Matahari mulai terbit, Mereka bersiap-siap untuk pergi ke Kota Mumza naik kereta. Sebelum keluar hotel. Mereka mengembalikan kunci kamar kepada resepsionis. Resepsionis itu berterima kasih dan mengucapkan " Hidup Brighten Brave!" dengan nada kecil.
Mereka membeli tiket untuk perjalanan ke Kota Mumza. Perjalanan hari ini sangat panjang dibanding sebelumnya. Mereka mengisi waktunya dengan berbincang-bincang. Mendra menceritakan masa pemimpinya. Candra menceritakan cara untuk meretas elektronik. Tiba-tiba Tania muncul dihadapan Aryan. Aryan menceritakan semua yang dia lakukan di Kota Mumza. Tak lama kemudian, Mereka tertidur lelap.
Beberapa jam kemudian, Mereka sampai di Kota Cinkina. Stasiunnya cukup bagus dibanding Kota Mumza. Jalanannya pun penuh dengan orang-orang. Mereka menginap di sebuah penginapan.
" Kak Mendra, Kali ini Kak Mendra bayar penginapannya, kan?" Tanya Aryan.
" Tidak." Jawab Mendra.
" Kenapa?" Aryan kembali bertanya.
" Karena penginapan ini milik kakekku." Dengan wajah tersenyum.
Aryan dan Harris kaget. Mendra mengambil 2 kunci kamar. Mereka pun pergi ke kamar penginapan. Kamar itu tidak cukup besar tapi kamar itu muat untuk 4 orang. Mereka berkumpul untuk membicarakan rencana besok.
" Bagaimana cara kita untuk masuk ke Balai Kota? Kan kita bukan karyawan." Tanya Harris.
" Tenang, aku punya kenalan, dia adalah pamanku." Kata Ricki.
" Siapa namanya?" Tanya Aryan.
" Paman Sevilen."
" Tunggu... Sevilen kan nama dari Walikota Kota Cinkina, Jadi paman Kakak Ricki adalah...." Dengan wajah heran.
" Benar." Jawab Mendra.
" Aku tidak percaya bisa bertemu Walikota Kota Cinkina yang sangat bijaksana itu." Kata Aryan.
" Hari sudah malam sebaiknya kita tidur." Kata Mendra.
Mereka menyutujui. Aryan, Harris, Mendra dan Candra kembali ke tempat tidur sedangkan Agni, Bisma dan Ricki ke kamar sebelah karena 1 kamar hanya muat 4 orang.
Keesokan harinya, Mereka bersiap-siap untuk pergi ke Balai Kota. Perjalanan antara penginapan dengan Balai Kota cukup jauh. Beberapa menit kemudian, mereka tiba di Balai Kota. Tempatnya cukup besar. Mereka menuju ke resepsionis untuk menemui Paman Sevilen, paman Ricki sekaligus Walikota. Resepsionis itu menyuruh mereka untuk menunggu.
Tak lama kemudian, akhirnya resepsionis itu mempersilahkan untuk menemui Paman Sevilen tapi harus menemui Resepsionis khusus walikota. Ruangan Paman Sevilen lumayan jauh. Mereka harus menaiki tangga dan menjumpai pintu di sebelah resepsionis khusus walikota. Resepsionis itu menyruh mereka untuk menunggu. Resepsionis yang bernama Evi itu masuk ke ruangan walikota. Tak lama menunggu, Resepsionis Evi itu menyuruh masuk. Mereka masuk ke ruangan walikota.
Mereka tak menemui seseorang di sana. Tiba-tiba kursi besar di balik meja besar itu berputar dan nampaklah seorang pria yang sedikit beruban itu. Ternyata dia adalah Walikota Cinkina, Paman Sevilen.
" Hi, paman! Bagaimana kabarmu?" Sapa Ricki.
" Aku baik-baik saja, keponakanku. Ada keperluan apa kau dan teman-temanmu kesini?" Jawab Paman Sevilen.
Ricki mengenalkan mereka.
Aryan dan Harris menjelaskan maksud kedatangan mereka. Paman Sevilen paham atas kedatangan mereka. Paman Sevilen memberitahukan letak kata sandi itu. Ternyata letak kata sandi berada di bawah meja walikota yang sekarang Paman Sevilen tempati.
Mereka tidak menemukan apa-apa di bawah meja. Tapi Harris melihat seperti kayu menempel di bawah meja. Warna kayu itu berbeda dengan warna meja. Harris mengambil kayu itu dan ternyata ada sebuah kalimat berbahasa asing. Harris menyuruh semuanya untuk melihat kalimat itu. Mereka semua melihat dan mencari arti dari kalimat tersebut.
Candra mengambil sebuah kaca dan mendekatkan pada kalimat tersebut. Kalimat itu bertuliskan " BINTANG BERCAHAYA MEMBERI MANFAAT, BINTANG GELAP MEMBERI KEHANCURAN." Candra memberitahukan pada semuanya tentang arti kalimat tersebut. Mereka bersorak gembira karena sudah menemukan kata sandi itu. Harris memotret kalimat itu.
Sebelum pergi, mereka berterima kasih kepada Paman Sevilen karena sudah membantu. Harris mengatakan kepada Paman Sevilen karena Harris penggemar Paman Sevilen. Paman Sevilen senang mendengarnya dan dia memberikan sebuah tanda tangannya. Harris sangat senang dan berterima kasih kepada Paman Sevilen.
Mereka kembali ke penginapannya karena merasa kelelahan setelah mencari kata sandi itu. Mereka pun tidur terlelap.