Setelah Ayah pergi, Pak Tono memberiku sebuah kotak kayu berlapiskan kain batik berwarna biru dengan motif mega mendung tanpa berkata sepatah katapun. “Ini apa Pak?” tanyaku penasaran. Pak Tono tersenyum dan memberikan tatapan simpati seraya menjawab, ”Kotak itu adalah amanat dari Ibu untuk Non Anna, Ibu menitipkannya ke saya sewaktu Ibu sakit. Kata Ibu, saya harus menyerahkannya ke Nona saat peringatan satu tahun kepergian Ibu. ” Setelah mendengar penjelasan Pak Tono, hatiku perih seakan ada ribuan jarum yang menusuknya, bibirku terkatup rapat dan bergetar hebat, mataku terasa panas dan tak lama ada air yang mengalir di pipiku, hidungku terasa panas dan berair. Aku menangis kencang.
Ibuuu..... Ibuuu..............................
Aku merasa sangat emosional saat menggenggam kotak itu. Aku ingin membukanya, namun aku merasa tak sanggup. Selama beberapa saat yang tidak aku sadari, aku hanya menangis seraya menatap makam Ibu dan mengusap lembut kotak itu. Hingga seseorang datang dan mengangkat tubuhku dari tanah.