Beberapa hari kemudian, Kandini tiba di sebuah desa yang bernama Desa Digdaya. Kandini datang ke desa itu untuk beristirahat tapi desa itu nampak sepi. Kandini mencoba mengetuk salah satu rumah itu tapi tidak ada seseorang di dalamnya. Dia mencoba kedua kalinya dan muncul seorang kakek. Kakek itu hanya hidup dengan istrinya.
" Kakek, kenapa desa ini begitu sepi?" Tanya Kandini.
" Ini karena perbuatan pemimpin kami Raksasa Digdaya. Desa kami sangat subur setelah dipimpin oleh raksasa itu tapi semakin lama Raksasa Digdaya semakin angkuh. Dia pun menambah pajak di desa ini hanya untuk kepuasaannya. 3 bulan kemudian, desa kami dilanda kemarau panjang. Sawah kami kekeringan, ikan di sungai kami mulai mati jadi kami tidak berbuat apa-apa sampai kemarau panjang ini selesai." Kakek itu menceritakan panjang lebar.
" Tapi kakek, kenapa para penduduk tidak ingin mengusir raksasa itu?"
" Karena raksasa itu mengancam kalau kami mengusir mereka, maka raksasa digdaya akan menghancurkan desa kami dan memakan kami."
Kandini meminta untuk beristirahat 1 malam kepada kakek itu dan dia menyetujuinya. Malamnya, dia tidak bisa tidur karena dia masih mengingat cerita kakek itu. Dia pun keluar dan melihat bulan dan bintang di langit.
Dewa Bulan...Dewi Bintang... aku ingin menyelamatkan desa ini tapi bagaiamana caranya. Tolong aku Dewa Bulan...Dewi Bintang... sambil memandangi bulan dan bintang.
Tiba-tiba cahaya datang ternyata itu adalah Dewa Bulan.
" Dewa Bulan, kau datang."
" Aku tahu masalahmu, Kandini. Aku punya solusi untuk menyelesaikan masalahmu."
" Apa itu, Dewa Bulan?" Tanya Kandini.
" Kau harus menantang Raksasa Digdaya untuk bertarung dan masalah kemarau panjang, aku akan mengurusnya."
" Tapi Dewa Bulan, aku tidak bisa bertarung."
" Apa kau lupa? Ayahmu, Moktar, pernah mengajarkanmu bertarung dengan pedang dan panah. Tapi jika Raksasa Digdaya kuat dan kau tidak bisa mengalahkanmu, Dewi Bintang akan membantumu."
" Baiklah, Dewa Bulan. Aku akan mencobanya." Jawab Kandini dengan rasa ragu-ragu.
Haduh... bagaimana ini? latihan itu sudah lama tidak aku pelajari lagi.
Keesokan harinya, Kandini bertanya kepada Kakek itu tentang letak tempat tinggal Raksasa Digdaya dan letak raksasa itu berada di Goa Handara. Kandini pun pergi ke Goa Handara. Disana Raksasa Digdaya sedang menikmati hartanya.
" Wahai, Raksasa Digdaya! Aku ingin berbicara denganmu." Raksasa itu menoleh kearah Kandini.
" Ada apa kau kemari, wahai gadis cantik?" Tanya Raksasa Digdaya.
" Aku kesini untuk menantangmu!" Kandini berbicara dengan lantang.
" Menantangku? Hahaha..... sebelum memulainya, aku pun sudah melindasmu hahaha...." Tawa Raksasa Digdaya. Kandini pun marah dengan perkataan Raksasa Digdaya, lalu dia pun mengambil panah dan busur pemberian Dewi Bintang dan langsung menembakan pada Raksasa Digdaya tepat pada matanya.
" AHH....!!!" Raksasa itu kesakitan. " Bisa-bisa nya kau menembakan panahmu ke mataku, AH... AKU AKAN MEMBUNUHMU!!" Panah yang ada dimatanya pun dicabut olehnya.
Pertarungan dimulai, Raksasa itu mengambil pedangnya dan mulai bertarung dengan Kandini. Raksasa itu sangat cekatan, Kandini pun terkena pedang raksasa itu. Kandini mulai lengah, dia tidak punya kesempatan lagi. Dia pun memanggil Dewi Bintang untuk meminta bantuannya. Tubuh Dewi Bintang pun masuk ke dalam tubuh Kandini. Kandini yang dikendalikan Dewi Bintang pun mulai bertarung dengan Raksasa.
Sasaran Kandini adalah menusuk jantung Raksasa Digdaya. Dia mencoba menyerang sasaran itu tapi tidak bisa. Dan akhirnya dia berhasil, Raksasa itu mati dan tergeletak di tanah. Dewa Bintang yang ada tubuh Kandini pun keluar. Tiba-tiba tubuh raksasa itu berubah menjadi pria tampan.
" Terima kasih kau sudah menolongku." Kata Pria tampan itu.
" Menolong apa?" Tanya Kandini dengan sedikit kebingungan.
" Sebenarnya aku dikutuk karena sudah berbuat angkuh kepada pendeta. Karena kau sudah menolongku aku akan setia menjadi pendampingmu tapi aku tidak ingin menjadi manusia karena aku takut keangkuhanku kembali lagi."
" Itu masalah mudah. Aku akan merubahmu menjadi kera dan selalu bersama Kandini kapan pun dan dimana pun. Saat kau bicara, hanya Kandini yang tahu." Kata Dewi Bintang. Pria tampan itu pun berubah menjadi kera lucu. " Kau beri nama siapa, Kandini?" Dewi Bintang melanjutkan bicaranya.
" Karena dia pria yang berubah menjadi kera lincah dan lucu, aku akan beri nama dia Katif." Dewi Bintang tersenyum dan dia pun menghilang.
Kandini dan Katif itu pun kembali ke Desa Digdaya dan tiba-tiba sawah di desa itu tumbuh dan air pada sungai itu meluap. Penduduk desa itu bergembira dan menyambut Kandini. Mereka menyuruh Kandini untuk tinggal beberapa hari untuk merayakan pesta panen tapi Kandini harus melanjutkan perjalanannya.
Maaf gambar nya disesuaikan seperti itu sebenarnya di cerita hampir mendekati itu tapi gk ada yg cocok gambarnya waktu aq nyari hehehe...