihat begitu senang dan bersemangat.
“ma kenapa kau selalu memasak di hari ulangtahun Sica?”tanya Sarah kecil sambil membantu mengocok adonan kuenya.
“bukankah jika kita memasaknya sendiri akan lebih enak? Jessica pun pasti akan bisa lebih merasakan cinta dan perjuangan kita jika kita memasaknya berdua. Sebenarnya ibu ingin sekali-kali membelikan Sica kue yang enak yang dijual di toko, tapi karena ulangtahunnya tepat saat tengah bulan uangnya selalu saja terpakai untuk keperluar lainnya”kata ibu dengan nada sedih yang membuat Sarah pun menjadi tidak bersemangat.
“hei tidak apa-apa. Karena tidak bisa membelikannya di toko ayo kita berusaha sebaik mungkin supaya kue yang ini lebih enak dan Sica menyukainya.”kata ibunya memberi Sarah semangat dan akhirnya sarah pun tersenyum.
“kalau begitu jika aku sudah besar nanti dan mempunyai banyak uang, aku yang akan membelikan Sica kue ulangtahun. Untuk sekarang cukup dengan ini saja”
Melihat hal itu Jessica menangis dan segera keluar dari pintu. Dia pun menuju pintu yang lain, kali ini terlihat ibu Jessica yang dengan hati-hati membersihkan piala yang dia dapatkan yang di letakan di atas lemari. Setelah membersihkan semua itu, ibu Jessica mengambil baju seragam Jessica dan menstrikanya. Jessica melihat jam yang sudah menunjukan pukul 4 pagi. Padahal ibunya tidak tidur dengan cukup tapi masih sempat untuk menyiapkan baju sekolahnya, melihat itu membuat Jessica menangis sedih. Tidak sampai di situ, ibu Jessica masih harus mencuci pakaian dan memasak sarapan untuk mereka. Saat Jessica melihat ibunya mengusapkan minyak di kakinya sambil sesekali memijatnya, Jessica meresa penyesalan yang begitu besar dalam dirinya.
“Pasti kakinya terasa sangat sakit karena harus berdiri seharian dan juga melakukan banyak pekerjaan rumah tangga lainnya”pikir Jessica.
Tapi yang membuat Jessica semakin sedih adalah ibunya langsung tersenyum ceria saat melihat kedua putri-nya bangun dan langsung meminta mereka untuk sarapan.
Jessica keluar dari pintu itu dengan perasaan yang sangat sedih. Begitu banyak pengorbanan yang ibunya berikan bagi dirinya tapi dia tidak pernah menyadarinya.
Setelah menenangkan diri Jessica pun membuka pintu selanjutnya. Kali ini terlihat Sarah dan ibunya sedang duduk di ruang tamu, wajah mereka terlihat sedih.
“apa yang terjadi?”tanya Sarah pada ibunya.
Terlihat sepertinya Sarah baru pulang dari suatu tempat. Jessica pun mengetahui bahwa ini adalah hari yang sama saat dia memutuskan untuk pergi dari rumah. Saat itu Sarah memang sedang keluar untuk belanja bahan makanan, sepertinya ini adalah saat Sarah sudah kembali.
“kenapa mama membiarkan Jessica pergi?”tanya Sarah yang tidak bisa menahan tangis.
“karena mama pikir bahwa dia akan lebih bahagia di luar sana”
“maksudnya?”
“seperti mama sudah gagal menjadi orangtua yang baik untuk kalian berdua, mama pasti sudah sangat menyakiti perasaannya”kata ibu Jessica
“saat ayah kalian meninggal jujur saja mama tidak memiliki kepercayaan diri untuk merawat kalian berdua. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku bisa menghidupi dua orang anak seorang diri? pertanyaan itu terus bermunculan di kepala mama… tapi saat menatap wajah kalian berdua mama mendapat sebuah keberanian untuk mengambil tanggung jawab besar ini”ibu Jessica berhenti bicara, seperti ada sesuatu yang menahannya, tapi kemudian dia terseyum menatap Sarah.
“mama hanya ingin kalian hidup dengan baik. Mama begitu tegas pada Sica supaya dia tahu perannya sebagai kakak di rumah ini, jika mama tidak ada maka dia adalah satu-satunya yang bisa mama andalkan untuk bisa merawatmu. Mama merasa begitu sedih dan bersalah karena tidak bisa datang pada saat dia wisuda…”tiba-tiba ibu Jessica terdiam menahan tangis
“mama juga merasa bersalah karena tidak bisa memberikannya barang-barang yang dia inginkan. Jujur saja siapa orangtua yang tidak ingin memberikan yang terbaik pada anak-anaknya? tapi saat dana tidak mencukupi maka yang prioritas yang harus di dahulukan. Saat itu kau ada pelatihan di sekolan dan kakak mu meminta sebuah sepeda. Pelatihan mu saat itu sangat penting supaya kau bisa belajar tentang dunia kerja, pelatihan seperti itu tidak akan datang 2 kali sedangkan sepeda? kau bisa membelikannya lain waktu dan sebelum itu kakak mu bisa naik angkutan umum dulu. Itu yang dulu aku pikirkan tapi ternyata pemikiranku saat itu malah membuat Jessica merasa tidak disayangi.”
