Sudah 2 tahun berlalu, Kerajaan Ataram masih dipimpin oleh Raja Darashtra. Tapi tahun ini Kerajaan Ataram dipenuhi keajaiban yaitu Ratu Gauri hamil 3 bulan. Kabar itu tersebar luas di seluruh benua. Pandirata senang mendengar kabar itu tapi Pandirata sedih karena Pandirata ditimpa kutukan. Pandirata bermimpi mempunyai anak berjumlah 5 tapi mimpi itu tidak dapat terwujud karena kutukan. Kisandra prihatin melihat wajah Pandirata yang penuh dengan penyesalan.
" Suamiku, Ada apa denganmu? Apa kau resah? Ceritalah kepadaku mungkin aku bisa menolongmu." Tanya Kisandra.
" Kisandra, aku bermimpi mempunyai keturunan yang gagah berani tapi mimpi itu tidak dapat aku wujudkan."
" Suamiku, sebenarnya aku punya anugerah yang di berikan oleh Pendeta Gansa karena aku telah menolongnya."
" Anugerah apa itu, Kisandra?"
" Aku dianugerahi sebuah mantra yang dapat memanggil Dewa untuk meminta keturunan."
Dulu saat Kisandra muda,
anugerah yang diberikan oleh Pendeta Gansa karena dia membantunya menjadi pengikut setianya selama 3 bulan. Saat melakukan ritual, dia mencoba membaca mantra itu dan muncul Dewa Surya. Dia sangat senang karena sudah menjawab doanya tapi kedatangan Dewa Surya bukan untuk itu.
" Kisandra, aku datang karena kau sudah membacakan mantra itu."
" Tapi dewa, aku membacakan mantra itu karena untuk mencoba apakah berhasil atau tidak."
" Mantra itu bukan untuk dimain-mainkan. Tujuanku kesini untuk memberimu sebuah anak dari keturunanku."
" Tunggu, bagaimana kalau aku ditertawakan karena membawa sebuah bayi? Dan aku takut kehormatan ayahku akan hancur."
" Aku akan membantumu setelah aku memberikanmu sebuah bayi." Tangan Dewa Surya itu pun mengeluarkan api dan api itu berubah menjadi bayi. " Kisandra, jika kau menerima bayi, kau bisa merawatnya. Tapi jika kau tidak menerima, aku sarankan untuk menghanyutkan bayi itu ke sungai Gindra."
" Tapi bagaimana jika bayi ini tidak selamat?" Tanya Kisandra.
" Aku akan memberikannya sebuah perisai dan anting-anting. Dan satu lagi, aku akan memberinya nama yaitu Kara." Dewa Surya pun menghilang. Kisandra pun langsung melaksanakan perintah dari Dewa Surya.
Kisandra sangat menyayangi Kara tapi dia takut untuk memberitahukan kepada ayahnya. Kisandra pun tidak memberitahukan kepada Pandirata tentang Kara jadi dia merahasiakannya.
Pandirata senang mendengar cerita tentang anugerah itu dari Kisandra dan segera meminta putra. Mereka segera membuat persembahan untuk dewa-dewa untuk memperlengkap mantra itu. Pandirata meminta kepada Kisandra untuk memanggil Dewa Dharma karena kelak anaknya yang pertama menjadi raja yang adil. Kisandra mengucapkan mantra dan tiba-tiba Dewa Dharma muncul dihadapan mereka. Dewa Dharma pun mengambil tanah di dekat
Pandirata dan tanah itu berubah menjadi seorang bayi yang bernama Pundhistira.
Pandirata meminta kedua kalinya untuk memanggil Dewa Bayu karena kelak anaknya yang kedua menjadi kesatria yang gagah berani. Kisandra mengucapkan mantra dan tiba-tiba Dewa Bayu muncul dihadapan mereka. Dewa Bayu mengambil sebuah batu di dekat Kisandra dan batu itu berubah menjadi seorang bayi yang cukup besar dibanding bayi sebelumnya yang bernama Bimadara.
Pandirata meminta ketiga kalinya untuk memanggil Dewa Indra karena kelak anaknya yang ketiga menjadi kesatria yang tampan dan terkenal di seluruh dunia. Kisandra mengucapkan mantra dan tiba-tiba Dewa Indra muncul dihadapan mereka. Dewa Indra mengambil bunga di kepala Kisandra dan bunga itu berubah menjadi seorang bayi yang begitu lucu yang bernama Arnaka.
Pandirata meminta keempat dan kelima untuk memanggil Dewa Aswin yang berwujud kembar karena Pandirata ingin mempunyai anak kembar. Kisandra mengucapkan mantra dan tiba-tiba Dewa Aswin muncul dihadapan mereka. Dewa Aswin mengambil air dan daun, air dan daun itu berubah menjadi bayi kembar yang bernama Nismara dan Sadina. Tapi kedua bayi itu diberikan kepada Mindra agar mereka berdua adil.
Pandirata berterima kasih kepada Dewa-dewa dan Kisandra karena mimpinya telah terwujud.