Setiap pagi, mereka selalu melakukan ritual. Siangnya, anak Pandirata selalu bermain tanpa henti. Sadina yang mampu meramalkan kejadian yang akan datang pun merasakan ada pertanda buruk yang melanda ayahnya, Pandirata, dan Ibunya, Mindra. Dia pun langsung pergi menemui Ibu Kisandra untuk memberitahukannya. Setelah memberitahukannya, wadah bunga yang dibawa Ibu Kisandra pun jatuh karena syok dan akhirnya dia langsung menemui Pandirata.
Ternyata Pandirata terkujur kaku di tanah setelah membawa wadah berisi bunga. Kutukan yang dialami Pandirata pun sudah terbalaskan dan tubuh Pandirata pun segera di lakukan ritual pembakaran jenazah. Kisandra dan Mindra pun merasa sedih karena sudah ditinggal suaminya. Akhirnya Mindra melakukan bunuh diri menyusul Pandirata.
Ibu Ratu, Rani, dan Perdana Mentri Wasuna pergi ke hutan tempat tinggal Pandirata untuk membawa Pandirata dan keluarganya untuk kembali tapi dia tidak tahu bahwa Pandirata meninggal. Setelah tiba, rumah Pandirata dikerumuni oleh orang-orang. Ibu Ratu Rani penasaran dan dia pun menghampirinya. Ternyata Ibu Ratu melihat tubuh Pandirata yang pucat, Ibu Ratu Rani pun kaget dan pingsan melihat jasad Pandirata.
Setelah pembakaran jenazah, Mereka membuang abu orang tuanya ke sungai Gindra. Pundhistira, Bimadara dan Arnaka membuang abu Pandirata sedangkan Nismara dan Sadina membuang abu Mindra. Mereka membuangnya dengan penuh rasa sedih karena sudah ditinggal kedua orang tuanya.
Sebelum kembali ke kerajaan, Ibu Ratu masih meratapi anak Pandirata.
" Wasuna, aku ingin bicara denganmu." Kata Ibu Ratu Rani.
" Iya, Ibu Ratu." Jawab Wasuna.
" Aku ingin kau membawa anak Pandirata dan Kisandra ke Kerajaan Ataram sedangkan aku akan mengasingankan diri ke hutan."
" Baiklah, Ibu Ratu." Akhirnya Perdana mentri Wasuna membawa Kisandra dan Anak Pandirata ke Kerajaan Ataram dengan menaiki kereta.