“mama bangga pada kalian berdua karena bisa unggul di bidang-bidang tertentu. Kau di bidang menggambar dan kakak mu di bidang pelajaran. Mama sangat sedih karena tidak pernah punya kesempatan untuk hadir di wisuda kalian terutama kakakmu. Siapa yang tidak ingin di foto dengan anaknya di acara kelulusan apalagi dengan membawa piala juara 1? Tapi karena pekerjaaanku, aku tidak pernah bisa datang. Jika aku tidak bekerja kita juga tidak bisa makan, pilihan yang sangat berat dan lagi-lagi mama harus memilih mana yang paling penting dan saat memiliki kesempatan untuk datang ke salah satu kompitisi yang diikuti anak ku, aku sangat sanang. Mama ingin hal itu menjadi kenangan yang tidak akan pernah kita lupakan karena itu mama mengajak kalian untuk berfoto bersama, tanpa mama sadari hal itu malah menyakiti anak mama yang lainnya.”
Mendengar hal itu Jessica terus menangis, untuk pertama kali dia mendengar semua hal yang ibunya rasakan selama ini. Kini satu demi satu pertanyaan yang mengganggunya telah terjawab.
“menyadari sulitnya hidup ini, mama ingin kalian hidup lebih baik dari mama. Kakak mu sangat pintar sehingga mama kira dia akan sangat cocok menjadi seorang mengacara atau bekerja di perusahaan besar, sedangkan kau pintar menggambar sejak kecil mungkin kau berbakat menjadi desainer atau arsitek karena itu aku menyaran pada kalian untuk mengambil jurusan itu, tapi lagi-lagi hal itu malah membuat salah satu anak ku sakit hati…. Mungkin seharusnya aku biarkan Sica mengambil jurusan psikolog saat itu, jika memang hal itu bisa membuat dia bahagia”
Ibu Jessica mencoba untuk terus tersenyum saat menceritakan semua hal itu, sedangkan Sarah tidak bisa menahan air matanya saat mendengar semua hal yang di rasakan ibunya selama ini… dan Jessica? Jessica merasa sangat bersalah dan menyesal, sehingga tidak bisa melakukan apapun dan hanya berdiri diam. Dia sudah tidak tahu berapa banyak luka yang selama ini dia berikan pada ibunya dan bagaimana cara meminta maaf atas segala kesalahaannya.
“aku minta maaf ma, selama ini aku tidak mengetahui semua itu”kata Sarah, tapi ibunya mengeleng seakan mengatakan bahwa tidak ada yang harus disalahkan.
“Harapan setiap orangtua adalah melihat setiap anaknya bahagia. Saat mendengar perkataan Jessica, mama menyadari betapa tertekannya dia selama berada di rumah ini, karena itu mama membiarkannya pergi. Jika dia merasa bisa mencari kebahagiannya sendiri di luar sana, mama tidak ingin menghalanginya. Hanya melihat kalian tumbuh dengan bahagia, mama sudah senang walau artinya kita tidak tinggal lagi di rumah yang sama”
Jessica berjalan keluar, kakinya terasa lemah dan akhirnya dia jatuh terduduk. Setelah mendengar semua hal itu, dia merasa telah menjadi orang yang sangat jahat. Selama ini dia selalu saja memikirkan tentang dirinya sendiri, kebahagiaannya, penderitaannya dan juga kesenangan sendiri. Dia tidak percaya keegoisannya selama ini telah merubahnya menjadi orang jahat. Tanpa mengetahui kejadian yang sebenarnya dan tanpa mengetahui perasaan orangtuanya, dia selalu menuntut dan menuntut supaya keinginannya terpenuhi. Jika saja saat itu dia bisa mencoba mengerti dan melihat segalanya dengan lebih baik lagi, hal seperti ini tidak akan terjadi.
