Berhari-hari Ratu Kisandra menunggu kedatangan Raja Pandirata dari pertempuran. Pagi harinya, Ratu Kisandra mendapat kabar dari medan pertempuran bahwa Raja Pandirata menang dalam pertempuran tetapi Raja Pandirata mendapat imbalan dari Kerajaan Dipwa yaitu menikahi putri dari Kerajaan Dipwa, Putri Mindra. Ratu Kisandra kaget mendengar kabar tersebut tetapi Ratu Kisandra memendam rasa yang dialami saat ini. Putri Gauri, istri Pangeran Darashtra, mengetahui perasaan yang dialami oleh Ratu Kisandra.
" Ratu Kisandra, engkau tidak apa-apa?" Tanya Putri Gauri.
" Entahlah, kakak ipar, hatiku terasa gunda semenjak Raja Pandirata membawa Putri Mindra. Apa yang terjadi kepadaku? Apakah tuan putri bisa menceritakan ada apa denganku?"
" Ratu Kisandra, engkau hanya mengalami rasa iri engkau harus....." perkataan Putri Gauri pun beriringan datangnya Raja Pandirata beserta Putri Mindra atau Ratu Mindra.
Mereka disambut hangat oleh Ratu Kisandra dan Putri Gauri.
" Kakak ipar, tolong tinggalkan kami. Kami ingin berbicara sebentar."
" Baik Tuanku." Jawab Putri Gauri.
Mereka saling berbincang-bincang dan menceritakan pertempuran yang dilakukan oleh Raja Pandirata. Di setiap perbincangan, Ratu Mindra yang selalu memotong pembicaraan Ratu Kisandra karena watak Ratu Mindra sangatlah sombong.
" Tuanku, aku ingin ke hutan untuk menghirup udara hutan kerajaan Ataram." Ujar Ratu Mindra.
Raja Pandirata menyetujui perkataan Ratu Mindra dan menyuruh pelayannya untuk menyiapkan kuda. Mereka sangat menikmati kesegaran udara beserta keindahan hutan Kerajaan Ataram. Selagi mereka menikmati, tiba-tiba ada Rusa jantan didepan mereka. Rusa jantan itu begitu cantik dan besar dan membuat Ratu Mindra menyukainya.
" Tuanku Raja Pandirata, aku ingin kulit Rusa itu karena kulitnya begitu indah dan aku ingin meletakannya di kamarku."
" Tapi Ratu Mindra kita tidak boleh memburu hewan, itu tidak baik." Ujar Ratu Kisandra.
" Aku sangat menginginkannya. Tuanku, apakah kau tidak menuruti istri tercintamu ini?" dengan nada meminta.
" Baiklah aku akan menurutinya." Jawab Raja Pandirata.
Raja Pandirata pun mengambil busur dan panahnya dan bergegas untuk memburu Rusa itu. Raja mencoba untuk membidik sasarannya tapi meleset. Raja mencoba lagi tapi Rusa jantan itu ditemani oleh Rusa betina. Segera, Raja Pandirata menembak Rusa betina itu dan dalam sekejab Rusa itu mati dan berubah menjadi seorang wanita. Rusa jantan itu berubah menjadi seorang pendeta. Pendeta itu menangis karena istri meninggal.
Raja Pandirata heran dan kaget melihat yang sebelumnya berwujud Rusa itu menjadi seorang manusia. Raja Pandirata menghampiri pendeta itu dan meminta maaf.
" Hanya meminta maaf pun tak cukup. Aku akan mengutukmu, kau tidak akan punya keturunan lagi hingga kau mati."
Raja Pandirata menyesal atas perbuatannya dan dia pun kembali ke kerajaannya dan memberitahu kepada semua keluarga raja. Keluarga Raja Pandirata kaget mendengar itu dan Raja Pandirata memutuskan untuk turun tahta dan menggantikannya oleh kakaknya yaitu Pangeran Darashtra.
Pandirata, Kisandra dan Mindra memutuskan untuk mengasingkan diri di hutan. Walaupun Darashtra alias Raja Darashtra tidak memenuhi syarat memutuskan untuk menjadi Raja sementara sampai Adiknya, Pandirata pulang dari pengasingannya.