" Hei tunggu aku!" Teriak Anak perempuan yang sedang bermain dengan anak- anak yang lain.
Anak perempuan itu tak lain adalah Kandini. Dia anak tunggal yang hidup dengan keluarga nelayan. Ayahnya, Moktar, adalah kepala desa sedangkan ibunya, Saani, bekerja sebagai pedagang bunga. Dia selalu membantu ayahnya membawakan hasil tangkapannya dan mencari bunga untuk dagangan ibunya. Ayahnya dulu seorang kesatria tapi tiba-tiba dia dikeluarkan dari jabatannya. Kandini pernah belajar bertarung dengan pedang bersama ayahnya. Dia sangat tertarik dengan bulan dan bintang, setiap malam dia melihat bulan dan bintang sebelum tidur.
Beberapa tahun kemudian, Kandini mulai beranjak remaja, ayahnya meninggal karena penyakit yang sangat mematikan. Dia pun menggantikan ayahnya sebagai nelayan walaupun masa itu perempuan tidak boleh bernelayan. Tapi beberapa bulan kemudian, tubuh ibunya lemah selepas mengambil bunga. Dia takut karena ibunya meninggalkannya, dia pun segera memanggil tabib. Ternyata ibunya mengalami penyakit yang tak lama lagi ibunya akan meninggal.
Sebelum kematiannya, ibunya menceritakan masa kecil Kandini.
" Kandini, sebenarnya dulu aku tidak bisa mempunyai keturunan lagi sebelum kau datang ke dunia ini tapi setiap malam aku terus berdoa untuk mempunyai keturunan. Malam itu, aku melihat bintang jatuh mengarah ke ibu dan ternyata bintang itu adalah Dewa Bulan dan Dewi Bintang.
' Salam Dewa bulan... Dewi bintang.'
' Maksud dari kedatangan ini adalah karena aku akan menjawab doamu.'
Dewa Bulan dan bintang itu mengeluarkan cahaya di tangannya, cahaya itu berubah menjadi seorang bayi perempuan.
Sebelum dewa dan dewi pergi, dia berpesan bahwa bayi itu kelak menjadi pejuang wanita yang akan menyaksikan sebuah perang saudara yang akan mengguncangkan dunia. Setelah dewa dan dewi pergi, aku melihat cahaya di tubuh bayi itu dan aku memberinya nama Kandini. Wajahnya cantik dan bersinar layaknya bulan dan bintang. Ada 1 kerajaan yang dipimpin 1 Raja bijak dan memiliki 4 saudara tapi mereka menikahi 1 ratu. Sebelum kematianku, aku hanya ingin kau pergi ke kerajaan itu untuk menemui takdirmu." Sambil memegang tangan Kandini. Ibunya pun menutupkan matanya dan meninggal dengan damai.
Setelah pembakaran mayat, dia pun pergi meninggalkan desa tempat tinggalnya dengan kuda kesayangannya, Javas. Dia menitipkan desanya kepada pamannya.
Ditengah perjalanan, dia kehausan dan kelaparan. Cadangan makanannya pun habis, akhirnya dia beristirahat. Tiba-tiba ada cahaya datang dihadapannya, cahaya itu pun berubah menjadi sesosok dewa dan ternyata dewa itu adalah Dewa Bulan. Kandini pun meminta restu kepada Dewa Bulan.
" Hai, anakku. Ternyata kau sudah besar sekarang, ya. Kenapa kau tampak lemas?" Tanya Dewa Bulan.
" Dewa Bulan, aku kelaparan dan kehausan. Cadangan makananku habis dan aku harus mencari makanan tapi tidak aku temukan." Jawab Kandini. Dewa Bulan pun mengeluarkan sihirnya dan muncullah makanan di depan Kandini.
" Wah... terima kasih Dewa Bulan. Tunggu, Dimana Dewi Bintang?" Tiba-tiba cahaya dari atas turun dan munculah Dewi Bintang.
" Hai, Kandini. Bagaimana kabarmu?" Dewi Bulan tersenyum. Kandini meminta restu kepada Dewi Bintang.
" Kehadiran Dewa Bulan dan Dewi Bintang membuat kesunyianku menjadi hilang." Setelah itu Dewa Bulan dan Dewi Bintang pun menghilang dan Kandini melanjutkan perjalanannya.