Tatapan Jessica tertuju pada satu pintu yang berada di pojong ruangan. Itu adalah satu-satunya pintu yang belum Jessica masukki. Tiba-tiba Jessica merasa takut, entah apa yang ada di balik pintu itu? Tapi dengan mengumpulkan segala keberaniannya, Jessica berjalan kearah pintu itu dan membukanya dan tibalah di masa saat dia sedang berulang tahun yang ke 8 tahun. Saat itu keluarganya membuat pesta kecil untuk merayakaannya. Jessica kecil sangat senang saat ayahnya memberikan sebuah hadian kecil. Dengan cepat kertas pembungkus itu dibuka supaya dapat segera melihat apa yang ayahnya berikan. Ayah Jessica memberikan buku tulis Diary dengan gambar matahari terbenam di bagian depannya. Ayah Jessica ingin supaya Jessica menulis semua perasaan setiap hari di buku itu, mulai dari hal menyenangkan ataupun menyedihkan. Sehinggga saat besar nanti Jessica masih bisa mengenang semua yang dia rasakan dan alami saat kecil dulu…
Jessica ingat setelah hari itu hampir setiap hari dia menulis di buku harian itu. Buku itu menjadi salah satu barang yang penting baginya. Jessica tersenyum karena bisa melihat masa-masa bahagia itu lagi. Jessica pun berniat untuk pergi, diraihnya gagang pintu itu, namun sebelum pintu berhasil dibuka, dia merasa sakit yang teramat sangat di kepalanya dan dia pun terjatuh….
~
Jam weker berbunyi dengan nyaring saat Jessica terbangun dari tidurnya. Dia bangun dan langsung melihat sekeliling, ternyata tadi malam dia tertidur di ruang tamu. Tv masih menyala dan dia juga belum merapihkan mangkok tempat makannya.
“mimpi apa itu?”kata Jessica sambil memegang wajahnya mencoba menyadarkan diri, tapi dia menyadari sesuatu saat tangan menyentuh air di sekitar matanya… Dia menangis.
Mimpi itu terasa sangat nyata, bahkan sakitnya masih bisa Jessica rasakan sampai saat ini setelah dia bangun. Jessica mulai menangis, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang? Apakah masih ada kesempatan bagi dirinya untuk memperbaiki kesalahaannya? Apakah ibunya masih bisa memaafkannya setelah semua yang telah Jessica lakukan? Rasa takut, rasa bersalah, dan rasa penyesalan bercampur menjadi satu, membuat Jessica bingung tentang apa yang akan dia lakukan sekarang?
Seketika Jessica mengangkat kepalanya, dia ingat tentang buku harian yang diberikan ayahnya dulu. Buru-buru Jessica pergi ke kamarnya dan mencari buku itu. Sejak ayahnya meninggal dia jadi jarang menulis di buku itu dan kian lama kebiasaan menulis di buku itu hilang begitu saja. Entah kapan terakhir kali dia melihat buku itu. Walau tidak tahu pasti dimana, Jessica tetap mencarinya dengan gigih. Di bawah tempat tidur, di bawah rak, di antara buku-buku lama, Jessica terus mencarinya.
Jessica mulai membuka tempat buku yang terbuat dari kayu. Dia membuka bagian bawah lemari itu dan menemukan sebuah kotak di dalamnya dan benar saja buku itu ada di dalam kotak itu bersama benda-benda lain yang dulu pernah Jessica miliki.
Jessica tersenyum setelah menemukan buku itu, dia segera duduk di tempat tidurnya dan membuka buku itu. Halaman pertama buku itu ditulis sangat malam hari ulangtahun yang ke-8, semua menunjukan betapa bahagia dia saat itu. Jessica membuka lagi halaman demi halaman mencoba kembali lagi mengingat perasaan yang pernah di rasakan saat itu. Hampir semua buku ini bercerita tentang keluarganya. Saat pertama kali berlibur bersama, saat ibunya mengajarinya membuat kue, saat ulangtahun Sarah. Membaca semua hal itu satu per satu membuatnya sadar betapa berharganya semua kenangan itu dan betapa beruntungnya dia dapat merasakan semua itu.
Jessica membalik lagi halaman di buku itu dan kali ini halamannya tidak mempunyai tanggal di bagian atas tulisannya seperti yang lainnya, tapi yang tertulis adalah Untuk Jessica, ini adalah surat yang dia tulis untuk dirinya sendiri.
Untuk Jessica
Rasanya aneh saat menulis surat untuk diri sendiri, tapi juga sangat menyenangkan. Apa kabarmu? Ku harap kau baik-baik saja J. Berapa umur mu saat ini? Apa yang sedang kau kerjakan? Apa kau sudah mempunyaii pacar atau bahkan suami? Begitu banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan padamu. Bagaimana kabar mama, papa dan Sarah? Apa kau masih bersama mereka sampai saat ini?
Ku harap kau mendapatkan semua hal yang terbaik dalam hidupnya. Alasan kenapa aku menulis surat ini adalah karena aku ingin minta tolong padamu. Aku sangat menyayangi keluargaku saat ini, banyak hal yang ingin aku lakukan untuk mereka, tapi saat ini aku hanya anak berumur 10 tahun dan tidak banyak hal yang bisa anak 10 tahun lakukan. Aku ingin membelikan sesuatu untuk mama dan papa karena selama ini selalu saja mereka yang membelikanku sesuatu, aku juga ingin mengajak mama jalan-jalan dan makan bersama, aku juga ingin berlibur ke suatu tempat yang indah bersama mereka suatu saat nanti. Apa kau bisa melakukan semua hal itu untukku? Aku juga akan berusaha dari sekarang, aku akan belajar dengan giat supaya kau bisa mendapat pekerjaan bagus dan gaji yang besar sehingga bisa mengabulkan harapanku…
Aku sangat bahagia memiliki mereka sebagai keluargaku, aku sangat menyayangi mereka. Tolong pastikan bahwa kau bisa membuat mereka bahagia yah, karena jika mereka bahagia aku pun juga ikut bahagia. Itulah impianku saat ini untuk bisa membuat keluarganya bahagia.
Terus berjuang dan bersemangat…
Jangan mudah menyerah Jessica, kau pasti bisa….
Jessica tersenyum setelah membaca bagian akhir surat itu, walau tersenyum tapi air matanya tidak berhenti jatuh. Kenapa dia bisa melupakan semua ini? Jika saja dia mengingatnya lebih cepat mungkin dia tidak akan merasa penyesalan seperti ini. Meskipunn begitu Jessica bersyukur dia punya kesempatan untuk mengetahui semua ini, karena setelah mengetahui semuanya, dia jadi mengetahui apa yang harus dia lakukan sekarang.
Jessica mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang.
“Halo, selamat pagi pa”kata Jessica saat teleponnya diangkat.
“aku minta maaf, bisakah aku minta izin hari ini. Iya sepertinya aku kurang enak badan dan tidak bisa masuk kerja. iya pa… iya, baik terimakasih”
Jessica menutup telepon dan langsung bersiap-siap pergi keluar, dia ingin menemui ibunya. Rasa bersalah ini tidak akan hilang jika dia hanya menangis, dia harus mengakuinya, dia harus meminta maaf atas kesalahan. Walau takut dan tidak tahu apa yang terjadi nanti, tapi Jessica tetap akan meminta maaf.
~
Jessica sampai di rumah sakit tempat ibunya dirawat. Dia bergegas pergi ke kamar ibunya. Sarah sudah pernah mengatakan padanya nomor kamar itu dan untunglah dia masih mengingatnya. Dengan perlahan-lahan Jessica berjalan dan mencari nomor kamar yang tepat, lalu sampailah dia di kamar nomor 102, tempat ibunya di rawat. Jantungnya berdetak dengan keras saat tangannya menggengam gagang pintu kamar itu. Pikiran kosong, entahlah apa dia bisa meminta maaf dengan benar nanti jika dia terus gugup dan takut seperti ini?
Jessica menggumpulkan segala keberaniannya dan membuka pintu. Di balik pintu itu, ada seorang wanita tua yang sedang duduk di atas tempat tidur sambil membaca buku. Melihat keadaan ibunya Jessica tidak bisa menahan air matanya. Tidak butuh waktu lama bagi ibunya untuk menyadari kehadiran Jessica.
Tidak seperti yang Jessica bayangkan bahwa ibunya akan menolak menemuinya, ibu Jessica malah tersenyum saat melihat anaknya itu datang menemuinya. Senyum yang sama yang selalu di lihat Jessica setiap pagi hari, senyum yang sama yang menghiburnya saat sedih dan senyum yang sama yang menemani di hari-hari beratnya.
Ibu Jessica memberikan isyarat supaya Jessica masuk. Jessica masuk sambil menangis dan tanpa mengatakan apapun ibunya langsung memeluknya dengan erat. Jessica tidak bisa mengatakan apapun, dia hanya bisa menangis menyadari banyaknya kesalahan yang dia lakukan.
Di depan pintu Sarah melihat kakak dan mamanya sambil tersenyum senang. Sudah berapa tahun dia mengharapkan hal ini, akhirnya sekaranng impian telah menjadi kenyataan. Akhirnya dia berhasil menyatukan kembali kakak dan ibunya.
Mulai saat ini mereka pun berjanji pada diri mereka masing-masing, akan kembali menjadi keluarga kecil yang bahagia. Tidak ada keraguaan lagi, tidak ada penyesalan lagi, kali ini yang ada hanya tawa dan kebahagiaan.
Bukankah setiap orang boleh bermimpi tentang apa pun? Harapanku adalah keluarga kecilku dapat menikmati hidup yang sempurna. Bukan tanpa alasan, semua ini kuharapkan karena aku sangat menyayangi mereka bahkan melebihi terhadap diriku sendiri.